BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Autis
adalah gangguan perkembangan neurobiologi yang berat yang terjadi pada anak sehingga menimbulkan masalah pada
anak untuk berkomunikasi dan berintegrasi
dengan lingkungnnya. Penyandang autism tidak dapat berhubungan dengan
orang lain secara berarti serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan
orang lain terganggu oleh karena masalah ketidak mampuannya untuk berkomunikasi
dan untuk mengerti apa yang dimaksud oleh orang lain.Tanda-anda/ gejala pada
autis sudah tampak jelas sebelum anak berusia 3 tahun, dan kemudian tetap
berlanjut sampai dewasa jika tidak dilakukan intervensi yang tepat.
Penyandang autis
memiliki gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, imajinasi serta pola
perilaku yang repetitive{ berulang-ulang) dan resistensi {tidak mudah
mengikuti/ menyesuaikan} terhadap perubahan pada rutinitas. Gangguan pada
inteteraksi sosial ini menyebabkan mereka terlihat aneh dan berbeda dengan
orang lain. Gangguan pada komunikasi
yaitu terjadi pada komunikasi verbal ( lisan dengan kata-kata) maupun
non verbal ( tidak mengerti arti dari
gerak tubuh, ekspresi wajah dan nada/ warna dan intonasi suara.
Gangguan pada imajinasi menyebabkan anak
kesulitan dalam hal aktivitas dan bermain. Sehinga bermain dan beraktifitas berbeda dengan
orang/anak lain. Misalnya mencontoh dan mengikuti suatu hal secara kaku dan
berulang.
Jumlah
penyandang autis di sepanjang tahun semakin meningkat. Peningkatan ini selain
memang jumlah penyandang autis sebenarnya semakin bertambah juga mungkin
Dipengengaruhi oleh kewapadaan
masyarakat serta semakin membaiknya kemampuan diagnose para dokter/frofesional.
Seiring bertambahnya penyandang autis pemberian stimulsasi (proses
pembelajaran) yang tepat dapat merubah perilaku dan kognisi karena terjadi
modifikasi koneksi-koneksi antara sel-sel neuron baru ( neuri genesis).
|
|
Metoda
dan media yang dipilih guru tersebut membuat anak cepat bosan dan dirasa tidak
cocok dengan karakter dan kebutuhan
siswa. Maka upaya lain yang tepat dalam mengenalkan warna pun diupayakan dengan
cara yang sesuai dengan minat dan bakat anak dikarenakan anak suka dengan
angka-angka maka peneliti menyepakati dengan kolaborator untuk menggunakan
terapi angka dalam mengenalkan warna dasar pada anak autis.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1. Siswa
Autis senang menggunakan bermacam warna, tapi belum bisa membedakan antara satu warna dengan yang lain.
2. Siswa
autis kurang memahami intruksi dan penjelasan guru tentang warna.
3. Siswa
kurang tertarik belajar dan cepat bosan karena media dan metoda yang
digunakan tidak bertolak dari
kesenangan anak.
4. Pengenalan
warna tidak kontiniu sehingga siswa tidak menguasai pengetahuan tentang warna.
5. Metoda
yang digunakan cendrung monoton.
6. Terapi
angka belum pernah digunakan dalam pengenalan warna dasar.
7.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di
atas maka masalah itu perlu dibatasi.
1. Kemampuan
mengenal warna dasar siswa autis di SLB Wacana Asih Padang rendah.
2. Terapi
angka belum digunakan dalam pengenalan warna
|
Berdasarkan
batasan masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :
Kemampuan mengenal
warna dasar melalui terapi angka bagi siswa autis di SLB Wacana Asih Padang.
A. Petanyaan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas dapat dirumuskan pertanyaan penetian sebagai berikut:
Sejauh mana terapi
angka dapat meningkatkan kemampuan pengenalan warna dasar melalui terapi
angka siswa aautis di SLB Wacana asih
Padang.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk menjelaskan jawaban sementara dari pertanyaan
penelitian di atas, Untuk menjelaskan apakah terapi angka dapat meningkatkan
kemampuan pengenalan angka siswa autis SLB Wacana asih Padang.
C. Manfaat Penelitian
Diharapkan
setelah penelitian selesai dapat
bermanfaat bagi guru atau terapis dalam upaya meningkatkan kemampuan pengenalan
warna dasar bagi siswa autis dan untuk membuktikan
bahwa terapi angka dapat meningkatkan kemampuan
pengenalan warna dasar bagi siswa autis.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Hakekat
Warna
1. Pengertian
Warna
Warna sangat mendukung dalam unsure-unsur
keindahan, dengan warnalah sesuatu akan indah. Menurut Sulasmi Darma Prawira
dalam warna sebagai salah satu unsur
seni dan desain, (1989) mengemukakan
warna adalah “ Salah satu keindahan dan desain selain unsur visual
seperti garis, bidang, bentuk nilai dan ukuran”. Amran Chaniago ( 1995 : 555)
dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia , warna adalah yang ditangkap oleh mata
ketika memandang sesuatu yang memantulkan cahaya ( merah, kuning, hijau) corak
rupa- rupa dalam kehidupan masyarakat. Warna dapat ditinjau dari beberapa aspek
seperti yang dikemukakan oleh Rustam (
1993 : 100), bahwa warna dapat ditinjau dari:
a. Aspek
fisika bahwa warna adalah gelombang cahaya matahari melalui sebuah prisma yang
akan terurai sehingga menjadi spectrum cahaya yang sampai pada mata sehingga
kita dapat melihat warna.
b. Warna
ditinjau dari aspek Fisiologi atau Faal bahwa merupakan stimulasi cahaya yang
memantul dari suatu objek.
Teori
warna menurut ilmu alam dan pigmen dijelaskan bahwa warna dan ilmu alam terdiri
dari dua unsure sinar matahari atau cahaya dalam bahasa latin disebut spectrum.
Warna ada tiga spectrum yang mempunyai panjang yang sama yaitu sinar merah,
sinar kuning dan sinar biru. Sementara para pendidik serta para seniman
menyebar luaskan warna merah, kuning dan biru. Ilmuan fisika dan ahli psikologi
mempunyai gagasan yang berbeda, bila warna merah, kuning dan biru adalah
warna-warna utama yang pigmen ,para ahli fisika memandang bahwa warna utama
untuk cahaya adalah merah,hijau, dan biru. Tiga warna dasar merah kuning dan
biru merupakan lingkaran warna.
2. Jenis-jenis
Warna
|
|
a. Primer
Merupakan warna utama
atau pokok yaitu merah,kuning,dan biru
b. Binari
( secondary)
Yaitu warna kedua yang terjadi
dari golongan antara dua warna primer, warna tersebut adalah merah campur biru
jadi violet. Merah campur kuning jadi orange
biru dicampur
kuning jadi orange, biru dicampur kuning
menjadi hijau.
c. Warna
antara ( intermediasi)
Warna ini adalah warna
campuran dari warna primer dan binari misalnya merah dicampur hijau menjadi
merah hijau.
d. Tertier
( warna ketiga)
Merupakan warna-warna
campuran dari dua warna binari misalnya violet dicampur dengan hijau dan
sebagainya
e. Quartenari
Ialah warna campuran
dari dua warna tertier misalnya semacam hijau violet
Dicampur dengan orange
hijau, hijau orange dicampur dengan violet orange.
3. Manfaat
Warna pada Penglihatan
Kehadiran warna yang beraneka corak dalam kehidupan
sehari-sehari akan memberikan pengenalan yang baik pada kesehatan, terutama
pada alat-alat indra kita. Hal ini juga dikemukakan oleh Bony Danuatmaja (2003
: 121 ) fungsi warna bermanfaat bagi Stimulasi penglihatan. Warna biru untuk
menurunkan denyut jantung, tekanan darah dan frekuensi nafas, hingga dua puluh
persen ,selain itu juga untuk relaksasi, mengurangi rasa kawatir,cemas, nafsu
makan dan meditasi. Hijau untuk memberikan efek rasa damai tenang tentram,
bebas, sejuk, menurunkan hormone stress dalam darah dan menurunkan fungsi otot,
Merah merupakan warna excited, berfungsi untuk meningkatkan aktifitas otak dan
tonus otak, juga memberikan rasa hangat.Orange memberikan efek yang sama dengan
warna merah tetapi lebih ringan , orange merupakan warna aktifitas dan energy
sedikit menurunkan efek depresi dan merangsang nafsu makan. Kuning merupakan penampilan stabil dapat meningkatkan penampilan yang baik,
konsentrasi dan produktivitas.
B.
|
1. Kebutuhan
Terapi
Penderita autis membutuhkan program terapi khusus
sebagai usaha penanganan gangguan
perkembangan yang dialami . program ini bukan untuk mengubah anak autis menjadi
normal melainkan melatih anak menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat.
Penangan untuk anak autis dijelaskan oleh Peeters (2004) bahwa untuk
mempersiapakan anak autis menghadapi kehidupan dewasanya sehingga dapat
berintegrasi dalam masyrakat sebaik
mungkin (dengan mendapat perlindungan) dapat dilakukan dengan terapi,Terapi
merupakan aktivitas inti belajar mengajar antara terapis dengan anak autis
untuk meningkatkan perkembangan bagi anak autis agar menjadi baik.
2. Tujuan
Terapi
Untuk membantu anak autis menjadi lebih “normal “
dibutuhkan bantuan pengobatan dan terapi Handoyo (2005) dalam bukunya Autisma
menjelaskan metode terapi mempunyai tujuan untuk membantuanak autis dalam hal”
1. Komunikasi
dua arah yang komunikatif
2. Sosialisasi
kedalam lingkungan yang umum
3. Menghilangkan
atau meminimalkan perilaku yang tidak wajar
4. Mengajarkan
materi akademik
5. Kemampuan
bantu / bina diri dan keterampilan lain
3. Terapi
Angka
Termasuk bagian terapi bermain yang merupakan usaha
penyembuhan untuk mencapai
Perkembangan
fisik, intelektual, emosi dan sosial
anak secara optimal.
Pada
terapi angka ini merupakan suatu usaha untuk memudahkan anak autis dalam
mengingat sesuatu dengan menggunakan angka yang merupakan suatu tanda lambang
yang di gunakan untuk melambangkan bilangan. Contohnya bilangan tiga dapat
dilambangkan menggunakan angka hindu-Arab “3” lambang 1,2,3, yang digunakan
untuk melambangkan bilangan tiga disebut sebagai angka.
|
C.
Hakekat
Siswa Autis
1. Pengertian
Siswa Autis
Autis berasal dari kata “Auto” berarti
sendiri. Penyandang autis seolah-olah hidup didunia sendiri. Kesendirian
merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi cara siswa memproes informasi
dari akal sehat mereka. Istilah Autisme diperkenalkan oleh LEO Kenner 1943
meskipun istilah ini masih ralatif baru namun berbagai penelitian membuktikan
bahwa gangguan ini sudah muncul berabad-abad yang lalu, Menurut Ika Widiawati
(1999 : 2)
bahwa Autisma adalah suatu gangguan
perkembangan yang komplekdan berat. Yang sudah tampak sebelum usia 3 tahun dan
membuat mereka tidak mampu berkomunikasi, tidak mampu mengekspresikan perasaan
maupun keinginannya sehingga perilaku dan hubungannya dengan orang lain
terganggu kondisi ini mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
Leo Kenner dalam Rudi Sutadi ( 2003:9)
mendefinisikan autism adalah gejala yang didapat pada masa kanak-kanak dengan
menggambarkan kesendirian, keterlambatan dalam perkembangan bahasa,
menghafalkan sesuatu tanpa berfikir, melakukan aktifitas spontan terbatas,
stereotip. Rudi Sutardi ( 2003 : 33 )
mengemukakan bahwa autism merupakan gangguan perkembangan berat yang
mempengaruhi cara seorang untuk berkomunikasi dan berelasi dengan orang lain.
Dari beberapa pendapat tentang
definisi autis dapat dimaknai bahwa autis berupa gangguan perkembangan yang
berat yang sudah tampak sejak lahir atau pun masa balita menyebabkabkan
terjadinya hambatan dalam berkomunikasi dan berintegrasi sosial dengan orang
lain sehingga hidup dalam dunia sendiri.
2. Karakteristik
Siswa Autis
a.
Selektif berlebihan terhadap rangsangan.
b.
Kurangnya motivasi untuk menjelajahi
lingkungan baru.
c.
Respon stimulasi diri sehinga mengganggu
integrasi sosial.
d.
Respon unik terhadap imbalan khususnya
imbalan dari stimulasi diri.
8
|
a. Siswa Autisme mengalami gangguan dalam
membentuk hubungan sosial
1) Siswa
cendrung menyendiri dan tidak berinisiatif untuk melakukan kontak dengan orang
lain maupun dengan teman sebaya
2) Kesulitan
dalam ekspresi emosi dan memahami perasaan orang lain
3) Kurang
dapat bereaksi secara tepat terhadap perasaan dan emosi orang lain
4) Memperlakukan
orang lain sebagai objek, hanya berintegrasi sosial sesuai dengan usianya.
5) Tidak
mmpu membentuk hubungan pertemanan dan berintegrasi sosial sesuai dengan
usianya.
6) Minat
terbatas dan tidak dapat bermain secara akurat
7) Keterbatasan
dalam keterampilan sosial.
b. Mengalami
hambatan dalam komunikasi verbal
1) Keterlambatan
atau kegagalan dalam perkembangan bahasa.
2) Kegagalan
dalam merespon komunikasi dengan orang lain.
3) Penggunaan
bahasa yang repetitive atau stereotype. Kebingungan dalam menggunakan kata ganti diri (saya menjadi
kamu dan sebagainya).
c. Menunjukan
pola-pola perilaku yang unik
1) Gerakan
tubuh yang berulang-ulang yang mengganggu pelaksanaan tugas seperti mengepakan
tangan, menjentikan jari, loncat-loncat.
2) Preokupasi
pada bagian – bagian dari objek atau keterikatan pada objek tertentu.
3) Tidak
menyukai perubahan.
4) Memaksakan
mengikuti rutinitas secara detail.
5) Minat
yang sangat sempit.
6)
3. Faktor
Penyebab Autis
a. Masa
Pranatal
Kelainan neurobiologist pada susunan
syaraf pusat seperti pertumbuhan sel otak yang tidak sempuna pada beberapa
bagian otak seperti pada carabelum ( otak kecil ), kortek bagian
pariental,temporal dan frontal juga pada system limbic ( pusat emosi). Gangguan
pada pertumbuhan sel otak terjadi selama kehamilan, terutama kehamilan muda
dimana sel-sel otak sedang dibentuk. Gangguan pertumbuhan ini bisa juga disebabkan Karena saat ibu hamil
muda terinfeksi virus ( toksoplasma, rubella. Herpes)
dan jamur (Candida ) serta terhirup atau termakan zat-zat beracun. Kekurangan
oksigen pada otak janin karena pendarahan saat hamil muda diperkirakan sebagai
salah satu penyebab . Faktor genetik
juga memegang peran yang penting dalam timbulnya gejala-gejala autis
tersebut,
b.
Kurang
sempurnanya pencernaan siswa autism
menyebabklan siswa tidak mampu mencerna makanan berupa susu sapi ( casein) dan
dari tepung terigu (gluten). Akibat dari makanan yang tidakdicerna maka fungsi
otak menjadi kacau dan mempengaruhi fungsi kognitif, reseptif, attensi dan
perilaku. Hal ini memperburuk gejala yang sudah ada, dan kalau otak terus
menerus dibom oleh zat-zat ini maka sel-sel otak tersebut lama kelamaan bisa
menjadi mati.
4.Tujuan
Pembelajaran siswa Autis
Secara umum tujuan Pendidikan
Nasional juga merupakan tujuan pendidikan bagi siswa autism. Tujuan khusus
pendidikan luar biasa menurut Rahmat Natawijaya (1979: 61) mencakup sebagai
berikut :
a. Dapat
mengembangkan potensi sebaik-baiknya.
b. Dapat
menolong diri, berdiri sendiri dan mandiri.
c. Memiliki
kehidupan lahir batin yang layak.
Adapun
tujuan pendidikan bagi siswa autism dapat dikemukan sebagai berikut:
a) Dapat
mengembangkan kemampuan berkomunikasi.
b) Dapat
mengembangkan kemampuan berinterasi sosial.
c) Dapat
menunjukan perilaku yang wajar.
d) Dapat
mengendaliukan emosi dengan baik.
e) Dapat
mengembangkan kemampuan persepsi sensori
Dari beberapa pendapat
diatas, dapat dijelaskan bahwa tujuan dari pendidikan siswa autis adalah agar
mereka bisa berkomunikasi , bersosialisasi dan berintegrasi serta dapat hidup wajar dan menjadi pribadi
yang mandiri tanpa harus tergantung pada orang lain.
|
Pada umumnya semua orang menyenangi warna selain menimbulkan keindahan Juga menimbulkan
perasaan senang, termasuk siswa autispun menyukai benda yang penuh aneka warna.
Pengenalan warna bagi siswa autis adalah penting karena dimanapun mereka berada
selalu menjumpai benda-benda yang berwarna warni. Dengan menyajikan benda-benda
yang berwarna akan merangsang kemampuan persepsi siswa dan meningkatkan
perhatian siswa autis untuk mengamati benda.
Selain dapat dilihat, warna juga
langsung mempengaruhi perilaku dan mempengaruhi nilai estetika dan turut
menentukan bisa tidaknya siswa terhadap sesuatu. Warna juga menimbulkan
perasaan tenang dan ketenangan pikiran, serta mengontrol emosi dan mengembangkan
daya imajinasi.
Menurut Tumbijo (1975: 110) warna
merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, Bagi Siswa autis dalam
mengenalkan warna pertama yang dilihatkan warna terang atau warna primer
seperti warna merah, Bagi siswa autis
tidaklah mudah dalam menenal warna Tabloid nikita ( 2003 : 59) mengemukakan
beberapa cara mengenal warna :
a. Mengenalkan
warna pokok yaitu merah, kuning,biru.
b. Menyuruh
anak menyortir warna dari warna yang diacak.
c. Variable.
d. Menyuruh
anak mengelompokan warna (merah, sama merah,kuning sama kuning, biru sama biru
D.
Definisi
Operasional
Berdasarkan judul penelitian , maka
variable bebas dalam penelitian ini adalah
Terapi
angka dan variable terikatnya adalah kemampuan mengenal warna dasar bagi siswa
autis. Untuk lebih jelasnya dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Kemampuan
pengenalan warna dasar yang dimaksud
adalah kemampuan mengenal tiga jenis warna dasar yaitu merah, kuning;
biru yang bertujuan agar siswa bisa mandiri dalam mengenal
warna
yang ada disekitarnya.
2.
|
E.
Kerangka
Konseptual
Kerangka
konseptual merupakan, kerangka berfikir peneliti dalam melaksanakan penelitian
ini, sehingga lebih memudahkan peneliti dalam mewujudkan penelitian ini.
Kerangka fikir peneliti dalam penelitian ini diawali dengan adanya permasalahan
peneliti yang peneliti temukan bersama guru kelas
(kolaborator)
yaitu siswa autis diSLB Wacana Asih Padang kurang terampil dalam mengenal
warna.Solusinya peneliti menggunakan terapi angka dengan harapan agar siswa
autis terampil dalam mengenal warna dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksasanaan action dilakukan dalam
beberapa siklus dengan merefleksi setiap siklus. Selanjutnya dilakukan
pembahasan hingga diperoleh temuan dalam peningkatan kemampuan dalam mengenal
warna dasar bagi siswa autis untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada began
dibawah ini.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Jenis
penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian adalah penelitian tindakan
kelas (Action Riset Class Room) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengenalan
warna dasar bagi siswa autis. Penelitian tindakan kelas ini merupakan
penelitian yang dilakukan untuk memperbaiki praktek mengajar dikelas. Suharsimi
Arikunto (2006 : 3 ) mengemungkakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah “
Suatu pencermatan kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi pada sebuah kelas secara bersama tindakan itu
diarahkan oleh guru dan dilakukan oleh siswa”
Dari pendapat
tersebut dapat dimaknai bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian
yang dilakukan di kelas sebagai suatu upaya peningkatan kualitas pembelajaran atau
bidang pendidikan sangat memperhatikan proses dan hasil. Adapun tujuan dari
penelitian tindakan kelas adalah “ untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran
dan mengatasi masalah pembelajaran. Meningkatkan profesionalisme dan
menumbuhkan budaya akademik “( Arikunto,
2006).
Pada penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan teman
sejawat. Mulai dari perumusan masalah,
sampai pada pengumpulan data. Dengan adanya kolaborasi ini maka diharapkan
hasil penelitian ini bisa menjadi solusi
yang tepat untuk permasalahan yang ada.
B.
Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian adalah dua orang siswa autis, pertama
berinisial “ D” berumur 8 tahun. Gejala
autis sudah tampak pada siswa sejak berumur 2 tahun, cirri-ciriyang tampak
diantaranya anak bersikap cuek pada lingkungan, menolak tatap mata, suka asik
sendiri dan bergerak tanpa arah. Perkembangan yang tampak setelah bersekolah anak
mulai beraksi bila dipanggil namanya, sudah dapat menirukan kata-kata . sudah
mengenal angka.
1-5, dan mulai tertarik
dengan lingkungan sekitar. Siswa kedua dengan inisial “ A “ Masih suka malu -malu , menghindari kontak mata masih meniru apa
yang diucapkan guru. Dalam pergaulan sehari- hari masih suka menyendiri dan
menyukai angka. Dalam pengenalan warna masih suka tertukar.
Penelitian ini
langsung diberikan dalam bentuk interpensi terhadap anak dengan
berkolaborasi bersama teman sejawat, saat penelitian berlangsung kolaborator mengamati
dan mengoreksi perkembangan dalam mengenal warna dasar merah, kuning dan biru
melalui terapi angka.
|
C.
Penelitian ini dilaksanakan di SLB Wacana Asih Padang.Di Sekolah
Luar Biasa ini siswanya tidak sebanyak jumlah siswa disekolah umum dan
pelayanan pendidikan banyak bersifat indifidual di sesuaikan dengan kemampuan
masing-masing anak.
Gambar
1.
SLB Wacana Asih Padang
D.
Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah :
1.
Observasi
Penulis
membuat tabel pedoman observasi penelitian yang berisi indikator untuk
meningkatkan kemampuan pengenalan warna dasar melalui terapi angka bagi siswa
autis di SLB Wacana asih Padang dan diceklis oleh kolaborator.
VARIABEL
|
INDIKATOR
|
Cek
|
a.
Kemampuan Pengenalan Warna Dasar Anak
|
Mengenal warna
dasar merah,
|
|
Mengenal warna
dasar kuning
|
|
|
Mengenal warna
dasar biru
|
|
|
b.
Terapi angka
|
Memperkenalkan
warna dasar
Mengelompokan
warna dasar
Memasangkan
warna dengan angka
Mewarnai
sesuai dengan angka
Evaluasi
|
|
c.
Langkah perencanaan
|
-Menyiapkan instrument
-Menyiapakan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaan
-Melaksanakan evaluasi
|
|
15
|
2.
Catatan Lapangan
Catatan
lapangan diperoleh dari kelas tempat anak belajar sesuai dengan fakta tanpa ada
rekayasa.
3.
Studi Dokumentasi
Peneliti
menggunakan alat dokumentasi dengan harapan dapat mendukung dan melengkapi data
penelitian. Kegiatan dapat diabadikan sehingga guru sebagai peneliti dapat
melihat dan menganalisa. Kegiatan yang telah dilakukan. Hasil pencermatan akan
memberikan hasil yang akurat sehingga dapat memberikan informasi yang lengkap
guna melakukan analisis dan reflektif sebagai perbaikan tindakan selanjutnya.
E.
Prosedur
Penelitian
1.
Perencanaan
Membuat RPP dengan menggunakan
terapi angka dengan menggunakan dua variable.
2.
Pelaksanaan (action)
Pada pertemuan pertama indikator yang diingin
dicapai yaitu menjelaskan nama warna dasar. Guru menjelaskan nama warna dasar
dan meragakan ketiga warna dasar tersebut. Dan melaksanakan instruksi sederhana
untuk menunjukan warna dasar yang diminta Pertemuan kedua indicator yang ingin
dicapai yaitu mengelompokan warna dasar
anak memperhatikan guru mengelompokan warna dasar. Anak diminta mengelompokan
warna yang sama. Pertemuan berikutnya guru bersama anak membilang angka 1-10
. Anak diminta membuat angka 1-3. Guru
membimbing siswa mewarnai angka yang
sudah di sediakan. Angka1 dengan warna merah. Angka 2 dengan warna kuning. Angka 3 dengan warna biru . Itu
dibuat sebanyak mungkin. Dengan Tanya jawab guru menanyakan angka yang sudah
diwarnai. Anak menjawab warna masing-masing angka. Anak diminta mewarnai sesuai dengan warna yang
sudah ditentukan yaitu merah untuk angka satu, kuning untuk angka kuning biru
untuk angka tiga.
3.
Observasi
Kolaborator
mengobservasi proses belajar mengajar dengan berpedoman pada daftar observasi.
4.
Refleksi
Peneliti
dan guru melihat dan menyimpulkan hasil atau dampak dari tindakan. Dari hasil
ini akan dirumuskan tindakan untuk tindakan berikutnya dan menyimpulkan serta
membuat laporan hasil penelitian disertai dengan lampiran-lampiran.
|
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Observasi
Observasi
yang dilakukan bersifat partisipasif. Observasi yang dilakukan dalam penelitian
ini merupakan pengamatan langsung terhadap pengenalan warna dasar melalui
terapi angka.
2.
Diskusi dilakukan dengan teman sejawat/
guru yang mengajar dan untuk mngetahui masalah anak guna untuk memperoleh dan
mengenal kesulitan anak dalam mengenal warna dasar
Serta
mencatat kemungkinan intervensi pemecahan yang diberikan.
3.
Tes
Tes
perbuatan dan tertulis mencakup keseluruhan materi yang diajarkan dengan kriteria
penilaian bisa, bisa dengan bantuan,
dan tidak bisa ( rochyani : 2003 : 126). Penilaian dikatakan bisa apabila anak
dapat melaksanakan instruksi yang diberikan tanpa bantuan penilaian bisa dengan
bantuan apabila bisa melakukan instruksi tapi dengan bantuan, penilaian tidak
bisa apabila anak tidak bisa melakukan sama sekali.
G.
Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang penulis gunakan bersifat
kualitatif yaitu menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah
menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Menurut Tim Pelatih PGSM (1999)
analisa data dapat dilakukan tiga tahap yaitu:
1.
Reduksi Data
Banyaknya
data yang diperoleh di lapangan perlu direduksi yaitu dengan cara merangkum
data yang didalamnya terdapat proses dan pernyataan peneliti yang telah ditetapkan sesuai dengan
pelaksanaan penelitian. Semua data yang telah disimpulkan. Tetap menggambarkan
proses pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung dan hasil yang dicapai oleh
siswa.
2.
Paparan Data
Penampilan
data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif yang menggambarkan
pelaksanaan proses belajar dalam meningkatkan pengenalan warna dasar bagi siswa
autis.
3.
Penyimpulan
Merupakan
proses pengambilan intisari dari sajian data penelitian yang telah dipaparkan
sebelumnya dalam benuk kalimat singkat, padat,tetapi mengandung arti yang luas.
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A.
Deskripsi
Data
1. Proses
Kegiatan Mengenalkan Warna Dasar Melalui Terapi Angka
Berdasarkan
identifikasi masalah bahwa anak autis masih belum mengerti warna-warna, tidak
memahami instruksi sederhana yang digunakan dalam mengidentifikasi warna,
perhatian mudah beralih dan minat belajar yang kurang. Berdasarkan keadaan yang
ditemukan ini timbul suatu keinginan untuk meningkatkan kemmpuan mengenal
warna-warna dasar dengan menggunakan terapi angka.Penelitian Tindakan Kelas ini
dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dengan teman sejawat.Juga sebagai
guru kelas. Penulis sebagai pemberi tindakan sedangkan kolaborator sebagai pengamat
yang menjadi subjek penelitian adalah siswa dengan gangguan autis yang
berinisial Fdan A,
a. Pelaksanaan
Siklus Pertama
Siklus I dilakukan pada tanggal 1 Desember 2011 sampai 9 Deember 2011. Selama
delapan kali pertemuan. Pada siklus pertama ini penulis memberikan terapi dalam mengenal warna dengan menggunakan angka
1, 2,3. Dalam mengenalkan warna dibagi kedalam empat indikator yaitu
menjelaskan warna dasar, mengelompokan warna dasar. Mencocokan warna dasar.
menggunakan warna dasar dalam mewarnai gambar.
1) Perencanaan
Siklus I
Dalam tahap ini peneliti bersama
kolaborator merencanakan sebuah tindakan untuk meningkatkan kemampuan mengenal
warna dasar merah, kuning dan biru melalui terapi angka dengan cara:
a) Merencanakan
pembelajaran yang akan diberikan diantaranya menjelaskanwarna dasar,
mengelompokan warna dasar, mencocokan warna dasar.
b) Menyiapkan
media pendukung proses pelaksanaan tindakan.
c) Membuat
format observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk melihat kemampuan
siswa.
2) Tindakan I
Tindakan dilakukan delapan kali pertemuan, setiap
kali pertemuan merupakan sub siklus. Sebab dalam tiap pertemuan dilakukan
pengamatan terhadap kegiatan terapi angka dalam meningkatkan pengenalan warna
dasar.
17
|
a)
18
|
Penulis
menjelaskan tiga warna dasar sambil meragakan masing-masing warna. Penulis
menunjukan satu warna dan menjelaskan nama warna itu. Untuk memudahkan anak
mengingat warna penulis memberi angka pada masing-masing warna , angka satu
untuk warna merah, angka dua untuk warna kuning, dan angka tiga untuk warna
biru. Penulis menjelaskan masing-masing warna secara berulang-ulang dan
memberikan intruksi sederhana sebanyak enam kali untuk masing-masing warna
dasar.
Gambar 2. penulis menjelaskan warna dasar
b) Mengelompokan warna
Penulis meletakan beberapa buah alat
peraga didepan siswa dengan warna dasar merah,kuning, biru. Siswa diberi
intruksi untuk mengambil alat peraga yang sama dengan yang penulis pegang.
Penulis mengintruksikan untuk mengelompokan warna merah dengan merah, warna
kuning dengan kuning, warna biru dengan biru, Indikator ini di laksanakan dalam
2 kali pertemuan. Dengan lima kegiatan.
Gambar
3.
Siswa sedang mengelompokan warna
c)
19
|
Pertama
penulis membimbing siswa untuk mewarnai angka satu dengan warna merah, angka
dua dengan warna kuning,angka tiga dengan warna biru, selanjutnya penulis
menunjukan salah satu angka,lalu mengintruksikan kepada siswa untuk mencocokan
dengan warna yang sudah disediakan
didepan anak. Kegiatan ini dilakukan sebanyak Lima kali. Sesudah itu anak
memasangkan kartu warna dengan kartu
angka. Kegiatan ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan.
Gambar
4.
Siswa mencocokan kartu warna dengan kartu angka
d) Menggunakan
warna dasar dalam mewarnai gambar.
Penulis
membagikan sebuah gambar, pada gambar tersebut ditandai dengan angka satu, dua
dan tiga. Anak diintruksikan untuk mewarnai gambar yang ditandai angka
Satu
dengan warna merah, angka dua dengan Warna kuning dan angka 3 dengan warna
biru. Tindakan ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan satu buah
gambar.
Gambar 5.
Siswa sedang mewarnai gambar
3)
Pengamatan
yang dilakukan bersamaan dengan tindakan yang diberikan yaitu proses
pelaksanaan mengenal warna. Selama proses pembelajaran berlangsung Siswa F dan
siswa A tidak menunju respon yang sama. Masing-masing indikator disajikan ke dalam
2 kali pelaksanaan pengajaran. Siswa F banyak melakukan gerakan sehingga
kelihatan tidak tenang sekali-sekali tangannya menjangkau teman disebelahnya.
Sementara siswa A penurut dan santun
dalam berbicara. Masing-masing indikator dilaksanakan dalam dua
kali pertemuan, dan setiap kali pertemuan dilakukan tindakan yang
berulang-ulang.
Respon
siswa berfariasi ( terlampir) dengan kriteria bisa .bisa dengan bantuan, tidak bisa.
Secara umum kegiatan yang dilakukan siswa masih kelihatan ragu- ragu dan masih
tergantung kepada penguatan yang diberikan guru.
4)
Refleksi
Untuk merefleksi atau mengevaluasi
tindakan yang sudah dilakukan peneliti bersama kolaborator sepakat mengadakan
pertemuan untuk melaksanakan evaluasi selama tindakan diberikan. Hasil evaluasi
dipergunakan sebagai bahan pertimbanganuntuk merencanakan siklus berikutnya.
Dari hasil diskusi peneliti dengan
kolaborator ada beberapa hal yang menjadi catatan untuk diperbaiki pada siklus
selanjutnya, diantaranya perlu memusatkan perhatian siswa terlebih dahulu
sebelum diberikan intruksi. Intruksi yang diberikan satu persatu untuk setiap
kali tindakan yang diharapkan pada siswa untuk menghindari kebingungan siswa.
Perlu pengurangan ketergantungan siswa terhadap guru sebelum melaksanakan
kegiatan. Untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna maka perlu disusun
perencanaan pada siklus II.
b.Pelaksanaan Siklus II
Berdasarkan
hasil refleksi dari siklus 1 pelaksanaannya tetap dengan cara terapi angka namun
dengan waktu yang lebih sering dari
siklus pertama. Materi masih tetap sama tentang mengenalkan warna
dasar. mengelompokan warnadasar.
mencocokan warna dasar. Menggunakan warna dasar dalam mewarnai gambar. Siklus kedua
ini dilaksanakan sejak tanggal 10 Desember
sampai tanggal 22 Desember 2011 sebanyak sebelas kali pertemuan.
1) Perencanaan
siklus II
Mengacu pada keadaan permasalahan
diatas, maka peneliti bersama kolaborator merumuskan kembali perencanaan secara
umum. Perencanaan yang dicancang pada siklus II ini adalah mengenal warna yang
dibagi atas empat terapi yaitu mengenalkan warna dasar, mengelompokan warna
dasar, mencocokan warna dasar,
menggunakan warna dasar dalam mewarnai gambar.
2)
|
Tindakan pada siklus II diterapkan
sesuai dengan prencanaan penulis dan kolaborator, yang dimulai pada hari sabtu tanggal 10 Desember 2011. Tindakan pada
siklus II Ini adalah mengenal warna dasar yang
dibagi atas empat terapi yang secara umum pelakanaannya sebagai berikut:
a) Menjelaskan
warna
Penulis menjelaskan kembali tiga warna
dasar sambil menyanyikan lagu pelangi-pelangi. Penulis menunjukan satu warna
dan menjelaskan nama warna itu. Untuk memudahkan anak mengingat warna penulis
menandai masing-masing angka.Pada masing-masing warna , angka satu untuk warna
merah, angka dua untuk warna kuning, dan angka tiga untuk warna biru. Penulis
menjelaskan masing-masing warna .kegiatan ini berlangsung 3 kali pertemuan dan
memberikan intruksi sederhana kepada
anak menanyakan nama masing-masing warna. Instruksi diberikan sebanyak sembilan
kali untuk masing-masing warna dasar.Instruksi diberikan satu persatu.
b) Mengelompokan
warna
Penulis meletakan satu buah alat peraga warna dasar di dalam gelas plastik didepan siswa . Siswa diberi
intruksi untuk mengambil alat peraga yang sama dengan yang alat peraga yang
penulis letakan tadi. Kegiatan berikutnya Penulis mengintruksikan untuk
mengelompokan warna merah dengan merah , instruksi selanjutnya warna kuning
dengan kuning , instruksi berikut, warna biru dengan biru, Indikator ini di
laksanakan dalam 3 kali pertemuan. kegiatan sebanyak Sembilan instruksi.
c) Mencocokan
Warna
Penulis
membuat angka satu diatas kertas, siswa mewarnai angka satu dengan warna merah,
angka dua dengan warna kuning,angka tiga dengan warna biru, selanjutnya penulis
menunjukan salah satu angka,lalu mengintruksikan kepada siswa untuk mencocokan
dengan warna yang sudah disediakan
didepan anak. Kegiatan ini dilakukan sebanyak Sembilan kali. Sesudah itu anak
memasangkan kartu warna merah dengan angka satu, kartu kuning dengan angka dua
dan kartu biru dengan angka tiga kegiatan
ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan sembilan tindakan.
d) Menggunakan
warna dasar dalam mewarnai gambar.
Penulis kembali membagikan sebuah gambar pada gambar
tersebut ditandai dengan angka satu,angka dua dan angka tiga. Anak diintruksikan untuk mewarnai
gambar yang ditandai angka Satu untuk
warna merah sesudah semua angka satu diwarnai intruksi kedua anak disuruh
mewarnai gambar yang ditandai dengan angka dua untuk warna kuning dilanjutkan dengan instruksi ketiga mewarnai gambar yang ditandai dengan angka 3
untuk warna biru Tindakan ini dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan dua
buah gambar.
3)
|
Pengamatan
yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung, Dalam mengenalkan warna penulis
menggunakan media menyerupai bunga yang dibuat dari kertas berwarna merah,
kuning dan biru. Penulis menjelaskan nama masing-masing warna . Untuk
mempermudah anak mengingat warna tersebut guru memasangkan warna merah dengan
angka satu, warna kuning dengan angka dua dan warna biru dengan angka tiga.
Respon dianggap bisa apabila siswa bisa menyebutkan nama masing masing warna
atau menunjukan warna yang diminta. proses mengelompokan warna penulis membuat
angka satu diselembar kertas lalu menanyakan angka berapa yang penulis buat.
Guru meminta siswa mewarnai angka tersebut sesudah itu guru mengambil kartu
warna merah dan meletakannya diatas meja lalu mengintruksikan kepada siswa
untuk mengelompokan masing masing warna.
Untuk
memasangkan warna penulis menunjukan
satu warna lalu siswa diintruksikan masangkan dengan angka yang sudah
ditentukan, Guru mengintruksikan kepada siswa untuk mengelompokan warna dasar.
Intruksi selanjutnya siswa disuruh meletakan kartu angka dibawah susunan kartu
warna itu menggunakan warna dasar merupakan penerapan warna yang sudah di
ketahui anak dalam mewarnai gambar, Gambar yang digunakan ditandai dengan angka
angka satu, angka dua dan angka tiga. Siswa mewarnai gambar sesuaai dengan
angka yang sudah dicantumkan.untuk siswa F selama proses berlangsung ekspresi
yang ditunjukan datar . Instruksi demi instruksi dikerjakan dengan beberapa
kali perintah. Siswa A dapat mengerjakan intruksi tanpa bantua cuma sedikit terburu-buru, Respon yang ditunjukan siswa kepada setiap
tindakan memberikan respon yang berbeda, bisa dengan bantuan dan bisa, pada
pertemuan pertama pada umumnya masih perlu bantuan dan bimbingan kecuali untuk
menyebutkan nama warna kegiatan ini dilakukan setelah mengalami pengulangan
yang sering dan melewati beberapa kegiatan dan hasilnya siswa bisa menyebutkan
nama warna.pada pertemuan kedua padaumumnya sudah mulai bisa melakukan secara
mandiri semua keterampilan yang diajarkan penulis. Mulai menyebutkan nama warna
sampai menggunakan warna dasar.
Selama kegiatan brlangsung anak
kelihatan betah walau pertama memperlihatkan sikap terburu-buru dari siswa A
dan sikap acuh tak acuh dari sisa F. Siswa terlihat senang setelah gambar yang
diberkan siap diwarnainya. Tanpa diminta anak mengatakan ini merah, ini kuning dan ini biru.
Dilihat dari kemampuan siswa
dalam mengenal warna siswa tidak lagi tergantung pada guru dan mempunyai
percaya diri dalam melakukan aktifitas
semua materi yang diberikan hamper semuanya dikuasai siswa.
4) Refleksi
II
Dari hasil pembelajaran siswa dalam
mengenalkan warna-warna dasar melalui terapi angka dalam mengenalkan warna
dasar merah, kuning dan biru siswa dapat melakukankegiatan dengan hasil bisa
secara mandiri melakukan kegiatan
mengelompokan warna. Mencocokan warna sesuai dengan instruksi dan menyebutkan
warna dasar merah, kuning dan biru. Hasil dari tes yang diberikan penulis kepada siswa dan kolabortor sepakat untuk
menghentikan tindakan pada siklus II.
5)
|
Anak
auntis yang mempunyai gangguan yang komplek. Salah satunya sulit dalam mengenal
warna. Perlu cara yang khusus dalam mengenalkan warna. Melaksanakan beberapa kegiatan mengenalkan
warna dalam kegiatan belajar mengajar menjadikan pelajaran menarik bagi anak
autis dalam mengenalkan konsep warna dibagi atas empat bagian yaitu megenalkan
warna, mengelompokan warna, mencocokan warna dan menggunakan warna. Dari hasil
observasi yang dilaksanakanpada siklus pertama diperoleh gambaran kemampuan siswa pada kegiatan
sebagai berikut:
Tabel
1.1 : Tes Kemampuan Pengenalan Warna Dasar Pada Siklus I
Aspek Yang
Dinilai
|
Sub Aspek
|
Siklus I
|
|||||
A
|
F
|
||||||
B
|
BDB
|
TB
|
B
|
BDB
|
TB
|
||
Mengenal
warna
Dasar
merah, kuning, biru
Setelah
dilakukan
Kegiatan
terapi
Angka
|
1.
Menyebutkan warna
a.
Menyebutkan warna merah
b.
Menyebutkan warna kuning
c.
Menyebutkan warna biru
2.
Mengelompokan warna
a.
Mengelompokan warna merah
b.
Mengelompokan warna kuning
c.
Mengelompokan warna biru
3.
Memasangkan warna
a.
Warna merah dengan angka 1
b.
Warna kuning dengan angka 2
c.
Warna biru dengan angka 3
4.
Menggunakan warna pada gambar
a.
Warna merah pada angka 1
b.
Warna kuning pada angka 2
c.
Warna biru peda angka 3
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
|
|
|
|
|
Keteragan
: Rochyani (2003:126)
B :
Bisa melakukan sendiri dengan baik
BDB :
Anak bisa melakukan dengan bantuan
TB : Tidak bisa melakukannya sendiri
24
|
Dari
hasil test kemampuan siswa dalam mengenalkan warna pada siklus I ini dapat
dilihat persentasenya sebagai berikut :
Siswa A BDB = 10/12 x
100% TB = 2/12
x 100%
=83 % =
16%
Siswa F BDB
= 8/12 x 100% TB =
4/12 x 100
= 66 % =
33%
Dari grafik diatas dapat dilihat
hasil pelaksanaan tindakan siklus I belum optimal, maka peneliti dan
kolaborator sepakat untuk melanjutkan tindakan pada siklus II.
|
Tabel
1.2 : Tes Kemampuan Pengenalan Warna
Dasar Pada Siklus II
Aspek Yang
Dinilai
|
Sub Aspek
|
Siklus II
|
|||||
A
|
F
|
||||||
B
|
BDB
|
TB
|
B
|
BDB
|
TB
|
||
Mengenal warna
dasar merah, kuning, dan biru
Setelah
dilakukan terapi angka dengan tambahan jumlah pertemuan
|
1.
Menyebutkan warna
a.
Menyebutkan warna merah
b.
Menyebutkan warna kuning
c.
Menyebutkan warna biru.
2.
Mengelompokan warna
a.
Mengelompokan warna merah
b.
Mengelompokan warna kuning
c.
Mengelompokan warna biru
3.
Memasangkan warna
a.
Warna merah dengan angka 1
b.
Warna kuning dengan angka 2
c.
Warna biru dengan angka 3
4.
Menggunakan warna pada gambar
a.
Warna merah pada angka 1
b.
Warna kuning pada angka2
c.
Warna biru pada angka 3
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
: Rohcyani (2003 : 126)
B : Siswa bisa melakukan sendiri dengan
baik
BDB : Anak bisa melakukan dengan bantuan
TB : Anak tidak bisa melakukan sendiri
Dari tes kemampuan siswa yang telah
diberikan tindakan pada siklus dua dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam
mengenal warna dasar melalui terapi angka sudah meningkat, hal ini ditandai dari
siswa telah bisa melaksanakan evaluasi yang telah diberikan sehingga penulis
dan kolaborator mengambil kesimpulan pemberian tindakan tidak perlu dilanjutkan
lagi pada siklus berikutnya.
|
Siswa
A
B =12/12 x 100% BDB
= 100 % TB= 0%
= 100%
Siswa
F
B = 9/12 x 100% BDB = 3/12 x 100% TB = 0%
= 75 %
= 25%
Data yang terdapat pada
grafik ini merupakan hasil evalusi pada
siklus II yang memiliki kategori yang sama dengan siklus I. Pada data tersebut
dapat dilihat kemampuan siswa semakin meningkat. Siswa A dan F sudah dapat
melakukan sendiri langkah-langkah secara baik dan benar, namun masih ada yang
dilakukan siswa F dengan memerlukan bantuan penulis yaitu 25 % dan 75 siswa telah melakukan langkah-langkah
kegiatan terapi .
|
1. Proses
Kegiatan Mengenalkan Warna Dasar Melalui Terapi Angka padasiswa autis di SLB
Wacana Asih Padang
Kegiatan mengenal warna yang dibagi
atas empat kegiatan yaitu menyebutkan warna, mengelompokan warna, mencocokan warna, menggunakan warna. Kegiatan
itu dilakuka terapi angka pada
menyebutkan warna penulis menjelaskan
tiga warna dasar. Penulis menunjukan satu warna dan menjelaskan nama
warna itu. Untuk memudahkan anak mengingat warna penulis menandai masing-masing
angka.Pada masing-masing warna , angka satu untuk warna merah, angka dua untuk
warna kuning, dan angka tiga untuk warna biru. Penulis menjelaskan
masing-masing warna .kegiatan ini berlangsung 3 kali pertemuan dan memberikan
intruksi sederhana kepada anak
menanyakan nama masing-masing warna.
Pada Mengelompokan warna penulis
meletakan satu buah alat peraga warna
dasar di dalam gelas plastik didepan
siswa . Siswa diberi intruksi untuk mengambil alat peraga yang sama dengan yang
alat peraga yang penulis letakan tadi. Kegiatan berikutnya Penulis
mengintruksikan untuk mengelompokan warna merah dengan merah , instruksi
selanjutnya warna kuning dengan kuning , instruksi berikut, warna biru dengan
biru.
Kegiatan mencocokan Warna penulis
lakukan dengan membuat angka satu diatas kertas, siswa mewarnai angka satu
dengan warna merah, angka dua dengan warna kuning,angka tiga dengan warna biru,
selanjutnya penulis menunjukan salah satu angka,lalu mengintruksikan kepada
siswa untuk mencocokan dengan warna yang
sudah disediakan didepan anak. Sesudah
itu anak memasangkan kartu warna merah dengan angka satu, kartu kuning dengan
angka dua dan kartu biru dengan angka
tiga.
Dalam kegiatan menggunakan warna
dasar dalam mewarnai gambar, penulis
kembali membagikan sebuah gambar pada gambar tersebut ditandai dengan angka
satu,angka dua dan angka tiga. Anak
diintruksikan untuk mewarnai gambar yang ditandai angka Satu dengan warna merah sesudah semua angka
satu diwarnai intruksi kedua anak disuruh mewarnai gambar yang ditandai dengan
angka dua dengan warna kuning
dilanjutkan dengan instruksi ketiga
mewarnai gambar yang ditandai dengan angka 3 dengan warna biru.
Hasil Terapi Angka Dalam
meningkatkan Kemampuan Siswa Autis Dalam Mengenal Warna Dasar dari empat aspek
terdiri dari 12 item yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara perbuatan untuk
penilaiannya penulis menggunakan tiga kategori yaitu bisa melakukan sendiri,
bisa dengan bantuan dan tidak bisa. Pada grafik terlihat warna yang membedakan
persentase pada setiap kategori yaitu
Pada siswa A 83 % bisa dengan bantuan. 16 % tidak bisa, 0%
untuk bisa, sedang siwa F 66% bisa
dengan bantuan, 33% tidak bisa dan 0% untuk bisa.
Pada
siklus II ada peningkatan. Sisw a A dan F sudah dapat melakukan kegiatan
secara baik. Siswa A sudah bisa 100 % mengenal warna dasar merah, kuning dan
biru . siswa FBisa melakukan kegiatan 75% Perlu bantuan 25 % , sedang tidak
bisa 0%.
A.
|
Mengenalkan warna dipandang sangat
perlu diajarkan kepada anak berkaitan dengan pelajaran lain yang berkaitan
dengan pengenalan benda hidup dan benda mati, serta berkaitan dengan kehidupan
sehari- hari. Seperti yang dikemukakan oleh Sulasmi Darma Prawira ( 1089) bahwa
warna sebagai salah satu unsure seni dan disain. Dengan mengenalkan warna pada siswa akan
membantu siswa untuk memilih baju yang disukainya, mengidentifikasi benda-benda
yang ada dilingkungan siswa.
Sedangkan
Amran Chaniago (1995 : 555) mengemukakan bahwa warna adalah ditangkap oleh mata
ketika memandang sesuatu yang memandang sesuatu yang memantulkan cahaya. Untuk
tahap awal warna yang dikenalkan baru warna dasar merah, kuning, biru sebelum
melangkah kewarna yang lebih komplit.
1. Proses
kegiatan mengenalkan warna darat melalui terapi angka pada siswa autis
Penulis berusaha semaksimal mungkin
melanakan proses pembelajaran
mengenalkan warna dasar sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang
telah direncanakan. Namun disaat penulis mengerjakan yang satu terlintas yang
lain untuk dikerjakan maka penulis mengganggab ini belum optimal. Proses
kegiatan mengenalkan warna melalui terapi angka pada anak autis sesuai dengan pendapat
Bony danuatmaja (2003: 116) bahwa proses biologis pada otak untuk mengolah
serta menggunakan informasi secara baik dan sesuai situasi, dimana terapi yang
diberikan dapat dirasa, didengar, dilihat dan dicium, dengan indra yang ada
pada anak membuat siswa dapat membedakan suara dan warna. Upaya guru
mengenalkan warna dengan bantuan angka dimana angka satu untuk warna merah,
angka dua untuk warna kuning, angka tiga untuk warna biru dapat mngaktifkan
indra penglihatan dan melatih konsentrasi siswa. Kegiatan menggunakan warna
diharapkan siswa autis dapat dimanfaatkan kedalam kehidupan sehari .
2. Terapi
Angka dapat meningkatkan kemampuan siswa autis dalam mengenalkan warna dasar.
Dari hasil pelaksanaansiklus I dan
II tergambar, bahwa siswa telah dapat mengenal warna dasar merah, kuning dan
biru melalui kegiatan menyebutkan nama warna, mengelompokan warna,mencocockan
warna serta menggunakan warna. Dengan hasil siswa A 100% bisa mengenal warna
dasar dan siswa A mampu mengenal warna dasar 75 %.
Dari
persentase yang diperoleh hasil penelitian terapi angka ini dpat meningkatkan
kemampuan anak autis dalam mengenal warna dasar,merah, kuning dan biru.
B.
Seperti yang penulis katakan diatas
disaat peneliti meneliti dengan cara yang sudah di rencanakan maka terlintas
pula cara yang lain untuk diteliti. Ini memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk
mengungkap masalah pengenalan warna dengan cara yang lain karena keterbatasan
jadi penelitian ini belumlah optimal masih banyak sisi- sisi lain yang perlu
diungkap. Untuk itu penulis sarankan kepada peneliti yang lain untuk mengembangkan
penelitian ini demi kemajuan pendidikan anak autis disekitar kita.