Jumat, 15 September 2017

IMPLEMENTASI PENGUATAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MEDIA DAUN KACAPIRING DI SLBN I PADANG



 
Anak Minang menari piring, Penarinya elok lagi cantik, Dengan  daun kaca piring,Bisa belajar secara tematik.  Disadari atau tidak disadari pembelajaran secara tematik sudah diterapkan di SLB dan pembelajaran tersebut sudah dilaksanakan terhadap berbagai karakteristik. Hal itu mengingatkan akan kegiatan yang dilakukan  seorang guru di sekolah luar biasa. Ia menyampaikan banyak materi pelajaran dengan   hanya menggunakan media daun kacapiring.
            Hari itu pelajaran di  kelas dasar 4 Sekolah Dasar Luar Biasa sampai pada tema bermain ke rumah tetangga. Maka sang guru yang sering dipanggil   bu Fia itupun membawa siswanya yang berjumlah empat orang ke luar kelas. Sepanjang jalan ibu Fia  bercerita. Ia mengatakan sebelah menyebelah dengan sekolah di sebut tetangga. Jadi tetangga sekolah   sebelah kanan adalah  rumah penduduk. Sedang sebelah kiri tetangga  sekolah adalah kampus UNP.  Tetangga bagian depan dibatasi oleh   jalan raya dan tetangga arah  belakang adalah kebun dan perbukitan pekarangan rumah tetangga sebelah kanan dipagar dengan pohon kacapiring. Ibu Fia mengajak siswanya menuju sebuah rumah penduduk di sebelah kanan. Sebelum memasuki perkarangan sekolah mereka sama-sama mengucapkan salam. Setelah pemilik rumah keluar ibu Fa minta izin untuk bermain dirumah tetangga itu. Rumah tetangga itu banyak ditanami bunga dan buah-buahan. Ibu Fia mengenalkan berbagai tanaman tersebut kepada siswanya. Salah satu tanaman yang diperkenalkan bu Fia kepada siswanya adalah tanaman kacapiring. Dalam bahasa latin orang menyebutnya Gardenia Augusta.
            Kacapiring bunganya berwarna putih dan harum bunganya mirim dengan bunga mawar putih. Tanaman kacapiring batangnya berkayu daunnya berwarna hijau gelap.tebal dan licin seperti kulit. Ibu Fia meminta siswanya untuk mencium harumnya bunga kacapiring. Ada bermacam pohon yang tumbuh di pekarangan itu tapi harum bunga kacapiring lebih menarik minat para siswa. Setelah memperhatikan, memegang dan menghirup aroma bunga kacapiring maka merekapun berpamitan kepada pemilik rumah untuk kembali ke sekolah. Sebelum pulang ibu Fia meminta daun kacapiring kepada pemilik rumah. Ibu Fia mengambil daun yang masih muda dan siswanya sibuk memilih daun kacapirng yang sudah jatuh. Sambl mengambil daun kacapiring mereka  menghitung jumlah daun yang diambilnya.  Murid bu Fia sibuk mengumpulkan daun-daun yang berguguran. Setelah itu mereka berpamitan.
            Kembali dari rumah tetangga semua masuk lagi ke dalam kelas.  Ibu Fia mengajak mereka bertanya jawab.  Banyak hal yang mereka kemukakan sampai ke daun kacapiring yang sempat mereka bawa ke kelas. Pelajaran dilanjutkan dengan mengelompokan daun kacapiring bagian yang muda sama yang muda bagian yang kering sama yang kering. Murid-murid menghitung daun yang mereka bawa. Daun itu dikelompokan sesuai banyak yang dimnta gurunya.
            Setelah daun kacapiring yang muda dibersihkan ibu Fia mengeluarkan beberapa buah mangkok ia meminta  siswanya memasukan lima lembar daun kacapiring  yang masih muda.  Semua menghitung daun tersebut. Setelah itu ibu Fia meminta tambah lima lagi sampai dua puluh lembar daun kaca piring masuk ke dalam mangkok. Daun kacapiringpun ditambahkan dengan air  matang semua mata siswa terpaut  mereka sama-sama bertanya-tanya mau diapakan daun kacapiring tersebut oleh  Ibu Fia  Siswapun diminta untuk melafalkan Bismillah lalu mereka dipersilakan mencuci tangan terlebih dahulu baru diizinkan siswanya untuk meremas daun kacapiring. Semua bersemangat hanya Ika yang menyembunyikan tangan kanannya dibalik mangkok. Ia tidak menggunakan tangan kanannya karena tangannya lemah ia tidak bisa menggerakan tangannya untuk meremas dengan kuat. Ibu Fia hanya melirik ia tidak memaksa tapi komando ditukar bu Fia   dengan meminta semuanya untuk menukar  tangan yang digunakan untuk meremas.  Ika masih belum menggunakan tangannya tapi dengan kepercayaan yang diberikan  akhirnya Ika mau menggunakan tangannya yang sebelah kanan untuk meremas daun kacapiring. Semua bekerja tanpa bantuan meremas daun kacapiring setiap ada perobahan masing-masing siswa berkomentar. Hanya remasan Ika yang masih terlihat bening. Namun Fakhri dan Wanda membantu meremas daun kacapiring Ika. Akhirnya semua remasan mengental. Ibu Fia menjelaskan remasan daun kacapiring bisa dikonsumsi sebagai obat sariawan dan panas dalam. Nenek moyang  dahulu kalau mau sembuh dari Sariawan meminum air remasan daun kacapiring.Tanpa terasa bel Istirahatpun berbunyi semua beristirahat.
Setelah jam istirahat  pelajaran dilanjutkan  daun kering kacapiring yang dipungut tadipun diletakan di atas meja. Sekarang ibu Fia akan mengajarkan cara membuat hiasan kepala dari daun kaca piring. Daunpun dihitung lalu disemat satu persatu semua bekerja menyematkan lidi yang sudah dirautkan oleh gurunya. Tak lama mahkota dari daun kaca pringpun jadi. Pelajaran dilanjutkan dengan bermain peran semua berunding siapa yang akan menjadi Penghulu, bundo kanduang dan para pendekar. Semua mendapat peran semua senang bermain peran. Akhir pelajaran ditutup dengan bernyanyi bersama menyanyikan lagu dindin badindin.
Kondisi yang diciptakan seorang guru dalam pembelajaran diatas telah menunjukan suatu aplikasikan  penguatan berkarakter  melalui pembelajaran tematik dengan menggunakan helaian daun kacapiring. Kondisi ini mengharuskan seseorang untuk berfikir secara holistic, memahami sesuatu secara utuh lalu menanamkan karakter. Melalui cara itu siswa dapat menjalani pembelajaran yang menyatu, efisien dan efektif. Mereka akan bersosialisasi dalam sebuah kebersamaan artinya setiap yang dilaksanakan dalam pembelajaran ada nilai karakter yang terkandung Artinya guru yang menyampaikan pembelajaran di SLB tersebut sudah menyampaikan pelajaran secara tematik  mulai ia melangkahkan kakinya ke luar kelas bersama siswanya sampai menutup pelajaran dengan nyanyian. Pembelajaran secara tematik yang berkarakter  terasa keberadaannya.
            Dalam satu saat  guru mengucapkan salam  memulai pekerjaan dengan ucapan bismillah  guru telah menerapkan karakter Relijius dengan Kompetensi dasar adap  bertamu dan melafalkan ucapan basmalah. Belum lagi pesan yang tersirat disaat membuktikan bahwa Tuhan itu ada serta rasa Syukur saat menikmati indahnya bunga kacapiring. Nilai relijius  yang disampaikan akan menambah keimananan kepada sang pencipta alam semesta. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.Relijius bisa dilihat dengan cara cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih
            Nilai karakter nasional menempatkan sebuah kebersamaan kesetia kawanan dan mendahulukan kepentingan . Guru sudah mengkondisikan keadaan Ika yang lemah sebagai bentuk perujudan kesetia kawanan siswa yang lain. Mereka rela membantu menolong meremaskan daun kacapiring milik Ika. Kebiasaan meremas daun kacapiring sudah ada sejak zaman dahulu yang dilakukan oleh para orang tua saat ada salah satu anggota keluarganya yang demam atau sedang diserang sariawan dalam. Guru tersebut  bersama dengan muridnya melakukan  kerjasama sehingga remasan daun kacapiring mereka dapat mengental semuannya. Kompetensi yang ingin dicapai  berbentuk kepedulian antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, Melestarikan kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, serta menjaga lingkungan,dari sampah daun kacapiring yang mengering. Nilai karakter mandiri merupakan harapan yang sangat didambakan oleh para orang tua yang mengantarkan anaknya untuk belajar di sekolah luar biasa. Dengan belajar menghitung lembar demi lembar daun kacapiring anak akan terlatih untuk berhitung dan mengerti dengan konsep bilangan. Ini akan menjadi pondasi sebuah kemandirian yang nantinya tidak tergantung kepada orang tua. Siswa dapat melakukan hal sehari-hari tanpa bantuan. Kreatifitas siswa juga akan terasah saat mereka merangkai daun kacapiring yang sudah kering menjadi mahkota berani tampil ditengah orang banyak karena sudah dilatih bermain peran didalam kelas.
            Nilai Karakter gotong royong terasa hadir  di dalam kelas disaat para siswa  bersama tolong menolong menghitung daun kacapirng, memilih daun yang berserakan serta membantu temannya meremas daun kacapiring. Ika yang tangannya lemah mendapat bantuan temannya saat menyematkan lidi didaun kacapiring yang sudah kering untuk mendapatkan mahkota sebagai pelajaran Seni Budaya dan keterampilan.. Mereka akans saling menghargai karya yang sudah mereka buat bersama dan bergembira menyanyikan lagu, musyawarah juga mereka lakukan
            Nilai karakter Integritas merupakan nilai dasar perilaku dalam kehidupan di sekolah tidak ada yang menertawakan Ika walau tangannya lemah sebelah. Mereka bertanggung jawab dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Bertutur kata yag baik saat bersosialisasi dengan penduduk sekeliling juga dengan teman sekelas.
            Kelima nilai karakter yang terkandung disampaikan tidaklah secara terpisah mereka berinteraksi satu dan lainnya berekembang secara harmonis yang membentuk suatu keutuhan pribadi. Tidak peduli dari mana nilai karakter dimulai semua perlu mengembangkan nilai utama lainnya.
Jika kelima  karakter tersebut disampaikan secara terpisah tanpa  kolaborasi mata pelajaran yang disajikan secara tematik maka pembelajaran menjadi boros waktu  dan membosankan dan hasil belajarnya kurang bermakna. Cara ini memposisikan siswa berkarakter sejak dini apabila cara ini dilakukan dalam pembelajaran guru tidak perlu cermas karakter siswanya akan jelek. Selama ini ada kekeliruan dalam memahami pembelajaran secara tematik. Yang menjadi target adalah materi yang ada pada buku  tidak ada inovasi yang lain . Tak hayal guru menyuruh anak mencatat pelajaran tersebut dan menghafalnya di rumah. Padahal yang ingin di capai sesungguhnya pengembangan kompetensi dan karakter yang baik dari setap anak. 
            Dari cara menyampaian pelajaran secara tematik yang mengandung karakter  dapat dimaknai bahwa anak dapat berkembang potensinya dan akan lebih memahami konsep karena mereka langsung mengalaminya.  Sejalan dengan firman Allah  bahwa yang sanggup megubah nasib suatu kaum dalah kaum itu sendiri. Membuka cakrawala siswa seluas-luasnya untuk berkarya dan mengekplorasi diri merupakan cara terjitu dalam membangun potensi menjadi  jalan keluar untuk dapat hidup mandiri ditengah ketatnya persaingan hidup dimasarakat luas.  
            Dengan daun kacapiring pembelajaran menyenangkan dapat diterima anak secara tematik. Tematik telah menyatukan nilai-nilai karakter secara utuh.Kepada para guru kreatif teruslah kembangkan potensi siswa jangan terlalu terikat dengan buku siswa  jangan lagi mencari celah untuk  tidak berbuat karena adanya penyempurnaan kurikulumsetiap saat. Kalaupun kurikulum diputar balikan guru tak lagi caggung karena  guru sudah paham dengan sebuah intisari permasalahan. Guru sudah dapat menarik benang merah dari semua yang disuguhkan dan guru sudah mendapat pengait pintu sugga karena telah berbuat yang terbaik untuk siswanya.