Seperti
biasa setiap hari Selasa siswaku belajar olah raga. Setelah berdoa dan
mengumpulkan tabungan semua mengganti pakaian seragam dengan baju olah raga.
Amel dan Hanifa sudah memakai baju olah
raga dilapisis dengan baju seragamnya.
Sebenarnya ini tidak mencapai tujuan
karena anak tidak di beri kesempatan untuk belajar memasang baju sendiri.
Mungkin ini maksud orang tua supaya tidak merepotkan lain kali kita belajar
memasang baju di sekolah saja ya Amel dan Hanifa.
Semua
bersemangat apabila belajar olah raga . Hari ini mereka belajar olah raga
dengan Bapak Yudi karena ibu Eva tidak hadir. Mereka semua main bola besar. Aku tidak ikut
mendampingi setelah serah terima dengan
pak Yudi aku kembali ke kelas
membersihkan ruangan dan melipat baju-baju siswa ku.
Dua
jam berlalu siswa ku kembali kedalam kelas semua mengambil air minum mereka
kehausan dan kepanasan. Pelajaran dilanjutkan aku menanyakan belajar apa tadi di
luar kelas. Zaskia menjawab bola, bola, Indra ikut nimrung “bola keranjang masuk”. Aku luruskan ucapan Indra.”Memasukan
bola ke keranjang” Semua bersemangat bercerita cuma Amel yang
sibuk dengan topinya. Aku tanya Amel berulang-ulang tidak ada jawaban
malah Rifal yang menjawab “ ola, ola “
katanya sambil menggerak-gerakan
tangannya. Aku minta Amel kedepan untuk
bernyanyi , Amel bernyanyi topi saya bundar semua jadi ikut bernyanyi sambil
membentuk tangan mereka seperti bola.
Bernyanyi
dalam menyampaikan pelajaran bagi anak gangguan intelektual merupakan suatu
cara yang disenangi mereka. Mereka suka dengan suasana yang nyaman tanpa
tekanan semua ikut menggerak-gerakan
tangannya. Topi saya bundar, bundar topi saya…… Amel bernyanyi sambil
menggelengkan kepalanya. Sesudah itu aku pun tos dengan Amel sekarang ia sudah terlibat dengan teman-teman
sekelasnya.
Aku mengajukan pertanyaan bagai mana topi
saya,? “ bundar bu… bundar bu.” Kalau
bola bagaimana “ bulat bu… “tadi main bola bu”
Semua
aku tampung perkataan mereka. Aku biarkan mereka untuk bereksplorasi agar
keberaniannya muncul. Perlahan aku giring mereka kedalam
pelajaran yang ingin ku sampai kan
aku menanyakan apakah ada
huruf yang bulat. Lama mereka berfikir
aku gali terus sampai akhirnya Zaskia menjawab “ O “ bu. Aku respon jawabannya
dengan pujian Zaskia terlihat senang. Aku minta Zaskia kedepan untuk menuliskan
huruf O. Ia membuat bentuk dua buah
lingkaran yang terpisah satu buah besar yang satunya kecil aku cukup puas
karena yang dibuatnya sudah berbentuk lingkaran.
Hanifa pun minta untuk kedepan iapun membuat
huruf O menyerupai gulungan kawat. Tapi ia kelihatan senang karena sudah diberi
kesempatan untuk berbuat. Saat Indra ke
depan semua temannya tertawa karena huruf O yang dibuatnya menyeruai huruf S.
Aku tanya “huruf apa itu Indra “setelah melihat huruf yang di buatnya ia
menjawab huruf S. Aku minta ia untuk
mengulang membuat huruf O. ia membuat lingkaran yang besar setelah itu dibuatnya
lagi satu buah lagi huruf O didalamnya
Indra tertawa lebar melihat huruf O nya beranak. Dengan cepat iapun membuat
huruf O yang berbentuk lingkaran obat nyamuk dalam
satu lingkaran tadi. Indra memang paling suka menulis dengan spidol. Kalau aku
lengah baju Hanifa penuh dicoretnya.
Titi
ke depan membuat huruf O lambat-lambat dan hasilnya lebih mendekati
berlainan dengan Amel dengan tangan kirinya
mencoret sekena hati. Ia melompat lompat kesenangan “Amel buat bu , Amel
buat bu” soraknya. Tinggal Rifal yang belum berani kedepan aku cari buku
tulisnya Rifal membuat huruf O
kecil-kecil.
Beranjak dari itu semua aku jelaskan
cara membuat huruf O yang benar. Mereka
memperhatikan. Aku minta mereka satu persatu kembali kedepan. Untuk belajar .
Dalam waktu yang singkat tentu belum banyak perubahan tapi sudah ada satu upaya
untuk menuju kesana. Ya begitulah kira-kira cerita yang menyenangkan dua jam pelajaran bersama huruf O. Ooooooooooooolala kapan o
menjadi olala. Aku tutup pelajaran dengan membaca Hamdalallah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar