Selasa, 27 Maret 2012

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGENALAN WARNA DASAR MELALUI TERAPI ANGKA BAGI SISWA AUTIS DI SLB WACANA ASIH PADANG


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Autis adalah gangguan perkembangan neurobiologi yang berat yang terjadi  pada anak sehingga menimbulkan masalah pada anak untuk berkomunikasi dan berintegrasi  dengan lingkungnnya. Penyandang autism tidak dapat berhubungan dengan orang lain secara berarti serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan orang lain terganggu oleh karena masalah ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dan untuk mengerti apa yang dimaksud oleh orang lain.Tanda-anda/ gejala pada autis sudah tampak jelas sebelum anak berusia 3 tahun, dan kemudian tetap berlanjut sampai dewasa jika tidak dilakukan intervensi yang tepat.
Penyandang autis memiliki gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, imajinasi serta pola perilaku yang repetitive{ berulang-ulang) dan resistensi {tidak mudah mengikuti/ menyesuaikan} terhadap perubahan pada rutinitas. Gangguan pada inteteraksi sosial ini menyebabkan mereka terlihat aneh dan berbeda dengan orang lain. Gangguan pada komunikasi  yaitu terjadi pada komunikasi verbal ( lisan dengan kata-kata) maupun non verbal ( tidak mengerti arti dari  gerak tubuh, ekspresi wajah dan nada/ warna dan intonasi suara.
Gangguan pada imajinasi menyebabkan anak kesulitan dalam hal aktivitas dan bermain. Sehinga  bermain dan beraktifitas berbeda dengan orang/anak lain. Misalnya mencontoh dan mengikuti suatu hal secara kaku dan berulang.
            Jumlah penyandang autis di sepanjang tahun semakin meningkat. Peningkatan ini selain memang jumlah penyandang autis sebenarnya semakin bertambah juga mungkin
Dipengengaruhi oleh kewapadaan masyarakat serta semakin membaiknya kemampuan diagnose para dokter/frofesional. Seiring bertambahnya penyandang autis pemberian stimulsasi (proses pembelajaran) yang tepat dapat merubah perilaku dan kognisi karena terjadi modifikasi koneksi-koneksi antara sel-sel neuron baru ( neuri genesis).

Dengan prosedur (assessment) yang spesifik jelas diharapkan guru bisa memberikan layanan pendidikan yang tepat. Bagi anak autis yang baru memasuki usia sekolah pendidikan yang diberikan hendaklah dipilih sesuai sesuai dengan prinsip pengajaran yang sederhana serta dekat dengan dunia siswa, disenangi dan diminati siswa.

            Berdasarkan temuan sehari-hari dalam pengenalan warna dasar disekolah Luar Biasa Wacana Asih Padang penulis menemukan masalah pada siswa autis dalam mengenal warna. Secara umum siswa suka mencoret-coret dengan menggunakan krayon yang berwarna-warna namun mereka tidak mengenal warna yang digunakan. Hal ini bukan dikarenakan mereka buta warna tapi karena ketidak tahuannya . Dari permasalahan diatas guru sudah berupaya mengenalkan warna kepada siswa dengan mempergunakan kartu warna, benda dan benda peraga menyerupai setangkai bunga yang diberi kertas mar-mar aneka warna tapi hasilnya belum memuaskan .
            Metoda dan media yang dipilih guru tersebut membuat anak cepat bosan dan dirasa tidak cocok dengan karakter  dan kebutuhan siswa. Maka upaya lain yang tepat dalam mengenalkan warna pun diupayakan dengan cara yang sesuai dengan minat dan bakat anak dikarenakan anak suka dengan angka-angka maka peneliti menyepakati dengan kolaborator untuk menggunakan terapi angka dalam mengenalkan warna dasar pada anak autis.

B.     Identifikasi  Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1.      Siswa Autis  senang  menggunakan bermacam warna, tapi  belum bisa membedakan antara   satu warna dengan yang lain.
2.      Siswa autis kurang memahami intruksi dan penjelasan guru tentang warna.
3.      Siswa kurang tertarik belajar dan cepat bosan karena media dan metoda yang digunakan    tidak bertolak dari kesenangan anak.
4.      Pengenalan warna tidak kontiniu sehingga siswa tidak menguasai pengetahuan tentang warna.
5.      Metoda yang digunakan cendrung monoton.
6.      Terapi angka belum pernah digunakan dalam pengenalan warna dasar.
7.       
C. Batasan Masalah
Berdasarkan  latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka masalah itu perlu dibatasi.
1.      Kemampuan mengenal warna dasar siswa autis di SLB Wacana Asih Padang rendah.
2.      Terapi angka belum digunakan dalam pengenalan warna

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian  ini sebagai berikut :
Kemampuan mengenal warna dasar melalui terapi angka bagi siswa autis di SLB Wacana Asih Padang.

A.    Petanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat dirumuskan pertanyaan penetian sebagai berikut:
Sejauh mana terapi angka dapat meningkatkan kemampuan pengenalan warna dasar melalui terapi angka  siswa aautis di SLB Wacana asih Padang.
     
B.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian di atas, Untuk menjelaskan apakah terapi angka dapat meningkatkan kemampuan pengenalan angka siswa autis SLB Wacana asih Padang.

C.    Manfaat Penelitian
Diharapkan setelah penelitian selesai  dapat bermanfaat bagi guru atau terapis dalam upaya meningkatkan kemampuan pengenalan warna dasar bagi  siswa autis dan untuk membuktikan bahwa terapi angka dapat meningkatkan kemampuan  pengenalan warna dasar bagi siswa autis.

BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Hakekat Warna
1.      Pengertian Warna
      Warna sangat mendukung dalam unsure-unsur keindahan, dengan warnalah sesuatu akan indah. Menurut Sulasmi Darma Prawira dalam warna sebagai salah satu  unsur seni dan desain, (1989) mengemukakan  warna adalah “ Salah satu keindahan dan desain selain unsur visual seperti garis, bidang, bentuk nilai dan ukuran”. Amran Chaniago ( 1995 : 555) dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia , warna adalah yang ditangkap oleh mata ketika memandang sesuatu yang memantulkan cahaya ( merah, kuning, hijau) corak rupa- rupa dalam kehidupan masyarakat. Warna dapat ditinjau dari beberapa aspek seperti yang dikemukakan  oleh Rustam ( 1993 : 100), bahwa warna dapat ditinjau dari:
a.       Aspek fisika bahwa warna adalah gelombang cahaya matahari melalui sebuah prisma yang akan terurai sehingga menjadi spectrum cahaya yang sampai pada mata sehingga kita dapat melihat warna.
b.      Warna ditinjau dari aspek Fisiologi atau Faal bahwa merupakan stimulasi cahaya yang memantul dari suatu objek.
Teori warna menurut ilmu alam dan pigmen dijelaskan bahwa warna dan ilmu alam terdiri dari dua unsure sinar matahari atau cahaya dalam bahasa latin disebut spectrum. Warna ada tiga spectrum yang mempunyai panjang yang sama yaitu sinar merah, sinar kuning dan sinar biru. Sementara para pendidik serta para seniman menyebar luaskan warna merah, kuning dan biru. Ilmuan fisika dan ahli psikologi mempunyai gagasan yang berbeda, bila warna merah, kuning dan biru adalah warna-warna utama yang pigmen ,para ahli fisika memandang bahwa warna utama untuk cahaya adalah merah,hijau, dan biru. Tiga warna dasar merah kuning dan biru merupakan lingkaran warna.

2.      Jenis-jenis Warna

       Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai bermacam-macam corak warna yang digunakan baik dalam kehidupan sehari-hari benda mainan ataupun bentuk bangunan. Menurut Rustam Hakim ( 1993 ; 101 ) Jenis-jenis warna dapat                       

      dibagi sebagai berikut:
a.       Primer
Merupakan warna utama atau pokok yaitu merah,kuning,dan biru
b.      Binari ( secondary)
Yaitu warna kedua yang terjadi dari golongan antara dua warna primer, warna tersebut adalah merah campur biru jadi violet. Merah campur kuning jadi orange
biru dicampur kuning  jadi orange, biru dicampur kuning menjadi hijau.
c.       Warna antara ( intermediasi)
Warna ini adalah warna campuran dari warna primer dan binari misalnya merah dicampur hijau menjadi merah hijau.
d.      Tertier ( warna ketiga)
Merupakan warna-warna campuran dari dua warna binari misalnya violet dicampur dengan hijau dan sebagainya
e.       Quartenari
Ialah warna campuran dari dua warna tertier misalnya semacam hijau violet
Dicampur dengan orange hijau, hijau orange dicampur dengan violet orange.

3.      Manfaat Warna pada Penglihatan
Kehadiran warna yang beraneka corak dalam kehidupan sehari-sehari akan memberikan pengenalan yang baik pada kesehatan, terutama pada alat-alat indra kita. Hal ini juga dikemukakan oleh Bony Danuatmaja (2003 : 121 ) fungsi warna bermanfaat bagi Stimulasi penglihatan. Warna biru untuk menurunkan denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi nafas, hingga dua puluh persen ,selain itu juga untuk relaksasi, mengurangi rasa kawatir,cemas, nafsu makan dan meditasi. Hijau untuk memberikan efek rasa damai tenang tentram, bebas, sejuk, menurunkan hormone stress dalam darah dan menurunkan fungsi otot, Merah merupakan warna excited, berfungsi untuk meningkatkan aktifitas otak dan tonus otak, juga memberikan rasa hangat.Orange memberikan efek yang sama dengan warna merah tetapi lebih ringan , orange merupakan warna aktifitas dan energy sedikit menurunkan efek depresi dan merangsang nafsu makan.  Kuning merupakan penampilan stabil  dapat meningkatkan penampilan yang baik, konsentrasi dan produktivitas.
B.    

Hakekat terapi
1.      Kebutuhan Terapi
Penderita autis membutuhkan program terapi khusus sebagai  usaha penanganan gangguan perkembangan yang dialami . program ini bukan untuk mengubah anak autis menjadi normal melainkan melatih anak menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat. Penangan untuk anak autis dijelaskan oleh Peeters (2004) bahwa untuk mempersiapakan anak autis menghadapi kehidupan dewasanya sehingga dapat berintegrasi  dalam masyrakat sebaik mungkin (dengan mendapat perlindungan) dapat dilakukan dengan terapi,Terapi merupakan aktivitas inti belajar mengajar antara terapis dengan anak autis untuk meningkatkan perkembangan bagi anak autis agar menjadi baik.

2.      Tujuan Terapi
Untuk membantu anak autis menjadi lebih “normal “ dibutuhkan bantuan pengobatan dan terapi Handoyo (2005) dalam bukunya Autisma menjelaskan metode terapi mempunyai tujuan untuk membantuanak autis dalam hal”
1.      Komunikasi dua arah yang komunikatif
2.      Sosialisasi kedalam lingkungan yang umum
3.      Menghilangkan atau meminimalkan perilaku yang tidak wajar
4.      Mengajarkan materi akademik
5.      Kemampuan bantu / bina diri dan keterampilan lain

3.      Terapi Angka
Termasuk bagian terapi bermain yang merupakan usaha penyembuhan untuk mencapai
Perkembangan fisik, intelektual, emosi dan  sosial anak secara optimal.
Pada terapi angka ini merupakan suatu usaha untuk memudahkan anak autis dalam mengingat sesuatu dengan menggunakan angka yang merupakan suatu tanda lambang yang di gunakan untuk melambangkan bilangan. Contohnya bilangan tiga dapat dilambangkan menggunakan angka hindu-Arab “3” lambang 1,2,3, yang digunakan untuk melambangkan bilangan tiga disebut sebagai angka.

 

C.    Hakekat Siswa Autis
1.      Pengertian Siswa Autis
             Autis berasal dari kata “Auto” berarti sendiri. Penyandang autis seolah-olah hidup didunia sendiri. Kesendirian merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi cara siswa memproes informasi dari akal sehat mereka. Istilah Autisme diperkenalkan oleh LEO Kenner 1943 meskipun istilah ini masih ralatif baru namun berbagai penelitian membuktikan bahwa gangguan ini sudah muncul berabad-abad yang lalu, Menurut Ika Widiawati (1999 : 2)
 bahwa Autisma adalah suatu gangguan perkembangan yang komplekdan berat. Yang sudah tampak sebelum usia 3 tahun dan membuat mereka tidak mampu berkomunikasi, tidak mampu mengekspresikan perasaan maupun keinginannya sehingga perilaku dan hubungannya dengan orang lain terganggu kondisi ini mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
            Leo Kenner dalam Rudi Sutadi ( 2003:9) mendefinisikan autism adalah gejala yang didapat pada masa kanak-kanak dengan menggambarkan kesendirian, keterlambatan dalam perkembangan bahasa, menghafalkan sesuatu tanpa berfikir, melakukan aktifitas spontan terbatas, stereotip.  Rudi Sutardi ( 2003 : 33 ) mengemukakan bahwa autism merupakan gangguan perkembangan berat yang mempengaruhi cara seorang untuk berkomunikasi dan berelasi dengan orang lain.
            Dari beberapa pendapat tentang definisi autis dapat dimaknai bahwa autis berupa gangguan perkembangan yang berat yang sudah tampak sejak lahir atau pun masa balita menyebabkabkan terjadinya hambatan dalam berkomunikasi dan berintegrasi sosial dengan orang lain sehingga hidup dalam dunia sendiri.

2.      Karakteristik Siswa Autis
a.          Selektif berlebihan terhadap rangsangan.
b.         Kurangnya motivasi untuk menjelajahi lingkungan baru.
c.          Respon stimulasi diri sehinga mengganggu integrasi sosial.
d.         Respon unik terhadap imbalan khususnya imbalan dari stimulasi diri.

8
        Adrian S. Ginanjar dan Dyah Puspita ( 2003; 2 ) membagi karaktwristik autism sebagai berikut:
a.        Siswa Autisme mengalami gangguan dalam membentuk hubungan sosial
1)      Siswa cendrung menyendiri dan tidak berinisiatif untuk melakukan kontak dengan orang lain maupun dengan teman sebaya
2)      Kesulitan dalam ekspresi emosi dan memahami perasaan orang lain
3)      Kurang dapat bereaksi secara tepat terhadap perasaan dan emosi orang lain
4)      Memperlakukan orang lain sebagai objek, hanya berintegrasi sosial sesuai dengan usianya.
5)      Tidak mmpu membentuk hubungan pertemanan dan berintegrasi sosial sesuai dengan usianya.
6)      Minat terbatas dan tidak dapat bermain secara akurat
7)      Keterbatasan dalam keterampilan sosial.

b.      Mengalami hambatan dalam komunikasi verbal
1)      Keterlambatan atau kegagalan dalam perkembangan bahasa.
2)      Kegagalan dalam merespon komunikasi dengan orang lain.
3)      Penggunaan bahasa yang repetitive atau stereotype. Kebingungan dalam   menggunakan kata ganti diri (saya menjadi kamu dan sebagainya).

c.       Menunjukan pola-pola perilaku yang unik
1)      Gerakan tubuh yang berulang-ulang yang mengganggu pelaksanaan tugas seperti mengepakan tangan, menjentikan jari, loncat-loncat.
2)      Preokupasi pada bagian – bagian dari objek atau keterikatan pada objek tertentu.
3)      Tidak menyukai perubahan.
4)      Memaksakan mengikuti rutinitas secara detail.
5)      Minat yang sangat sempit.
6)       
3.      Faktor Penyebab Autis
a.       Masa Pranatal
            Kelainan neurobiologist pada susunan syaraf pusat seperti pertumbuhan sel otak yang tidak sempuna pada beberapa bagian otak seperti pada carabelum ( otak kecil ), kortek bagian pariental,temporal dan frontal juga pada system limbic ( pusat emosi). Gangguan pada pertumbuhan sel otak terjadi selama kehamilan, terutama kehamilan muda dimana sel-sel otak sedang dibentuk. Gangguan pertumbuhan ini  bisa juga disebabkan Karena saat ibu hamil muda terinfeksi virus ( toksoplasma, rubella. Herpes) dan jamur (Candida ) serta terhirup atau termakan zat-zat beracun. Kekurangan oksigen pada otak janin karena pendarahan saat hamil muda diperkirakan sebagai salah satu penyebab . Faktor genetik  juga memegang peran yang penting dalam timbulnya gejala-gejala autis tersebut,
b.     
Masa Post Natal
Kurang sempurnanya pencernaan  siswa autism menyebabklan siswa tidak mampu mencerna makanan berupa susu sapi ( casein) dan dari tepung terigu (gluten). Akibat dari makanan yang tidakdicerna maka fungsi otak menjadi kacau dan mempengaruhi fungsi kognitif, reseptif, attensi dan perilaku. Hal ini memperburuk gejala yang sudah ada, dan kalau otak terus menerus dibom oleh zat-zat ini maka sel-sel otak tersebut lama kelamaan bisa menjadi mati.

4.Tujuan Pembelajaran siswa Autis
            Secara umum tujuan Pendidikan Nasional juga merupakan tujuan pendidikan bagi siswa autism. Tujuan khusus pendidikan luar biasa menurut Rahmat Natawijaya (1979: 61) mencakup sebagai berikut :
a.       Dapat mengembangkan potensi sebaik-baiknya.
b.      Dapat menolong diri, berdiri sendiri dan mandiri.
c.       Memiliki kehidupan lahir batin yang layak.
Adapun tujuan pendidikan bagi siswa autism dapat dikemukan  sebagai berikut:
a)      Dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi.
b)      Dapat mengembangkan kemampuan berinterasi sosial.
c)      Dapat menunjukan perilaku yang wajar.
d)      Dapat mengendaliukan emosi dengan baik.
e)      Dapat mengembangkan kemampuan persepsi sensori

Dari beberapa pendapat diatas, dapat dijelaskan bahwa tujuan dari pendidikan siswa autis adalah agar mereka bisa berkomunikasi , bersosialisasi dan berintegrasi  serta dapat hidup wajar dan menjadi pribadi yang mandiri tanpa harus tergantung pada orang lain.




5. Mengenal Warna Bagi Siswa Autis
Pada umumnya  semua orang menyenangi warna  selain menimbulkan keindahan Juga menimbulkan perasaan senang, termasuk siswa autispun menyukai benda yang penuh aneka warna. Pengenalan warna bagi siswa autis adalah penting karena dimanapun mereka berada selalu menjumpai benda-benda yang berwarna warni. Dengan menyajikan benda-benda yang berwarna akan merangsang kemampuan persepsi siswa dan meningkatkan perhatian siswa autis untuk mengamati benda.
         Selain dapat dilihat, warna juga langsung mempengaruhi perilaku dan mempengaruhi nilai estetika dan turut menentukan bisa tidaknya siswa terhadap sesuatu. Warna juga menimbulkan perasaan tenang dan ketenangan pikiran, serta mengontrol emosi dan mengembangkan daya imajinasi.
         Menurut Tumbijo (1975: 110) warna merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, Bagi Siswa autis dalam mengenalkan warna pertama yang dilihatkan warna terang atau warna primer seperti warna merah, Bagi siswa autis  tidaklah mudah dalam menenal warna Tabloid nikita ( 2003 : 59) mengemukakan beberapa cara mengenal warna :
a.       Mengenalkan warna pokok yaitu merah, kuning,biru.
b.      Menyuruh anak menyortir warna dari warna yang diacak.
c.       Variable.
d.      Menyuruh anak mengelompokan warna (merah, sama merah,kuning sama kuning, biru sama biru
D.     Definisi Operasional
      Berdasarkan judul penelitian , maka variable bebas dalam penelitian ini adalah
Terapi angka dan variable terikatnya adalah kemampuan mengenal warna dasar bagi siswa autis. Untuk lebih jelasnya dapat dipaparkan sebagai berikut:
1.      Kemampuan pengenalan warna dasar yang dimaksud  adalah kemampuan mengenal tiga jenis warna dasar yaitu merah, kuning; biru yang bertujuan agar siswa bisa mandiri dalam mengenal
warna yang ada disekitarnya.
2.     

Terapi angka merupakan suatu cara penanganan bagi anak autis. Terapi merupakan aktivitas inti belajar mengajar antara terapis dengan anak autis untuk meningkatkan perkembangan dengan menggunakan angka sebagai cara dalam terapi.

E.     Kerangka Konseptual
            Kerangka konseptual merupakan, kerangka berfikir peneliti dalam melaksanakan penelitian ini, sehingga lebih memudahkan peneliti dalam mewujudkan penelitian ini. Kerangka fikir peneliti dalam penelitian ini diawali dengan adanya permasalahan peneliti yang peneliti temukan bersama guru kelas
(kolaborator) yaitu siswa autis diSLB Wacana Asih Padang kurang terampil dalam mengenal warna.Solusinya peneliti menggunakan terapi angka dengan harapan agar siswa autis terampil  dalam mengenal warna dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksasanaan action dilakukan dalam beberapa siklus dengan merefleksi setiap siklus. Selanjutnya dilakukan pembahasan hingga diperoleh temuan dalam peningkatan kemampuan dalam mengenal warna dasar bagi siswa autis untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada began dibawah ini.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan kelas (Action Riset Class Room) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengenalan warna dasar bagi siswa autis. Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki praktek mengajar dikelas. Suharsimi Arikunto (2006 : 3 )  mengemungkakan  bahwa penelitian tindakan kelas adalah “ Suatu pencermatan  kegiatan  belajar  berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi pada  sebuah kelas secara bersama tindakan itu diarahkan oleh guru dan dilakukan oleh siswa”
              Dari pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa penelitian tindakan kelas adalah    penelitian yang dilakukan di kelas sebagai suatu upaya peningkatan kualitas pembelajaran atau bidang pendidikan sangat memperhatikan proses dan hasil. Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah “ untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dan mengatasi masalah pembelajaran. Meningkatkan profesionalisme dan menumbuhkan  budaya akademik “( Arikunto, 2006).
            Pada penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat.   Mulai dari perumusan   masalah, sampai pada pengumpulan data. Dengan adanya kolaborasi ini maka diharapkan hasil penelitian ini  bisa menjadi solusi yang tepat untuk permasalahan yang ada.

B.     Subjek  Penelitian
Yang  menjadi subjek penelitian  adalah dua orang siswa autis, pertama berinisial “ D” berumur 8 tahun.  Gejala autis sudah tampak pada siswa sejak berumur 2 tahun, cirri-ciriyang tampak diantaranya anak bersikap cuek pada lingkungan, menolak tatap mata, suka asik sendiri dan bergerak tanpa arah. Perkembangan yang tampak setelah bersekolah anak mulai beraksi bila dipanggil namanya, sudah dapat menirukan kata-kata . sudah mengenal angka.
1-5, dan mulai tertarik dengan lingkungan sekitar. Siswa kedua dengan inisial “ A “ Masih suka malu -malu  , menghindari kontak mata masih meniru apa yang diucapkan guru. Dalam pergaulan sehari- hari masih suka menyendiri dan menyukai angka. Dalam pengenalan warna masih suka tertukar. 
            Penelitian ini  langsung diberikan dalam bentuk interpensi terhadap anak dengan berkolaborasi bersama teman sejawat, saat penelitian berlangsung kolaborator mengamati dan mengoreksi perkembangan dalam mengenal warna dasar merah, kuning dan biru melalui terapi angka.


 

C.   
Lokasi Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan di SLB Wacana Asih Padang.Di Sekolah Luar Biasa ini siswanya tidak sebanyak jumlah siswa disekolah umum dan pelayanan pendidikan banyak bersifat indifidual di sesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak.

Gambar 1. SLB Wacana Asih Padang
D.    Instrumen
            Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :
1.      Observasi
Penulis membuat tabel pedoman observasi penelitian yang berisi indikator untuk meningkatkan kemampuan pengenalan warna dasar melalui terapi angka bagi siswa autis di SLB Wacana asih Padang dan diceklis oleh kolaborator.


VARIABEL
INDIKATOR
Cek
a.       Kemampuan Pengenalan Warna Dasar Anak
Mengenal warna dasar merah,

Mengenal warna dasar kuning

Mengenal warna dasar biru

b.      Terapi angka




Memperkenalkan warna dasar
Mengelompokan warna dasar
Memasangkan warna  dengan angka
Mewarnai sesuai dengan angka
Evaluasi

c.       Langkah perencanaan



-Menyiapkan instrument
-Menyiapakan Rencana
 Pelaksanaan Pembelajaan
 -Melaksanakan  evaluasi

15

2.      Catatan Lapangan
Catatan lapangan diperoleh dari kelas tempat anak belajar sesuai dengan fakta tanpa ada rekayasa.
3.      Studi Dokumentasi
Peneliti menggunakan alat dokumentasi dengan harapan dapat mendukung dan melengkapi data penelitian. Kegiatan dapat diabadikan sehingga guru sebagai peneliti dapat melihat dan menganalisa. Kegiatan yang telah dilakukan. Hasil pencermatan akan memberikan hasil yang akurat sehingga dapat memberikan informasi yang lengkap guna melakukan analisis dan reflektif sebagai perbaikan tindakan selanjutnya.
E.     Prosedur Penelitian
1.      Perencanaan
Membuat RPP dengan menggunakan terapi angka dengan menggunakan dua variable.

2.      Pelaksanaan (action)
Pada  pertemuan pertama indikator yang diingin dicapai yaitu menjelaskan nama warna dasar. Guru menjelaskan nama warna dasar dan meragakan ketiga warna dasar tersebut. Dan melaksanakan instruksi sederhana untuk menunjukan warna dasar   yang  diminta Pertemuan kedua indicator yang ingin dicapai yaitu  mengelompokan warna dasar anak memperhatikan guru mengelompokan warna dasar. Anak diminta mengelompokan warna yang sama. Pertemuan berikutnya guru bersama anak membilang angka 1-10 .  Anak diminta membuat angka 1-3. Guru membimbing siswa mewarnai angka  yang sudah di sediakan. Angka1 dengan warna merah. Angka 2 dengan  warna kuning. Angka 3 dengan warna biru . Itu dibuat sebanyak mungkin. Dengan Tanya jawab guru menanyakan angka yang sudah diwarnai. Anak menjawab warna masing-masing angka.  Anak diminta mewarnai sesuai dengan warna yang sudah ditentukan yaitu merah untuk angka satu, kuning untuk angka kuning biru untuk angka tiga.
3.      Observasi
Kolaborator mengobservasi proses belajar mengajar dengan berpedoman pada daftar observasi.
4.      Refleksi
Peneliti dan guru melihat dan menyimpulkan hasil atau dampak dari tindakan. Dari hasil ini akan dirumuskan tindakan untuk tindakan berikutnya dan menyimpulkan serta membuat laporan hasil penelitian disertai dengan lampiran-lampiran.

F. Teknik Pengumpulan Data
              Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Observasi
Observasi yang dilakukan bersifat partisipasif. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan pengamatan langsung terhadap pengenalan warna dasar melalui terapi angka.
2.      Diskusi dilakukan dengan teman sejawat/ guru yang mengajar dan untuk mngetahui masalah anak guna untuk memperoleh dan mengenal kesulitan anak dalam mengenal warna dasar
Serta mencatat  kemungkinan  intervensi pemecahan yang diberikan.
3.      Tes
Tes perbuatan dan tertulis mencakup keseluruhan materi yang diajarkan dengan kriteria penilaian   bisa, bisa dengan bantuan, dan tidak bisa ( rochyani : 2003 : 126). Penilaian dikatakan bisa apabila anak dapat melaksanakan instruksi yang diberikan tanpa bantuan penilaian bisa dengan bantuan apabila bisa melakukan instruksi tapi dengan bantuan, penilaian tidak bisa apabila anak tidak bisa melakukan sama sekali.
G. Teknik Analisis Data
            Teknik analisa data yang penulis gunakan bersifat kualitatif yaitu menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Menurut Tim Pelatih PGSM (1999) analisa data dapat dilakukan tiga tahap yaitu:
1.      Reduksi Data
Banyaknya data yang diperoleh di lapangan perlu direduksi yaitu dengan cara merangkum data yang didalamnya terdapat proses dan pernyataan  peneliti yang telah ditetapkan sesuai dengan pelaksanaan penelitian. Semua data yang telah disimpulkan. Tetap menggambarkan proses pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung dan hasil yang dicapai oleh siswa.
2.      Paparan Data
      Penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif yang menggambarkan pelaksanaan proses belajar dalam meningkatkan pengenalan warna dasar bagi siswa autis.
3.      Penyimpulan
      Merupakan proses pengambilan intisari dari sajian data penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya dalam benuk kalimat singkat, padat,tetapi mengandung arti yang luas.

BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Data
1.      Proses Kegiatan Mengenalkan Warna Dasar Melalui Terapi Angka
Berdasarkan identifikasi masalah bahwa anak autis masih belum mengerti warna-warna, tidak memahami instruksi sederhana yang digunakan dalam mengidentifikasi warna, perhatian mudah beralih dan minat belajar yang kurang. Berdasarkan keadaan yang ditemukan ini timbul suatu keinginan untuk meningkatkan kemmpuan mengenal warna-warna dasar dengan menggunakan terapi angka.Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dengan teman sejawat.Juga sebagai guru kelas. Penulis sebagai pemberi tindakan sedangkan kolaborator sebagai pengamat yang menjadi subjek penelitian adalah siswa dengan gangguan autis yang berinisial Fdan A,
a.       Pelaksanaan Siklus Pertama
Siklus I dilakukan pada tanggal  1 Desember 2011 sampai 9 Deember 2011. Selama delapan kali pertemuan. Pada siklus pertama ini penulis memberikan terapi  dalam mengenal warna dengan menggunakan angka 1, 2,3. Dalam mengenalkan warna dibagi kedalam empat indikator yaitu menjelaskan warna dasar, mengelompokan warna dasar. Mencocokan warna dasar. menggunakan warna dasar dalam mewarnai gambar.

1)      Perencanaan Siklus I
Dalam tahap ini peneliti bersama kolaborator merencanakan sebuah tindakan untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna dasar merah, kuning dan biru melalui terapi angka dengan cara:
a)      Merencanakan pembelajaran yang akan diberikan diantaranya menjelaskanwarna dasar, mengelompokan warna dasar, mencocokan warna dasar.
b)      Menyiapkan media pendukung proses pelaksanaan tindakan.
c)      Membuat format observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk melihat kemampuan siswa.
2)       Tindakan I
Tindakan dilakukan delapan kali pertemuan, setiap kali pertemuan merupakan sub siklus. Sebab dalam tiap pertemuan dilakukan pengamatan terhadap kegiatan terapi angka dalam meningkatkan pengenalan warna dasar.
17
Dalam mengenal warna ini terdiri atas 4 sub aspek yaitu menjelaskan warna dasar, mengelomokan warna dasar, mencocokan warna dasar, menggunakan  warna dasar dalam mewarnai gambar. 
a)     
18
Menjelaskan warna
Penulis menjelaskan tiga warna dasar sambil meragakan masing-masing warna. Penulis menunjukan satu warna dan menjelaskan nama warna itu. Untuk memudahkan anak mengingat warna penulis memberi angka pada masing-masing warna , angka satu untuk warna merah, angka dua untuk warna kuning, dan angka tiga untuk warna biru. Penulis menjelaskan masing-masing warna secara berulang-ulang dan memberikan intruksi sederhana sebanyak enam kali untuk masing-masing warna dasar.
Gambar 2.  penulis menjelaskan warna dasar
b)       Mengelompokan warna
Penulis meletakan beberapa buah alat peraga didepan siswa dengan warna dasar merah,kuning, biru. Siswa diberi intruksi untuk mengambil alat peraga yang sama dengan yang penulis pegang. Penulis mengintruksikan untuk mengelompokan warna merah dengan merah, warna kuning dengan kuning, warna biru dengan biru, Indikator ini di laksanakan dalam 2 kali pertemuan. Dengan lima kegiatan.

Gambar 3. Siswa sedang mengelompokan warna

c)     
19
Mencocokan Warna
Pertama penulis membimbing siswa untuk mewarnai angka satu dengan warna merah, angka dua dengan warna kuning,angka tiga dengan warna biru, selanjutnya penulis menunjukan salah satu angka,lalu mengintruksikan kepada siswa untuk mencocokan dengan warna  yang sudah disediakan didepan anak. Kegiatan ini dilakukan sebanyak Lima kali. Sesudah itu anak memasangkan kartu warna dengan kartu  angka. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan.

Gambar 4. Siswa mencocokan kartu warna dengan kartu angka

d)     Menggunakan warna dasar  dalam mewarnai gambar.
Penulis membagikan sebuah gambar, pada gambar tersebut ditandai dengan angka satu, dua dan tiga. Anak diintruksikan untuk mewarnai gambar yang ditandai angka
Satu dengan warna merah, angka dua dengan Warna kuning dan angka 3 dengan warna biru. Tindakan ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan satu buah gambar.
Gambar 5. Siswa sedang mewarnai gambar
3)     
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan bersamaan dengan tindakan yang diberikan yaitu proses pelaksanaan mengenal warna. Selama proses pembelajaran berlangsung Siswa F dan siswa A tidak menunju respon yang sama. Masing-masing indikator disajikan  ke dalam  2 kali pelaksanaan pengajaran. Siswa F banyak melakukan gerakan sehingga kelihatan tidak tenang sekali-sekali tangannya menjangkau teman disebelahnya. Sementara siswa A  penurut dan santun dalam berbicara. Masing-masing indikator dilaksanakan  dalam dua  kali pertemuan, dan setiap kali pertemuan dilakukan tindakan yang berulang-ulang.
Respon siswa berfariasi ( terlampir) dengan kriteria bisa .bisa dengan bantuan, tidak bisa. Secara umum kegiatan yang dilakukan siswa masih kelihatan ragu- ragu dan masih tergantung kepada penguatan yang diberikan guru.
4)      Refleksi
            Untuk merefleksi atau mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan peneliti bersama kolaborator sepakat mengadakan pertemuan untuk melaksanakan evaluasi selama tindakan diberikan. Hasil evaluasi dipergunakan sebagai bahan pertimbanganuntuk merencanakan siklus berikutnya.
            Dari hasil diskusi peneliti dengan kolaborator ada beberapa hal yang menjadi catatan untuk diperbaiki pada siklus selanjutnya, diantaranya perlu memusatkan perhatian siswa terlebih dahulu sebelum diberikan intruksi. Intruksi yang diberikan satu persatu untuk setiap kali tindakan yang diharapkan pada siswa untuk menghindari kebingungan siswa. Perlu pengurangan ketergantungan siswa terhadap guru sebelum melaksanakan kegiatan. Untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna maka perlu disusun perencanaan pada siklus II.
              b.Pelaksanaan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus 1 pelaksanaannya tetap dengan cara terapi angka namun dengan waktu yang lebih sering dari  siklus pertama. Materi masih tetap sama tentang mengenalkan warna dasar.  mengelompokan warnadasar. mencocokan warna dasar. Menggunakan warna dasar dalam mewarnai gambar. Siklus kedua ini dilaksanakan sejak tanggal 10 Desember  sampai tanggal 22 Desember 2011 sebanyak sebelas kali pertemuan.
1)      Perencanaan siklus II
Mengacu pada keadaan permasalahan diatas, maka peneliti bersama kolaborator merumuskan kembali perencanaan secara umum. Perencanaan yang dicancang pada siklus II ini adalah mengenal warna yang dibagi atas empat terapi yaitu mengenalkan warna dasar, mengelompokan warna dasar,  mencocokan warna dasar, menggunakan warna dasar dalam mewarnai gambar.




2)     

Tindakan II
Tindakan pada siklus II diterapkan sesuai dengan prencanaan penulis dan kolaborator, yang dimulai pada hari  sabtu tanggal 10 Desember 2011. Tindakan pada siklus II Ini adalah mengenal warna dasar yang  dibagi atas empat terapi yang secara umum pelakanaannya sebagai berikut:
a)      Menjelaskan warna
Penulis menjelaskan kembali tiga warna dasar sambil menyanyikan lagu pelangi-pelangi. Penulis menunjukan satu warna dan menjelaskan nama warna itu. Untuk memudahkan anak mengingat warna penulis menandai masing-masing angka.Pada masing-masing warna , angka satu untuk warna merah, angka dua untuk warna kuning, dan angka tiga untuk warna biru. Penulis menjelaskan masing-masing warna .kegiatan ini berlangsung 3 kali pertemuan dan memberikan intruksi sederhana  kepada anak menanyakan nama masing-masing warna. Instruksi diberikan sebanyak sembilan kali untuk masing-masing warna dasar.Instruksi diberikan satu persatu.
b)      Mengelompokan warna
Penulis meletakan  satu buah alat peraga warna dasar di dalam  gelas plastik didepan siswa . Siswa diberi intruksi untuk mengambil alat peraga yang sama dengan yang alat peraga yang penulis letakan tadi. Kegiatan berikutnya Penulis mengintruksikan untuk mengelompokan warna merah dengan merah , instruksi selanjutnya warna kuning dengan kuning , instruksi berikut, warna biru dengan biru, Indikator ini di laksanakan dalam 3 kali pertemuan. kegiatan sebanyak Sembilan instruksi.

c)      Mencocokan Warna
Penulis membuat angka satu diatas kertas, siswa mewarnai angka satu dengan warna merah, angka dua dengan warna kuning,angka tiga dengan warna biru, selanjutnya penulis menunjukan salah satu angka,lalu mengintruksikan kepada siswa untuk mencocokan dengan warna  yang sudah disediakan didepan anak. Kegiatan ini dilakukan sebanyak Sembilan kali. Sesudah itu anak memasangkan kartu warna merah dengan angka satu, kartu kuning dengan angka dua dan kartu biru dengan  angka tiga kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan sembilan tindakan.

d)     Menggunakan warna dasar  dalam mewarnai gambar.
Penulis kembali membagikan sebuah gambar pada gambar tersebut ditandai dengan angka satu,angka dua dan angka  tiga. Anak diintruksikan untuk mewarnai gambar yang ditandai angka  Satu untuk warna merah sesudah semua angka satu diwarnai intruksi kedua anak disuruh mewarnai gambar yang ditandai dengan angka dua untuk warna kuning  dilanjutkan dengan instruksi ketiga  mewarnai gambar yang ditandai dengan angka 3 untuk warna biru Tindakan ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan dua buah gambar.

3)     

Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung, Dalam mengenalkan warna penulis menggunakan media menyerupai bunga yang dibuat dari kertas berwarna  merah,  kuning dan biru. Penulis menjelaskan nama masing-masing warna . Untuk mempermudah anak mengingat warna tersebut guru memasangkan warna merah dengan angka satu, warna kuning dengan angka dua dan warna biru dengan angka tiga. Respon dianggap bisa apabila siswa bisa menyebutkan nama masing masing warna atau menunjukan warna yang diminta. proses mengelompokan warna penulis membuat angka satu diselembar kertas lalu menanyakan angka berapa yang penulis buat. Guru meminta siswa mewarnai angka tersebut sesudah itu guru mengambil kartu warna merah dan meletakannya diatas meja lalu mengintruksikan kepada siswa untuk mengelompokan masing masing warna.
            Untuk memasangkan warna  penulis menunjukan satu warna lalu siswa diintruksikan masangkan dengan angka yang sudah ditentukan, Guru mengintruksikan kepada siswa untuk mengelompokan warna dasar. Intruksi selanjutnya siswa disuruh meletakan kartu angka dibawah susunan kartu warna itu menggunakan warna dasar merupakan penerapan warna yang sudah di ketahui anak dalam mewarnai gambar, Gambar yang digunakan ditandai dengan angka angka satu, angka dua dan angka tiga. Siswa mewarnai gambar sesuaai dengan angka yang sudah dicantumkan.untuk siswa F selama proses berlangsung ekspresi yang ditunjukan datar . Instruksi demi instruksi dikerjakan dengan beberapa kali perintah. Siswa A  dapat mengerjakan  intruksi tanpa  bantua cuma sedikit terburu-buru,  Respon yang ditunjukan siswa kepada setiap tindakan memberikan respon yang berbeda, bisa dengan bantuan dan bisa, pada pertemuan pertama pada umumnya masih perlu bantuan dan bimbingan kecuali untuk menyebutkan nama warna kegiatan ini dilakukan setelah mengalami pengulangan yang sering dan melewati beberapa kegiatan dan hasilnya siswa bisa menyebutkan nama warna.pada pertemuan kedua padaumumnya sudah mulai bisa melakukan secara mandiri semua keterampilan yang diajarkan penulis. Mulai menyebutkan nama warna sampai menggunakan  warna dasar.
            Selama kegiatan brlangsung anak kelihatan betah walau pertama memperlihatkan sikap terburu-buru dari siswa A dan sikap acuh tak acuh dari sisa F. Siswa terlihat senang setelah gambar yang diberkan siap diwarnainya. Tanpa diminta anak mengatakan  ini merah, ini kuning dan ini biru.
              Dilihat dari kemampuan siswa dalam mengenal warna siswa tidak lagi tergantung pada guru dan mempunyai percaya diri  dalam melakukan aktifitas semua materi yang diberikan hamper semuanya dikuasai siswa.
4)      Refleksi II
            Dari hasil pembelajaran siswa dalam mengenalkan warna-warna dasar melalui terapi angka dalam mengenalkan warna dasar merah, kuning dan biru siswa dapat melakukankegiatan dengan hasil bisa secara mandiri melakukan  kegiatan mengelompokan warna. Mencocokan warna sesuai dengan instruksi dan menyebutkan warna dasar merah, kuning dan biru. Hasil dari tes yang diberikan penulis  kepada siswa dan kolabortor sepakat untuk menghentikan tindakan pada siklus II.
5)     

Hasil Terapi angka Dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa Autis Dalam Memgenal Warna Dasar
Anak auntis yang mempunyai gangguan yang komplek. Salah satunya sulit dalam mengenal warna. Perlu cara yang khusus dalam mengenalkan warna.  Melaksanakan beberapa kegiatan mengenalkan warna dalam kegiatan belajar mengajar menjadikan pelajaran menarik bagi anak autis dalam mengenalkan konsep warna dibagi atas empat bagian yaitu megenalkan warna, mengelompokan warna, mencocokan warna dan menggunakan warna. Dari hasil observasi yang dilaksanakanpada siklus pertama diperoleh  gambaran kemampuan siswa pada kegiatan sebagai berikut:

Tabel 1.1 : Tes Kemampuan Pengenalan Warna Dasar Pada Siklus I
Aspek Yang
Dinilai
Sub Aspek
Siklus I
A
F
B
BDB
TB
B
BDB
TB
Mengenal warna
Dasar merah, kuning, biru
Setelah dilakukan
Kegiatan terapi
Angka
1.      Menyebutkan warna
a.       Menyebutkan warna merah
b.      Menyebutkan warna kuning
c.       Menyebutkan warna biru
2.      Mengelompokan warna
a.       Mengelompokan warna merah
b.      Mengelompokan warna kuning
c.       Mengelompokan warna biru
3.      Memasangkan warna
a.       Warna merah dengan angka 1
b.      Warna kuning dengan angka 2
c.       Warna biru dengan angka 3
4.      Menggunakan warna pada gambar
a.       Warna merah pada angka 1
b.      Warna kuning pada angka 2
c.       Warna biru peda angka 3

-
-
-

-
-
-

-
-
-

-
-
-






Keteragan : Rochyani (2003:126)
B          :  Bisa melakukan sendiri dengan baik
BDB    :  Anak bisa melakukan dengan bantuan
TB        : Tidak bisa melakukannya sendiri
24
Pada siklus I  dari 12 item kegiatan pengenalan warna dasar melalui terapi angka ternyata siswa A melakukan dengan bantuan 10 item dan 2 itemtidak bisa serta melakukan sendiri 0 item. Siswa F dari 12 item dengan bantuan 8 item, tidak bisa 4 item serta melakukan sendiri 0 item.
Dari hasil test kemampuan siswa dalam mengenalkan warna pada siklus I ini dapat dilihat persentasenya sebagai berikut :

Siswa  A                                  BDB = 10/12 x 100%                            TB = 2/12 x 100%
                                                                     =83 %                                     = 16%

Siswa F                                            BDB = 8/12 x 100%                       TB = 4/12 x 100
                                                        = 66 %                                                  =  33%

             Dari grafik diatas dapat dilihat hasil pelaksanaan tindakan siklus I belum optimal, maka peneliti dan kolaborator sepakat untuk melanjutkan tindakan pada siklus II.


Setelah selesai kegiatan terapi angka pada siklus II maka dapat dilihat hasil kemampuan siswa dapat terlihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 1.2              : Tes Kemampuan Pengenalan Warna Dasar Pada Siklus II
Aspek Yang
Dinilai
Sub Aspek
Siklus II
A
F
B
BDB
TB
 B
BDB
TB
Mengenal warna dasar merah, kuning, dan biru
Setelah dilakukan terapi angka dengan tambahan jumlah pertemuan
1.   Menyebutkan warna
a.       Menyebutkan warna merah
b.      Menyebutkan warna kuning
c.       Menyebutkan warna biru.
2.   Mengelompokan warna
a.       Mengelompokan warna merah
b.      Mengelompokan warna kuning
c.       Mengelompokan warna biru
3.   Memasangkan warna
a.       Warna merah dengan angka 1
b.      Warna kuning dengan angka 2
c.       Warna biru dengan angka 3
4. Menggunakan warna pada gambar
a.       Warna merah pada angka 1
b.      Warna kuning pada angka2
c.       Warna biru pada angka 3








Keterangan : Rohcyani (2003 : 126)
B         : Siswa bisa melakukan sendiri dengan baik
BDB    : Anak bisa melakukan dengan bantuan
TB       : Anak tidak bisa melakukan sendiri
            Dari tes kemampuan siswa yang telah diberikan tindakan pada siklus dua dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam mengenal warna dasar melalui terapi angka sudah meningkat, hal ini ditandai dari siswa telah bisa melaksanakan evaluasi yang telah diberikan sehingga penulis dan kolaborator mengambil kesimpulan pemberian tindakan tidak perlu dilanjutkan lagi pada siklus berikutnya.




Siswa A
B  =12/12 x 100%                                BDB = 100 %                                    TB= 0%
     = 100%

Siswa F
B   = 9/12 x 100%                         BDB      = 3/12 x 100%                   TB = 0%
                   = 75 %                                       = 25%
              Data yang terdapat pada grafik  ini merupakan hasil evalusi pada siklus II yang memiliki kategori yang sama dengan siklus I. Pada data tersebut dapat dilihat kemampuan siswa semakin meningkat. Siswa A dan F sudah dapat melakukan sendiri langkah-langkah secara baik dan benar, namun masih ada yang dilakukan siswa F dengan memerlukan bantuan penulis  yaitu 25 % dan 75  siswa telah melakukan langkah-langkah kegiatan terapi .                                               


B . Analisa Data
1.      Proses Kegiatan Mengenalkan Warna Dasar Melalui Terapi Angka padasiswa autis di SLB Wacana Asih    Padang
            Kegiatan mengenal warna yang dibagi atas empat kegiatan yaitu menyebutkan warna, mengelompokan warna,  mencocokan warna, menggunakan warna. Kegiatan itu dilakuka   terapi angka pada menyebutkan warna penulis menjelaskan  tiga warna dasar. Penulis menunjukan satu warna dan menjelaskan nama warna itu. Untuk memudahkan anak mengingat warna penulis menandai masing-masing angka.Pada masing-masing warna , angka satu untuk warna merah, angka dua untuk warna kuning, dan angka tiga untuk warna biru. Penulis menjelaskan masing-masing warna .kegiatan ini berlangsung 3 kali pertemuan dan memberikan intruksi sederhana  kepada anak menanyakan nama masing-masing warna.
          Pada Mengelompokan warna penulis meletakan  satu buah alat peraga warna dasar di dalam  gelas plastik didepan siswa . Siswa diberi intruksi untuk mengambil alat peraga yang sama dengan yang alat peraga yang penulis letakan tadi. Kegiatan berikutnya Penulis mengintruksikan untuk mengelompokan warna merah dengan merah , instruksi selanjutnya warna kuning dengan kuning , instruksi berikut, warna biru dengan biru.
            Kegiatan mencocokan Warna penulis lakukan dengan membuat angka satu diatas kertas, siswa mewarnai angka satu dengan warna merah, angka dua dengan warna kuning,angka tiga dengan warna biru, selanjutnya penulis menunjukan salah satu angka,lalu mengintruksikan kepada siswa untuk mencocokan dengan warna  yang sudah disediakan didepan anak.  Sesudah itu anak memasangkan kartu warna merah dengan angka satu, kartu kuning dengan angka dua dan kartu biru dengan  angka tiga.
            Dalam kegiatan menggunakan warna dasar  dalam mewarnai gambar, penulis kembali membagikan sebuah gambar pada gambar tersebut ditandai dengan angka satu,angka dua dan angka  tiga. Anak diintruksikan untuk mewarnai gambar yang ditandai angka  Satu dengan warna merah sesudah semua angka satu diwarnai intruksi kedua anak disuruh mewarnai gambar yang ditandai dengan angka dua dengan warna kuning  dilanjutkan dengan instruksi ketiga  mewarnai gambar yang ditandai dengan angka 3 dengan warna biru.
            Hasil Terapi Angka Dalam meningkatkan Kemampuan Siswa Autis Dalam Mengenal Warna Dasar dari empat aspek terdiri dari 12 item yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara perbuatan untuk penilaiannya penulis menggunakan tiga kategori yaitu bisa melakukan sendiri, bisa dengan bantuan dan tidak bisa. Pada grafik terlihat warna yang membedakan persentase pada setiap kategori yaitu  Pada siswa A  83 %  bisa dengan bantuan. 16 % tidak bisa, 0% untuk bisa, sedang siwa F  66% bisa dengan bantuan, 33% tidak bisa dan 0% untuk bisa.
            Pada  siklus II ada peningkatan. Sisw a A dan F sudah dapat melakukan kegiatan secara baik. Siswa A sudah bisa 100 % mengenal warna dasar merah, kuning dan biru . siswa FBisa melakukan kegiatan 75% Perlu bantuan 25 % , sedang tidak bisa 0%.

A.   

Pembahasan

            Mengenalkan warna dipandang sangat perlu diajarkan kepada anak berkaitan dengan pelajaran lain yang berkaitan dengan pengenalan benda hidup dan benda mati, serta berkaitan dengan kehidupan sehari- hari. Seperti yang dikemukakan oleh Sulasmi Darma Prawira ( 1089) bahwa warna sebagai salah satu unsure seni dan disain.  Dengan mengenalkan warna pada siswa akan membantu siswa untuk memilih baju yang disukainya, mengidentifikasi benda-benda yang ada dilingkungan siswa.
Sedangkan Amran Chaniago (1995 : 555) mengemukakan bahwa warna adalah ditangkap oleh mata ketika memandang sesuatu yang memandang sesuatu yang memantulkan cahaya. Untuk tahap awal warna yang dikenalkan baru warna dasar merah, kuning, biru sebelum melangkah kewarna yang lebih komplit.
1.      Proses kegiatan mengenalkan warna darat melalui terapi angka pada siswa autis

            Penulis berusaha semaksimal mungkin melanakan proses pembelajaran  mengenalkan warna dasar sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan. Namun disaat penulis mengerjakan yang satu terlintas yang lain untuk dikerjakan maka penulis mengganggab ini belum optimal. Proses kegiatan mengenalkan warna melalui terapi angka pada anak autis sesuai dengan pendapat Bony danuatmaja (2003: 116) bahwa proses biologis pada otak untuk mengolah serta menggunakan informasi secara baik dan sesuai situasi, dimana terapi yang diberikan dapat dirasa, didengar, dilihat dan dicium, dengan indra yang ada pada anak membuat siswa dapat membedakan suara dan warna. Upaya guru mengenalkan warna dengan bantuan angka dimana angka satu untuk warna merah, angka dua untuk warna kuning, angka tiga untuk warna biru dapat mngaktifkan indra penglihatan dan melatih konsentrasi siswa. Kegiatan menggunakan warna diharapkan siswa autis dapat dimanfaatkan kedalam kehidupan sehari .

2.      Terapi Angka dapat meningkatkan kemampuan siswa autis dalam mengenalkan warna dasar.
            Dari hasil pelaksanaansiklus I dan II tergambar, bahwa siswa telah dapat mengenal warna dasar merah, kuning dan biru melalui kegiatan menyebutkan nama warna, mengelompokan warna,mencocockan warna serta menggunakan warna. Dengan hasil siswa A 100% bisa mengenal warna dasar dan siswa A mampu mengenal warna dasar 75 %.
Dari persentase yang diperoleh hasil penelitian terapi angka ini dpat meningkatkan kemampuan anak autis dalam mengenal warna dasar,merah, kuning dan biru.





B.    
Keterbatasan Penelitian
            Seperti yang penulis katakan diatas disaat peneliti meneliti dengan cara yang sudah di rencanakan maka terlintas pula cara yang lain untuk diteliti. Ini memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk mengungkap masalah pengenalan warna dengan cara yang lain karena keterbatasan jadi penelitian ini belumlah optimal masih banyak sisi- sisi lain yang perlu diungkap. Untuk itu penulis sarankan kepada peneliti yang lain untuk mengembangkan penelitian ini demi kemajuan pendidikan anak autis disekitar kita.