(By : Lifya)
Identitas buku
Judul
: Jurnal sastra Aksara Edisi 11 Volume 3 Nomore 3 (Mei-Juni 2016)
Jumlah
halaman tulisan : 8 halaman
Penerbit : Goresan pena
Penulis terkait judul : Lifya
ISSN : 2443-2725
ISI Tulisan :
“Pipi bakpao” itulah
yang aku ketahui tentang keadaan anakku waktu ia baru lahir. Pipi merah lunak seakan menggantung ke bawah.
Garis tangan lurus serta jemari yang pendek. Matanya sipit tapi lipatan mata bagian luarnya lebar. Anakku
lahir benar-benar dalam keadaan lunak lemas dan terkulai. Saat berumur satu
tahun ubun-ubunnya masih tampak naik
turun apabila diraba masih seperti meraba tomat ranum. Aku tidak punya gambaran dan pengetahuan sedikitpun dengan semua itu. Saat aku bawa konsultasi kedokter ia tidak
mempermasahkan anakku, tidak disarankan kemana-mana. Entah dokter itu ragu menyampaikannya,
entah faktor lain aku tidak tahu.
Kejadian itu dua puluh
satu tahun yang lalu tepatnya 8 Oktober 1994 Jessrian anakku dilahirkan aku memanggilnya Jess. Belum ada internet untuk mencari
informasi dan youtube untuk ditonton. Koran dan majalahpun masih sulit aku temukan.
Kalaupun ada untuk mencari dan membacanyapun
aku kekurangan waktu karena aku juga harus mengurus kedua kakaknya.
Begitulah keadaannya orang mengunakan istilah DS yaitu singkatan untuk Down Syndrome. Down
syndrome merupakan suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental
yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. ini terbentuk
akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi
pembelahan. Sekarang aku mengetahui keadaan
Jess bukan karena kutukan. Aku ikhlas di titipkan
anak DS aku harus kuat dan tabah aku
tidak mau Jess dipandang karena kasihan. Ia tidak sakit tidak membawa virus yang mematikan . Aku tetap mengupayakan kemajuannya mulai dengan
latihan fisik. Jess aku bawa ketukang pijat tradisional dan akupuntur. Hari kehari fisiknya menunjukan
perkembangan yang menggembirakan. Aku ingin berbagi pengalaman membesarkan Jess
kepada praktisi anak Down Syndrome juga kepada orang tua anak DS. Aku ingin menginspirasi
banyak orang karena semua yang dirasakan jangan sampai terulang lagi kepada
orang tua dan anak yang bernasib sama denganku. Dikala itu terasakan
sekali bagaimana susahnya untuk
mendapatkan informasi cara mendidik anak
DS. Saat itu mereka seakan tidak ada
dimuka bumi ini mereka itu disembunyikan
mereka malu mempunyai anak seperti Jess,
Usaha untuk menerima Jess ditengah masyarakat aku mulai dari
lingkungan yang terkecil yaitu lingkungan keluarga. Kepada kakaknya aku
tanamkan rasa cinta kasih aku katakan tolong bantu mami untuk memperlakukan
adikmu sama dengan saudaramu yang lain. Aku
mencintai mereka tapi tidak memanjakan
secara “manja gila” yang tidak kenal disiplin.
Mulai dari hal yang kecil aku ajak
mereka menjalankan peraturan-peraturan sederhana. Apabila malam bergantian mereka aku bangunkan dibawa ke kamar mandi untuk buang
air kecil. Sehingga anakku tumbuh jadi anak yang tahu aturan. Barang yang sudah
dipergunakan diletakan kembali ketempat semula sehingga ia tidak tumbuh brutal.
Ia istimewa tapi bukan segalanya harus diistimewakan. Suasana damai dan penuh
kasih di rumah terus dibina, Sehingga sahabat kakaknya juga menjadi sahabat
adiknya mereka sangat kompak. Hari kehari diisi dengan berbagai kegiatan dari Senin ke Senin kegiatan untuk Jess sudah terjadwal. Mulai
dari les musik, memasak, basket , renang, taekwondo dan semua aku ikutkan. Hal yang mustahil bagi
anggapan sebagian orang. Tapi yang penting ia senang dengan hobbynya dan bisa
bersosilisasi. Sehingga banyak orang yang kenal dengannya. kadang di
Bandara di restoran atau di mall.
Tahun 2010 Jess mengikuti lomba berenang ia menjadi utusan
Provinsi Sumatera Barat ke Tingkat Nasional di Jakarta. Ia berhasil mendapat
juara tiga. Karena kulit Jess yang sensitif setiap ia ikut berenang kulitnya
seperti alergi maka kegiatan Jess lebih difokuskan kepada musik. Ia lebih suka
bermain drum. Ia mempunyai kepekaan terhadap suara-suara
musik non verbal yang ada disekelilingnya, termasuk dalam hal nada dan irama.
Jess akan menyimak ritmis melalui
intrumen musik melalui pendengaran.Ia akan mendengarkan dan merasakan lalu berlatih memainkan alat musik. Hari kehari makin banyak lagu yang
dikuasainya.
Hal yang terpenting
dalam mendidik anak DS adalah menerima anak apa adanya jangan tolak ia dibatin
kita. Apabila kita sudah menerima semua bisa berjalan dengan tulus. Tulus tanpa
ada perasaan tertekan mempunyai anak DS. Rasa tulus akan menimbulkan rasa kasih
dan cinta sehingga anak merasa nyaman berada bersama kita. Ia akan berinteraksi
dengan kita sehingga memudahkan untuk mengetahui keinginannya. Sambil
memperkenalkan pelajaran yang berharga padanya. Berinteraksi membaurkan diri
sehingga ibu akan menjiwai, memahami keinginan anak. Anak tidak akan mengamuk karena keinginannya
tidak tercapai. Yang terakhir beri ia kepercayaan untuk melakukan sesuatu. Beri
ia pengarahan misalnya saat ia mau mengambil air katakan ini air dingin, ini air panas. Air panas kalau
tumpah kena tangan maka akan terasa panas dan sakit. Kepada Jess tak ada satupun
pekerjaan yang tidak dilatihkan asal
bermanfaat baginya. Jess sudah bisa mengurus dirinya sendiri. Ia bisa membuat
minuman dengan takaran yang pas. Membuat sereal kesukaannya. Semua itu diraih Jess tidak dengan simsalabim ini
berkat latihan. Jess mempunyai sifat yang sangat halus ia sangat peka dengan
lingkungan apabila aku sakit ia yang paling sering menanyai aku.
Jess kian giat berlatih drum sehingga sudah bisa mengiringi
berbagai macam lagu. Timbul keinginanku untuk mendaftarkan Jess ke Jakarta
untuk mendapatkan rekor MURI. Itupun perlu kesabaran karena pertama aku hanya
mengirimkan rekamannya saja selama dua tahun aku menunggu tapi tidak ada
kejelasan. Akhirnya aku langsung mengurusnya ke Jakarta. Sebuah keinginkan untuk mewakili teman-temannya
untuk mengatakan kepada dunia luar bahwa
anak DS juga bisa berprestasi..
Tepat pada perayaan hari Syndrome Sedunia Jees meraih MURI
27 Maret 2016.Ia berhasil menabuh drum selama 2 jam tanpa berhenti memainkan 31
lagu. Piagam itu langsung diserahkan oleh Wakil Direktur MURI Bp. Osmar Semesta
Susilo,MIB. Juga ditahun yang sama Jess meraih Gottalent HBT. Aku bahagia sekali setiap ada yang meminta
aku menceritakan Jess aku katakan aku paling bangga dengan prestasi Jess dibanding
prestasi kakaknya. Karena ia dalam kekurangan bisa meraih prestasi yang belum
tentu bisa diraih oleh orang normal. Terasa sekali semangat yang dipompakan
orang tua terhadap anaknya menjadi kekuatan yang maha dasyat untuk membuat
seorang anak bisa berprestasi aku sudah membuktikan semuanya, Aku sudah
pesiapkan ini sejak dini dengan disiplin dan cinta kasih yang tulus. Suasana
damai dan penuh kasih sayang di rumah dan disekolah dengan memberi contoh-contoh
nyata. Berupa sikap saling menghargai
satu sama lain, ketekunan dan keuletan menghadapi kesulitan, sikap disiplin dan
penuh semangat, tidak mudah putus asa lebih banyak tersenyum dari pada
cemberut, Semua itu memungkinkan anak DS bisa mengembangkkan kemampuannya yang berhubungan dengan perkembangan kognitif anak DS walau tidak secara dratis, serta kecerdasan
emosional maupun kecerdasan moral dan spiritual. Contoh-contoh nyata itu sangat
diperlukan anak DS karena ia mengalami kesulitan dalam berfikir secara abstrak.
Begitulah pada dasarnya anak yang dilahirkan itu membawa
potensi yang bisa dikembangkan tapi sebagai generasi yang unggul anak tidak
akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan lingkungan yang subur
yang sengaja diciptakan untuk itu yang memungkinkan potensi mereka dapat berkembang
secara maksimal.
Suasana penuh kasih sayang, mau menerima anak DS sebagai
mana adanya, menghargai dan menggali potensinya , baik secara kognitif, afektif
maupun psikomotorrik, semua sungguh merupakan jawaban nyata bagi tumbuhnya
generasi unggul dimasa yang akan datang, inilah yang perlu kita persiapkan pada
anak-anak guna mengisi millennium ketiga.
CATATAN
Tokoh “ aku” adalah seorang perempuan yang hebat, tabah dan ulet dalam
mendidik anaknya. Memakai sudut pandang
orang pertama tunggal supaya kita bisa larut dalam cerita seolah-olah kita
sendiri yang berlakon sebagai seorang ibu.Cerita ini dituturkan oleh ibu
kandung Jessrian bernama Anita kepada penulis. Sekarang ibu
Anita aktif mengelola sanggar Pondok
Kreatifitas anak-anak Down Synrome untuk mewadahi minat dan bakat anak DS juga ketua POTADS (Persatuan Orang Tua Anak
Down Syndrome) kota Padang. Ibu Anita
sungguh perempuan hebat cantik dan menginspirasi.
Lifya.
Penulis
bernama Lifya Aktif menulis di Website : lifyasofyan.blogspot.com, Komunikasi
bisa lewat Facebook atau email dralifya@ymail.com.
Menulis 49 buah buku antologi dan 9 buah buku tunggal dan beberapa artikel dimedia
masa.
Alamat
Jl. Koto Panjang No 21 Rt 02 Rw 08 Pauh Padang Sumbar. Hp. 085263067417. Email
dan facebook dralifya@ymail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar