Siang pulang dari mengajar di SLB aku sudah ditunggu oleh putra bungsuku, rencananya kami mau ke Sungkai Pauh Padang. Untuk mencapai Sungkai kami masuk dari arah gerbang Kampus UNAND . Dari Saringan (nama tempat ) kami mendaki keatas. Jalan yang kami lalui sudah berbentuk jalan bukan lagi seperti belantara yang kami tuju dulu. Sampai di bukit pertama kami istirahat sebentar sambil menikmati pemandangan yang mempesona. Untuk menuju bukit berikutnya kami menuruni bukit yang tidak begitu curam. Kiri kanan kami banyak ditemui batang “ Sarai Harum’ Mmmm serasa menyusup lembut baunya. Tidak berapa lama kami menemui anak sungai airnya jernih dan dingin. Kamipun melompat dari batu kebatu hingga sampai keseberang. Nah pendakian kedua mulai kami tempuh sampai kami menemui tanjakan benar-benar curam. Selepas tanjakan itu hamparan padang ilalang yang sangat luas .
Di kejauhan
panorama kota Padang yang mempesona menjadi obat dahaga. Kamipun berteduh
dibawah sebatang pohon “ Kalek”..
Sambil menikmati sejuknya angin mataku tertuju pada buah sebesar kelereng.
Buah itu jatuh begitu banyaknya. Aku pungut sambil memencet nya ternyata buahnya keras. Tanpa kusadari botol bekas minumku sudah penuh. Buah ini
akan aku jadikan sebagai hiasan pada ujung-ujung pensil muridku pasti mereka
senang batin ku.
Untuk menjadikan
buah kayu tersebut sebagai hiasan pada ujung pensil aku mengumpulkan semua
pensil yang ada lalu ditambah dengan lem bakar serta sebatang lilin aku bawa
kesekolah.
Murid tunagrahita
itupun menjadi penasaran dengan buah yang aku perlihatkan. Berbagai
pertanyaan muncul secara spontan. Memang
muridku secara Inteligensi berada dibawah anak normal tapi untuk mengajarkan
keterampilan sederhana mereka lebih betah . Kadang-kadang pelajaran lainpun aku
masukan lewat pelajaran keterampilan
ini. Aku sengaja menyusuh
anak-anak itu menghitung buah kayu yang sudah dibersihkan dari tangkainya
atau melafalkan cara mengucapakan kata sampai bercerita dari mana buah
kayu itu di dapat. Memang aku berfikir
ini akal-akalan supaya anak didikku tidak merasa bosan dalam belajar. Setelah bercerita dari
mana buah itu didapat anak-anak itu menyebutkan nama buah yang mereka kenal.
Aku mengeluarkan sekotak korek api
ternyata ada yang tidak berani menyalakan korek tersebut setelah latihan beberapa kali mereka semua bisa menyalakan
lilin. Mereka memperhatikan aku membakar lilin sampai menempelkan satu buah
kayu keujung pensil. Pada mereka aku
berikan sebatang pensil dan menyuruh nya mencoba menempelkan buah kayu tadi.
Untuk buah pertama bisa ditempelkan dengan pas dipuncak pensil. Untuk buah
kedua ada yang menempeklan diatas buah tadi. Kembali aku perlihatkan cara
menempel yang benar sampai semua pinggirnya tertutup oleh buah kayu. Muridku
akhirnya bisa menyelesaikan hiasan pertama. Untuk hiasan berikutnya tidak
banyak lagi menemui masalah . Akhirnya
semua pensil sudah siap dihias. Pelajaran dilanjutkan dengan menulis dengan pensil yang sudah dihias aku memperbolehkan mereka mempergunakan untuk menulis sebagai hadiah
dari kerja mereka. Mereka terlihat senang sambil terus memperhatikan pensilnya.
Dalam hati aku berkata apa akal-akalan ku besok lagi……………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar