Anak Minang menari piring, Penarinya elok lagi
cantik, Dengan daun kaca piring,Bisa
belajar secara tematik. Disadari
atau tidak disadari pembelajaran secara tematik sudah diterapkan di SLB dan
pembelajaran tersebut sudah dilaksanakan terhadap berbagai karakteristik. Hal itu
mengingatkan akan kegiatan yang dilakukan seorang guru di sekolah luar biasa. Ia menyampaikan
banyak materi pelajaran dengan hanya
menggunakan media daun kacapiring.
Hari itu pelajaran di kelas dasar 4 Sekolah Dasar Luar Biasa sampai
pada tema bermain ke rumah tetangga. Maka sang guru yang sering dipanggil bu Fia itupun membawa siswanya yang
berjumlah empat orang ke luar kelas. Sepanjang jalan ibu Fia bercerita. Ia mengatakan sebelah menyebelah
dengan sekolah di sebut tetangga. Jadi tetangga sekolah sebelah
kanan adalah rumah penduduk. Sedang sebelah
kiri tetangga sekolah adalah kampus UNP.
Tetangga bagian depan dibatasi oleh jalan raya dan tetangga arah belakang adalah kebun dan perbukitan
pekarangan rumah tetangga sebelah kanan dipagar dengan pohon kacapiring. Ibu
Fia mengajak siswanya menuju sebuah rumah penduduk di sebelah kanan. Sebelum
memasuki perkarangan sekolah mereka sama-sama mengucapkan salam. Setelah
pemilik rumah keluar ibu Fa minta izin untuk bermain dirumah tetangga itu.
Rumah tetangga itu banyak ditanami bunga dan buah-buahan. Ibu Fia mengenalkan
berbagai tanaman tersebut kepada siswanya. Salah satu tanaman yang
diperkenalkan bu Fia kepada siswanya adalah tanaman kacapiring. Dalam bahasa latin
orang menyebutnya Gardenia Augusta.
Kacapiring bunganya berwarna putih
dan harum bunganya mirim dengan bunga mawar putih. Tanaman kacapiring batangnya
berkayu daunnya berwarna hijau gelap.tebal dan licin seperti kulit. Ibu Fia
meminta siswanya untuk mencium harumnya bunga kacapiring. Ada bermacam pohon
yang tumbuh di pekarangan itu tapi harum bunga kacapiring lebih menarik minat
para siswa. Setelah memperhatikan, memegang dan menghirup aroma bunga
kacapiring maka merekapun berpamitan kepada pemilik rumah untuk kembali ke
sekolah. Sebelum pulang ibu Fia meminta daun kacapiring kepada pemilik rumah.
Ibu Fia mengambil daun yang masih muda dan siswanya sibuk memilih daun
kacapirng yang sudah jatuh. Sambl mengambil daun kacapiring mereka menghitung jumlah daun yang diambilnya. Murid bu Fia sibuk mengumpulkan daun-daun
yang berguguran. Setelah itu mereka berpamitan.
Kembali dari rumah tetangga semua
masuk lagi ke dalam kelas. Ibu Fia
mengajak mereka bertanya jawab. Banyak
hal yang mereka kemukakan sampai ke daun kacapiring yang sempat mereka bawa ke
kelas. Pelajaran dilanjutkan dengan mengelompokan daun kacapiring bagian yang
muda sama yang muda bagian yang kering sama yang kering. Murid-murid menghitung
daun yang mereka bawa. Daun itu dikelompokan sesuai banyak yang dimnta gurunya.
Setelah daun kacapiring yang muda
dibersihkan ibu Fia mengeluarkan beberapa buah mangkok ia meminta siswanya memasukan lima lembar daun
kacapiring yang masih muda. Semua menghitung daun tersebut. Setelah itu
ibu Fia meminta tambah lima lagi sampai dua puluh lembar daun kaca piring masuk
ke dalam mangkok. Daun kacapiringpun ditambahkan dengan air matang semua mata siswa terpaut mereka sama-sama bertanya-tanya mau diapakan
daun kacapiring tersebut oleh Ibu Fia Siswapun diminta untuk melafalkan Bismillah lalu
mereka dipersilakan mencuci tangan terlebih dahulu baru diizinkan siswanya
untuk meremas daun kacapiring. Semua bersemangat hanya Ika yang menyembunyikan
tangan kanannya dibalik mangkok. Ia tidak menggunakan tangan kanannya karena
tangannya lemah ia tidak bisa menggerakan tangannya untuk meremas dengan kuat.
Ibu Fia hanya melirik ia tidak memaksa tapi komando ditukar bu Fia dengan
meminta semuanya untuk menukar tangan
yang digunakan untuk meremas. Ika masih
belum menggunakan tangannya tapi dengan kepercayaan yang diberikan akhirnya Ika mau menggunakan tangannya yang sebelah
kanan untuk meremas daun kacapiring. Semua bekerja tanpa bantuan meremas daun
kacapiring setiap ada perobahan masing-masing siswa berkomentar. Hanya remasan
Ika yang masih terlihat bening. Namun Fakhri dan Wanda membantu meremas daun
kacapiring Ika. Akhirnya semua remasan mengental. Ibu Fia menjelaskan remasan
daun kacapiring bisa dikonsumsi sebagai obat sariawan dan panas dalam. Nenek
moyang dahulu kalau mau sembuh dari
Sariawan meminum air remasan daun kacapiring.Tanpa terasa bel Istirahatpun berbunyi
semua beristirahat.
Setelah jam istirahat pelajaran dilanjutkan daun kering kacapiring yang dipungut tadipun
diletakan di atas meja. Sekarang ibu Fia akan mengajarkan cara membuat hiasan
kepala dari daun kaca piring. Daunpun dihitung lalu disemat satu persatu semua
bekerja menyematkan lidi yang sudah dirautkan oleh gurunya. Tak lama mahkota
dari daun kaca pringpun jadi. Pelajaran dilanjutkan dengan bermain peran semua
berunding siapa yang akan menjadi Penghulu, bundo kanduang dan para pendekar. Semua
mendapat peran semua senang bermain peran. Akhir pelajaran ditutup dengan
bernyanyi bersama menyanyikan lagu dindin badindin.
Kondisi yang diciptakan seorang guru
dalam pembelajaran diatas telah menunjukan suatu aplikasikan penguatan berkarakter melalui pembelajaran tematik dengan menggunakan
helaian daun kacapiring. Kondisi ini mengharuskan seseorang untuk berfikir
secara holistic, memahami sesuatu secara utuh lalu menanamkan karakter. Melalui
cara itu siswa dapat menjalani pembelajaran yang menyatu, efisien dan efektif.
Mereka akan bersosialisasi dalam sebuah kebersamaan artinya setiap yang
dilaksanakan dalam pembelajaran ada nilai karakter yang terkandung Artinya guru
yang menyampaikan pembelajaran di SLB tersebut sudah menyampaikan pelajaran
secara tematik mulai ia melangkahkan
kakinya ke luar kelas bersama siswanya sampai menutup pelajaran dengan
nyanyian. Pembelajaran secara tematik yang berkarakter terasa keberadaannya.
Dalam satu saat guru mengucapkan salam memulai pekerjaan dengan ucapan
bismillah guru telah menerapkan karakter
Relijius dengan Kompetensi dasar adap
bertamu dan melafalkan ucapan basmalah. Belum lagi pesan yang tersirat
disaat membuktikan bahwa Tuhan itu ada serta rasa Syukur saat menikmati
indahnya bunga kacapiring. Nilai relijius
yang disampaikan akan menambah keimananan kepada sang pencipta alam
semesta. Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus,
yaitu hubungan individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan
alam semesta (lingkungan). Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam
perilaku mencintai dan menjaga keutuhan ciptaan.Relijius bisa dilihat dengan cara cinta damai, toleransi,
menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri,
kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan,persahabatan,
ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, melindungi yang
kecil dan tersisih
Nilai karakter nasional menempatkan
sebuah kebersamaan kesetia kawanan dan mendahulukan kepentingan . Guru sudah
mengkondisikan keadaan Ika yang lemah sebagai bentuk perujudan kesetia kawanan
siswa yang lain. Mereka rela membantu menolong meremaskan daun kacapiring milik
Ika. Kebiasaan meremas daun kacapiring sudah ada sejak zaman dahulu yang
dilakukan oleh para orang tua saat ada salah satu anggota keluarganya yang
demam atau sedang diserang sariawan dalam. Guru tersebut bersama dengan muridnya melakukan kerjasama sehingga remasan daun kacapiring
mereka dapat mengental semuannya. Kompetensi yang ingin dicapai berbentuk kepedulian antara lain apresiasi
budaya bangsa sendiri, Melestarikan kekayaan budaya bangsa,rela berkorban,
serta menjaga lingkungan,dari sampah daun kacapiring yang mengering. Nilai
karakter mandiri merupakan harapan yang sangat didambakan oleh para orang tua
yang mengantarkan anaknya untuk belajar di sekolah luar biasa. Dengan belajar
menghitung lembar demi lembar daun kacapiring anak akan terlatih untuk
berhitung dan mengerti dengan konsep bilangan. Ini akan menjadi pondasi sebuah
kemandirian yang nantinya tidak tergantung kepada orang tua. Siswa dapat
melakukan hal sehari-hari tanpa bantuan. Kreatifitas siswa juga akan terasah
saat mereka merangkai daun kacapiring yang sudah kering menjadi mahkota berani
tampil ditengah orang banyak karena sudah dilatih bermain peran didalam kelas.
Nilai
Karakter gotong royong terasa hadir di
dalam kelas disaat para siswa bersama
tolong menolong menghitung daun kacapirng, memilih daun yang berserakan serta
membantu temannya meremas daun kacapiring. Ika yang tangannya lemah mendapat
bantuan temannya saat menyematkan lidi didaun kacapiring yang sudah kering untuk
mendapatkan mahkota sebagai pelajaran Seni Budaya dan keterampilan.. Mereka
akans saling menghargai karya yang sudah mereka buat bersama dan bergembira
menyanyikan lagu, musyawarah juga mereka lakukan
Nilai
karakter Integritas merupakan nilai dasar perilaku dalam kehidupan di sekolah
tidak ada yang menertawakan Ika walau tangannya lemah sebelah. Mereka
bertanggung jawab dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Bertutur kata yag baik
saat bersosialisasi dengan penduduk sekeliling juga dengan teman sekelas.
Kelima
nilai karakter yang terkandung disampaikan tidaklah secara terpisah mereka
berinteraksi satu dan lainnya berekembang secara harmonis yang membentuk suatu
keutuhan pribadi. Tidak peduli dari mana nilai karakter dimulai semua perlu
mengembangkan nilai utama lainnya.
Jika kelima karakter tersebut disampaikan secara terpisah
tanpa kolaborasi mata pelajaran yang
disajikan secara tematik maka pembelajaran menjadi boros waktu dan membosankan dan hasil belajarnya kurang
bermakna. Cara ini memposisikan siswa berkarakter sejak dini apabila cara ini
dilakukan dalam pembelajaran guru tidak perlu cermas karakter siswanya akan
jelek. Selama ini ada kekeliruan dalam memahami pembelajaran secara tematik.
Yang menjadi target adalah materi yang ada pada buku tidak ada inovasi yang lain . Tak hayal guru
menyuruh anak mencatat pelajaran tersebut dan menghafalnya di rumah. Padahal
yang ingin di capai sesungguhnya pengembangan kompetensi dan karakter yang baik
dari setap anak.
Dari
cara menyampaian pelajaran secara tematik yang mengandung karakter dapat dimaknai bahwa anak dapat berkembang
potensinya dan akan lebih memahami konsep karena mereka langsung
mengalaminya. Sejalan dengan firman
Allah bahwa yang sanggup megubah nasib
suatu kaum dalah kaum itu sendiri. Membuka cakrawala siswa seluas-luasnya untuk
berkarya dan mengekplorasi diri merupakan cara terjitu dalam membangun potensi
menjadi jalan keluar untuk dapat hidup
mandiri ditengah ketatnya persaingan hidup dimasarakat luas.
Dengan daun kacapiring pembelajaran
menyenangkan dapat diterima anak secara tematik. Tematik telah menyatukan
nilai-nilai karakter secara utuh.Kepada para guru kreatif teruslah kembangkan
potensi siswa jangan terlalu terikat dengan buku siswa jangan lagi mencari celah untuk tidak berbuat karena adanya penyempurnaan
kurikulumsetiap saat. Kalaupun kurikulum diputar balikan guru tak lagi caggung
karena guru sudah paham dengan sebuah
intisari permasalahan. Guru sudah dapat menarik benang merah dari semua yang
disuguhkan dan guru sudah mendapat pengait pintu sugga karena telah berbuat
yang terbaik untuk siswanya.