Abstrak : Child's condition is far below average
intelligence - which
is characterized by average intelligence limitations
and lack of conversation
in social interaction
called Tunagrahita children. Tunagrahita children
have difficulty in calculating the
integers, To the authors provide a solution by using the media bar for the
numbers. Improve the ability to calculate integers. This
study uses a method of classroom
action research study with a workflow that consists of four series of planning, action observation and
reflection. By collaborating
with colleagues. Subjects
consisted of three
people, and research data were collected using observation, discussion. The results achieved in a single cycle
has not been fully successful or not optimal because children are not fit to use the media. In the second cycle achieved
better results. Based on Advanced Research results can be concluded that
the ability to recognize the concept of counting the sum of the integers for children in special
schools Tunagrahita D.ii class Wacana Asih
Padang can be improved through the use of the media
bar numbers. Therefore,
the media bar numbers can be used
to improve the sharing
of the concept of calculating
the sum of numbers in children, especially the concept of calculating the sum of the
integers. Based on the results of
research by the author it is advisable
to rule megunakan
educators to recognize
the concept of counting numbers in the sum of
the integers for children in special schools Tunagrahita
D.ii classroom Wacana
Asih Padang.
Kata
kunci : kemampuan menghitung. bilangan bulat, media mistar bilangan
PENDAHULUAN
Belajar pada dasarnya menguasai
kemampuan dalam 3 aspek yaitu membaca, menulis dan berhitung. Membaca menurut
Tampubolon (1993) adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari
tulisan. Dikatakan kegiatan fisik karena bagian-bagian tubuh khusunya mata yang
melakukannya. Dikatakan kegiatan mental karena bagian-bagian pikiran khususnya
persepsi dan ingatan terlibat didalamnya. Sedangkan hakikat menulis menurut
Rusyana (1988: 191) merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara
tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Adapun pengertian
aritmatika atau berhitung menurut Dali S. Naga (1980: 1) adalah cabang
matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan
perhitungan terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan tentang
bilangan.
Kemampuan dalam 3 aspek belajar
tersebut sangat dibutuhkan oleh semua peserta didik dalam proses
pembelajarannya, tidak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Salah satu anak yang dimaksud adalah anak tunagrahita. Kondisi anak yang
kecerdasannya jauh dibawah rata – rata yang ditandai oleh keterbatasan
inteligensi dan ketidak cakapan
dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah
terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar untuk mengikuti
program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal.
Berdasarkan
temuan yang peneliti temukan
di kelas.
Ditemukan permasalahan pada anak tunagrahita ringan kelas II yang mengalami kesulitan
dalam pelajaran matematika. anak sulit menyelesaikan operasi penjumlahan sampai
10. Terutama mengerjakan soal penjumlahan ke samping, contoh 6 + 3 = 9. Untuk
mendapatkan informasi yang lebih banyak mengenai kesulitan yang dihadapi anak ,
peneliti memberikan soal-soal penjumlahan sederhana. Dari hasil yang didapat,
anak sulit mengerjakan penjumlahan angka besar, contoh 6 + 2 = 8, 5 + 4 = 9.
Sebaliknya anak mampu menjumlahkan angka-angka kecil yang hasilnya kurang atau
sama dengan 5, contoh 1 + 3 = 4, 2 + 3 = 5. Sementara Kompetensi Dasar yang akan dicapai anak mampu menyelesaikan penjumlahan
sampai 20.
Dalam
hal ini upaya yang pernah dilakukan
untuk menuntaskan permasalahan yang dihadapi anak dengan jalan mengulang-ulang
kembali materi yang belum dikuasai dan mengadakan remedial terhadap anak. Akan
tetapi usaha yang ditunjukkan belum menampakkan hasil sesuai dengan yang
diharapkan.
Oleh
sebab itu, peneliti tertarik sekali mengangkat permasalahan ini dengan membawa
satu solusi yang diharapkan dapat membantu anak dalam meningkatkan kemampuan
penjumlahan bilangan. Solusi yang dimaksud adalah penggunaan timbangan bilangan untuk
meningkatkan kemampuan penjumlahan bagi anak Tunagrahita Ringan kelas II yang
berada di sekolah SLB Wacana Asih Padang. Supraptiningsih (2005:6) menjelaskan
bahwa menghitung penjumlahan bilangan bulat adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penjumlahan
bilangan bulat adalah ilmu yang mempelajari tentang cara mepelajari operasi bilangan bulat yang
menggunakan simbol + pada bilangan-bilangan tertentu. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam menghitung penjumlahan yaitu mempelajari klasifikasi dari
berbagai struktur dan pola antara lain penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian, dan operasinal campuran. Depdikbud (2004:3) menjelaskan bahwa
menghitung penjumlahan
adalah konsep awal dalam operasional hitung. Secara materi menghitung
penjumlahan bilangan bulat adalah ilmu yang mempelajari bilangan dan
terapannya. Menguatkan kedua pendapat diatas Depdiknas (2006:2) menerangkan bahwa
menghitung penjumlahan bilangan bulat adalah
mempelajari bilangan bulat yang menggunakan simbol + dalam operasional
pengerjaannya.Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa
menghitung penjumlahan bilangan bulat adalah salah satu dari ilmu pasti yang
membahas tentang operasional hitungnya menggunakan simbol + pada bilangan bulat
positif dan negatif. Pemahaman konsep ini dipilih guna menumbuhkan kembangkan
kemampuan dan membentuk pribadi
anak yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam
pembelajaran matematika khususnya mempelajari materi bilangan bulat sangat
cocok menggunakan media mistar bilangan.
-10
|
-9
|
-8
|
-7
|
-6
|
-5
|
-4
|
-3
|
-2
|
-1
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
Gambar 1. Media mistar bilangan yang digunakan dalam
menghitung penjumlahan bilangan bulat.
Adapun
cara penggunaan media mistar bilangan sebagai berikut :
1.
Guru
memperkenalkan kepada siswa materi tentang letak bilangan bulat yang
ditunjukkan pada garis bilangan. Anak diminta
untuk mengamati peragaan tersebut.
2.
Guru
membimbing anak untk memperagakan penjumlahan dan pengurangan dua bilangan ulat
melalui gerakan maju, mundur, dan balik arah (balik kanan).
3.
Setelah
itu guru dapat memulai memperkenalkan cara peragan (aturan main) gerak yang
dimaksud.
4.
Guru
dapat memberikan dua contoh soal. Satu soal mengenai operasi penjumlahan
(positif) dan satu soal mengenai operasi pengurangan (negatif) yang akan dicari
melalui peragan tersebut.
Penggunaan media mistar
bilangan dalam mengajarkan materi bilangan bulat kepada anak dapat memahami
konsep penjumlahan dua bilangan bulat malalui
paragaan dengan pendekatan gerakan dan letak suatu bilangan bulat pada media
mistar bilangan.
METODE
Desain penelitian yang digunakan yakni penelitian
tindakan kelas (classroom action research), bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan penjumlahan 10-20 deret ke samping. Menurut Zainal Aqib
(2006:33) “penelitian ini mengunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan
peningkatan pada unsur desain untuk memungkinkan
diperolehnya gambaran keefektifan tindakan yang dilakukan”. Menerapkan
penelitian yang dilakukan dalam bentuk tindakan bertujuan untuk memecahkan
persoalan- persoalan dalam kegiatan proses belajar mengajar bagi seorang guru.
Sehingga inovasi dalam dunia pendidikan berlangsung terus.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:2) bahwa
“penelitian tindakan kelas yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
yang berupa sebuah tindakan sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama- sama”. Mereka dapat mencobakan perbaikan dalam praktek
pembelajaran dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
Dari pendapat para ahli di atas
maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai suatu
upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dengan memberikan suatu tindakan yang dalam pelaksanaan
sangat memperhatikan proses belajar di kelas, serta peningkatan kualitas
pembelajaran, dan praktek pembelajaran yang berkesinambungan. Pada penelitian ini
peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat.
Mulai dari perumusan masalah,
sampai pada pengumpulan data. Dengan adanya kolaborasi ini maka diharapkan hasil
penelitian ini bisa menjadi solusi yang
tepat untuk permasalahan yang ada.
1.
Tahap
Persiapan
Pada tahap persiapan ini peneliti
menggunakan langkah sebagai berikut:
-
Bersama
kolaborator menyepakati jadwal penelitian jadwal penelitian
-
Menentukan
Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang cocok
-
Menyusun
kisi-kisi penelitian
2.
Tahap
pelaksanaan tindakan
Tindakan penelitian dilakukan
sesuaikan dengan
daftar
pembelajaran yang telah tersedia,
3.
Tahap
Observasi
Pengamatan terhadap hasi belajar
siswa dilakukan oleh peneliti sebagai obsever, hal-hal yang diobserver antara
lain:
-
Kegiatan
siswa
-
Hasil
belajar siswa
4.
Tahap
refleksi
Peneliti
dan guru melihat dan menyimpulkan hasil atau dampak dari tindakan. Dari hasil
ini akan dirumuskan tindakan untuk tindakan berikutnya dan menyimpulkan serta
membuat laporan hasil penelitian . Dari lembar obsevasi akan diperoleh informasi aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung. Selain itu juga ditemukan kendala-kendala selama pelaksanaan
tindakan yang harus diantisipasi pada pelaksanaan siklus selanjutnya.
Berdasarkan analisis data tersebut maka dirancang scenario untuk siklus berikutnya
1.
Instrumen penelitian
a.
Observasi.
Observasi
adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena
social dengan gejala – gejala psikis
untuk kemudian dilakukan pencatatan dan dapat dilakukan secara spontas dengan
daftar isian yang telah disiapkan sebelumnya.
b.
Diskusi
Diskusi
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab secara langsung kemudian didiskusikan antara peneliti dengan kolabolator.
c. Tes
Tes
yang digunakan dalam menjumlahkan 10-20 deret kesamping yaitu tes perbuatan, yang diamati oleh
kolabolator untuk melihat peningkatan kemampuan anak.
2.
Analisis
Data
Teknik
analisis data yang peneliti lakukan bersifat kualitatif yang digambarkan dengan
kata-kata atau memperoleh kesimpulan. Teknik analisis ini terdiri atas tiga jalur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan seperti
dikemukakan oleh Lexy J. Maleong (1988:174):
a. Reduksi Data
Reduksi
data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan trasformasi data kasar yang muncul dan cacata tertulis lapangan.
b.
Penyajian
Data
Penyayian
data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif yangmenggambarkan
pendekatan belajar menggunakan
media mistar bilangan dalam mengenalkan
konsep bilangan bulat Penarikan
Kesimpulan dan Verifikasi
c.
Penarikan
Kesimpulan
Mengambil
intisari sajian data pene;itian media mistar bilangan yang telah di paparkan
sebelumnya dalam bentuk kalimat yang lebih singkat akan tetapi mengandung
pengertian yang luas.Hal ini dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data dan
ketelitian laporan yang dierikan agar timbul keyakinan bahwa segala sesuatu yang akan dilapokan adalah
tepat dan mencapai
kebenaran yang diharapkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Siklus I
1.
Pelaksanaan
siklus 1
Siklus 1 dilakukan selama tiga
minggu .
Peneliti berupaya memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran yaitu dengan
menggunakan media mistar bilangan untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep
menghitung penjumlahan bilangan bulat bagi anak tunagrahita sehingga kemampuan
anak dalam mengenal konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat dapat
meningkat. Pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakna pada siklus ini sebagai
berikut :
a. Perencanaan siklus 1
Pada
tahap ini bersama teman sejawat berkalaborasi merencanakan sebuah tindakan
untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan bilangan bulat bagi anak
tunagrahita. Tindakan yang peneliti lakukan dalam hal ini adalah dengan
menggunakan media mistar bilangan.
b. Tindakan siklus 1
Tindakan
ini dilaksanakan 6 kali pertemuan selama 2x 30 menit. Setiap pertemuan
merupakan sub siklus karena dari pertemuan ke pertemuan selanjutnya terdapat
langkah-langkah dalam menghitung penjumlahan bilangan bulat melalui media
mistar bilangan terhadap anak.
c. Observasi siklus 1
Hasil
pengamatan dengan kolaborator
menunjukkan bahwa sacara umum tindakan yang dilaksankaan pada siklus ini sudah
sesuai dengan perencanaan. Dari aspek anak sudah terlihat sangat bersemangat
dalam belajar, karena pendekatan yang dilakukan peneliti sudah baik. Anak mau
mangikuti semua perintah peneliti.
d. Refleksi siklus I
Refleksi
merupakan renungan dari apa yang
sudah dihasilkan. Kegiatan refleksi dapat dilakukan secara kolaboratif, dimana
peneliti dan teman sejawat melaksanakan dan menyimpulkan hasil tindakan. Adapun
kesimpulan yang peneliti dan teman sejawat adalah anak masih kelihatan
bingung, ragu untuk menggeser bingkai angkanya apakah ke kanan atau ke kiri.
Karena keraguan inilah maka anak selalu salah dalam menjawab soal.
Pembahasan Siklus I
Pada
siklus I terlihat masih kelihatan bingung, ragu untuk menggeser bingkai
angkanya apakah ke kanan atau ke kiri. Karena keraguan inilah maka anak selalu
salah dalam menjawab soal.
Berikut
adalah hasil pengamatan dari evaluasi siklus I yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kemampuan Menghitung
Penjumlahan Bilangan Bulat Siklus I bagi Anak Tunagrahita
Indikator
|
Deskriptor
|
AY
|
DF
|
NS
|
|||
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
Mengenak bilangan bulat
|
1.
Mengenal
bilangan bulat positif
|
√
|
√
|
√
|
|||
2.
Mengenal
bilangan bulat negatif
|
√
|
√
|
√
|
||||
Membaca bilangan bulat
|
3.
Membaca
bilangan bulat positif
|
√
|
√
|
√
|
|||
4.
Membaca
bilangan bulat negatif
|
√
|
√
|
√
|
||||
Menunjukkan bilangan bulat
|
5.
Menunjukkan
bilangan bulat positif
|
√
|
√
|
√
|
|||
6.
Menunjukkan
bilangan bulat negatif
|
√
|
√
|
√
|
||||
Membandingkan bilangan bulat
|
7.
Menenukan
besar kecilnya perbandingan dua bilangan
|
√
|
√
|
√
|
|||
8.
Menentukan
besar kecilnya perbandingan dua bilangan
|
√
|
√
|
√
|
||||
Menjumlahkan bilangan bulat
|
9.
Menjumlahkan
bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif
|
√
|
√
|
√
|
|||
10.
Menjumlahkan
biangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif
|
√
|
√
|
√
|
||||
11.
Menjumlahkan
bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif
|
√
|
√
|
√
|
||||
12.
Menjumlahkan
bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif
|
√
|
√
|
√
|
||||
Menyelesaikan soal latihan yang
berhubungan dengan bilangan bulat
|
13.
Mengerjakan
soal-soal latihan
|
√
|
√
|
√
|
|||
14.
Menyelesaikan
soal cerita
|
√
|
√
|
√
|
||||
Skor nilai
|
8
|
6
|
6
|
8
|
6
|
8
|
HASIL
YANG DIPEROLEH
1.
AY
|
Benar
Salah
|
2.
DF
|
Benar
Salah
|
3.
NS
|
Benar
Salah
|
Siklus
II
Pada
siklus II ini lebih difokuskan pada proses menghitung penjumlahan bilangan
bulat tapi tidak lepas dari konteks bilangan bulat positif dan negatif yang
sudah diketahui anak. Untuk itu peneliti dan teman sejawat kembali merancang
strategi yang akan dilaksanakan pada siklus II.
a.
Perencanaan
siklus II
Berdasarkan masalah yang dihadapi anak,
peneliti bersama teman sejawat berkolaborator merumuskan perencanaan bahwa
peneliti tetap menggunakan media mistar bilangan untuk meningkatkan kemampuan
menghitung penjumlahan bilangan bulat bagi anak tunagrahita.
b.
Tindakan
siklus II
Tindakan
ini dilaksanakn 5 x pertemuan selama 2 x 30 menit. Di bawah ini akan
dideskripsikan secara umum tentang siklus II.
Pada
dasarnya pelaksanaan kegiatan belajar siklus II ini sama denga siklus I, akan
tetapi pada siklus II ini lebih ditingkatkan lagi kemampuan anak dalam mengenal
konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat. Materi pelajaran yang akan
dberikan pada siklus II ini merupakan lanjutan dari materi siklus I yang
sepenuhnya belum berhasil. Dari 5 x
pertemuan yang telah dilaksanakan pada siklus II dapat disimpulakan bahwa
hampir semua jawaban anak benar. Kalaupun ada kesalahan, kemungkinan karena
kecerobohannya dalam mengerjakan soal. Setelah diberikan tindakan siklus
II AY, DF dan NS sudah memahami.
c.
Observasi
siklus
II
Ketika diberikan sejumlah soal, anak tekun
mengerjakannya. Ketekuanan mengerjakan soal ini dikarenakan sifat pengerjaan soal
mempunyai keasikan tersendiri,
mengingat dalam menggunakan media mistar bilangan sangat senang menggeser
bingkai
angka tersebut. Ini memberi arti penggunaan
media mistar bilangan mempunyai dua fungsi yaitu sebagai media pembelajaran dan
alat permainan.
d.
Refleksi
siklus II
Dalam siklus ini peneliti dan teman
sejawat berkolaborasi dalam melaksanakn dan menyimpulkan hasil tindakan. Adapun
kesimpulan secara umum yaitu peneliti
sudah berhasil menanamkan konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat. Anak
sudah bisa mengerjakan semua soal yang diberikan, hanya saja anak masih suka
tidak teliti dalam menghitung sehingga hasil yang diperoleh selalu salah.
Pelaksanaan materi pada siklus II ini
berupa inti dari konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat. . Dengan
meningkatnya kemampuan anak
dalam menghitung penjumlahan bilangan bulat, maka peneliti bersama teman
sejawat sepekat untuk menghentikan tindakan pada siklus II.
Pembahasan Siklus II
Tindakan ini
dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan dan memantapkan konsep kemampuan
menghitung penjumlahan bilangan bulat. Perubahan dilakukan berdasarkan
permasalahan yang muncul selama pelaksanaan tindakan
Tabel
2 Hasil Pengamatan
Kemampan Menghitung Penjumlahan Bilangan Bulat Siklus II Anak Tunagrahita
Indikator
|
Deskriptor
|
AY
|
DF
|
NS
|
|||
B
|
S
|
B
|
S
|
B
|
S
|
||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
Mengenal
bilangan bulat
|
1.
Mengenal
bilangan bulat positif
|
√
|
√
|
√
|
|||
2.
Mengenal
bilangan bulat negatif
|
√
|
√
|
√
|
||||
Membaca
bilangan bulat
|
3.
Membaca
bilangan bulat positif
|
√
|
√
|
√
|
|||
4.
Membaca
bilangan bulat negatif
|
√
|
√
|
√
|
||||
Menunjukkan
bilangan bulat
|
5.
Menunjukkan
bilangan bula positif
|
√
|
√
|
√
|
|||
6.
Menunjukkan
bilangan bulat negatif
|
√
|
√
|
√
|
||||
Membanding
kan bilangan bulat
|
7.
Menentukan
besar kecilna perbandingan dua bilangan positif
|
√
|
√
|
√
|
|||
8.
Menentukan
besar kecilnnya perbandingan dua bilangan bulat
|
√
|
√
|
√
|
||||
Menjumlahkan
bilangan bulat
|
9.
Menjumlahkan
bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif
|
√
|
√
|
√
|
|||
10.
Menjumlahkan
bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif
|
√
|
√
|
√
|
||||
11.
Menjumlahkan
bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif
|
√
|
√
|
√
|
||||
12.
Menjumlahkan
bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif
|
√
|
√
|
√
|
||||
Menyelesaikan
soal latihan yang berhunungan dengan bilangan bulat
|
13.
Mengerjakan
soal-soal latihan
|
√
|
√
|
√
|
|||
14.
Menyelesaikan
soal cerita
|
√
|
√
|
√
|
||||
SKOR
NILAI
|
13
|
1
|
12
|
2
|
11
|
3
|
Hasil yang diperoleh :
1.
AY
|
Benar
Salah
|
2.
DF
|
Benar
Salah= 14%
|
3.
NS
|
Benar
Salah
|
SIMPULAN DAN
SARAN
Berdasarkan
hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan mengenal konsep menghitung penjumlahan
bilangan bulat bagi anak tunagrahita kelas D.II di SLB Wacana Asih Padang dapat
ditingkatkan melalui penggunaan media mistar bilangan. Oleh karena itu, media
mistar bilangan dapat digunakan untuk meningkatkan berbagi konsep menghitung penjumlahan
bilangan pada anak khususnya konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat. Berdasarkan hasil
penelitian yang penulis lakukan maka disarankan kepada pendidik untuk megunakan
mistar bilangan
dalam mengenal konsep mengitung penjumlahan
bilangan bulat bagi anak tunagrahita kelas D.II di SLB Wacana
Asih Padang.
DAFTAR PUSTAKA
Dalmardi (2003).
Hubungan Antara Penguasaan Materi Dengan Penggunaan Media Belajar
Pekanbaru
: Skripsi Pendidikan Luar Biasa. Tidak diterbitkan.
Departemen
Pendidikan Nasional (2006). Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan Sdlb
Tunagrahita (SDLB-B), Jakarta : Depdiknas.
Depdikbud
(2004). Buku Pembuatan Dan Penggunaan Alat Peraga Matematika Alternatif Untuk
Sd/Mi, Jawa Timur : Depdikbud
Edi
Sukamto (2003). Pengembangan Media Dalam Pembelajaan, Jakarta : Depdikbud
Lexy
J. Maleong (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya
Moh.
Amin dan Ina Kusuma (1995). Orthopaedagogik Anak Luar Biasa,
Jakarta : Depdikbud Dikti proyek Tenaga Guru
Nurul
Zuriah (2003). Peneltian Tindakan Kelas Dalam Bidang Pendidikan Dan Sosial,
Malang : Bayumedia
Permanarian
somad (1996). Pendidikan Ank-Anak Tunagrahita, Jakarta : Depdikbud Dikti
Proyek Tenaga Guru.
Pupuh Fathurohman (2007). Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta : Quantum Teaching.
Rochiati
Wiriatmaja (2005). Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Remaja rosdakarya.
Sucjihati
Somantri (2006). Psikologi
Anak Luar Biasa,
Bandung : Refika Adtama.
Suharsimi
Arikunto (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.
Tarmansyah
(2006). Pengembangan Strategi Pembelajaran Matematika bagi Siswa Tunagrahita di
Sekolah Luar Biasa, Bandung : Progam Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Pasca Sarjana UPI. Tesis tidak diterbitkan.
Supraptiningsih
(2005). Dasar-Dasar Matematika dalam Pembelajaran di SD, Jakarta : Rajawali
Pers.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar