“Jadikan masalah itu ide,” begitu
ucap Dra Lifya, penulis buku sekaligus guru Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Padang
pada tenaga Pusat layanan Autis (PLA) Kota Padang, Jumat (25 Juni 2016).
Dalam talkshow “Menjadi guru dan
menulis” yang diadakan oleh PLA Kota Padang, Lifya menyampaikan bahwa tidak ada
hambatan bagi siapapun untuk menulis. Dia menilai, umumnya orang berfikir
menulis hanyalah pekerjaan penulis.
“Menurut
saya itu adalah persepsi yang salah, persepsi yang salah akan mematikan
keinginan menulis,” ungkapnya.
“Ada empat
puluh buah buku yang memuat tulisan saya secara kontributor dan empat buah buku
tunggal telah telah diterbitkan. Di
antaranya, Langkah Guru Anak Tunagrahita Sampai ke Istana Merdeka, Mimpi yang
Sempurna, Empati Demi Surgawi, dan Hidup Terampil di SLB,” katanya.
Namun, Lifya mengakui bukunya yang
telah diterbitkan belum mendapat perhatian besar oleh masyarakat. “Karena
tulisan saya tidak ada ditoko buku
karena semua dijualkan secara online” ujar Lifya sembari tersenyum.
Menurut Lifya, Ada banyak hal yang
dapat kita jadikan topik tulisan terlebih bagi guru atau terapis
Anak Berkeutuhan Khusus. “Banyak orang
ingin tahu tentang dunia ABK, kita bisa memberitahu mereka dengan
t ulisan kita,” ucapnya lagi.
Wanita kelahiran 4 April 1966 ini
mengaku tidak pernah menyangka pada apa yang sudah dicapainya saat ini.
Sebelumnya, Lifya mengaku hanya menumpuk tulisan di dalam laptop dan berbagi melalui Blog pribadinya.
“Ternyata ada yang suka dan saya mulai diwawancara wartawan waktu itu,”
kenangnya.
Pesona Lifya semakin merebak setelah
pada tahun 2010, Lifya menerima penghargaan sebagai Juara III Guru Berdedikai
Tingkat Kota Padang. Menjadi Juara III
Guru Berdedikasi se-Kota Padang Tahun 2011 dan Juara II Guru Berdedikasi
se-Kota Padang Tahun 2012.
Prestasinya berlanjut di tahun 2013 dengan meraih Juara I Guru Berdedikasi se-Kota Padang, Juara I Guru Berdedikasi Provinsi Sumatera Barat serta menjadi Juara II Guru Pendidikan Khusus Berdedikasi Tingkat Nasional.
Bagi Lifya, penghargaan yang diraihnya juga dipersembahkan untuk suaminya, Duhani dan kedua anaknya, masing-masing Hasanatul Aini dan Fahmi Fahrozi .
Prestasinya berlanjut di tahun 2013 dengan meraih Juara I Guru Berdedikasi se-Kota Padang, Juara I Guru Berdedikasi Provinsi Sumatera Barat serta menjadi Juara II Guru Pendidikan Khusus Berdedikasi Tingkat Nasional.
Bagi Lifya, penghargaan yang diraihnya juga dipersembahkan untuk suaminya, Duhani dan kedua anaknya, masing-masing Hasanatul Aini dan Fahmi Fahrozi .
“Selain
itu saya juga punya banyak ide tulisan,, ad aide ada cerita” terangnya.
Pilihan menjadi guru bagi Anak Berkebutuhan
Khusus ternyata bukan merupakan pilihan yang salah, karena dengan kegigihannya
Lifya berhasil memperoleh penghargaan sebagai Guru Pendidikan Khusus Pendidikan
Dasar Berdedikasi Tingkat Nasional Tahun 2013, sebuah prestasi yang banyak
diidam-idamkan oleh banyak guru di seluruh Indonesia.
Dia mengatakan, prestasi yang
diraihnya tersebut karena berhasil
membuat media pembelajaran dan buku-buku pelajaran yang menarik. Bahkan dia
mengadopsi media pembelajaran dari kelas normal.
Katanya, “ Apapun jenis pekerjaan
yang ditekuni seseorang bisa sejalan
dengan dunia tulis menulis.”
“Menulislah
selagi jantung kemang kempis,” kata Lifya.
Disela penyajian materi, Lifya mengajak Tenaga PLA Kota Padang ikut andil
di dunia literasi
“Saya pikir kita bukan anak raja, bukan anak
menteri yang bisa dikenang setelah tiada.
Dengan menulis kita bisa memberitahu dunia bahwa kita ada,” tuturnya. *Red
(Novi)