http://www.koran.padek.co/read/detail/44259
Belajar Mengajar ABK di Negeri Sakura
Wartawan : Lifya - Guru SLBN 1 Padang - Editor : Riyon - 23 November 2015 11:28 WIB
Ada beberapa cacatan kecil yang terselip
yang ingin saya bagikan sepulang berkunjung ke sekolah Chibakenritsku Tokubetsu
Shien Gakko Nagareyama Kotogakuen (Mukuno Sensei ).
Menuju Chiba bisa dilalui lewat
terowongan Tokyo Bay Aqualine dari Kota Kanagawa. Terowongan ini berada di
dalam laut sepanjang lima belas kilo meter dihiasi dengan lampu yang berwarna
keemasan. Mobil melaju dengan kecepatan yang konstan tidak ada goncangan yang
dirasakan sungguh tenang dan nyaman.
Dengan terowongan ini maka
perjalanan bisa menghemat waktu perjalanan yang ditempuh selama dua jam 15
menit. Segala keindahan dan kenyamanan Chiba dapat dirasakan ditambah cerita
dari pemandu wisata yang beraksen Jepang.
Jarak tempuh dengan mobil dari Tokyo
ke Chiba sekitar 40 menit. Kota ini bukan hanya sekadar pintu masuk ke Jepang,
tapi juga gambaran awal indahnya Negeri Matahari Terbit. Di sini berada sebuah
Sekolah Luar Biasa Mukuno Sensei.
Kehadiran penulis bersama rombongan
sudah ditunggu pihak sekolah. Sebelum memasuki ruangan rombongan dipersilakan
untuk mengganti sepatu yang digunakan dengan “suripa”. Dalam bahasa Jepang
“suripa” adalah sandal. Budaya Jepang membiasakan memakai sandal di dalam
rumah. Banyak sandal yang disediakan. Sandalnya mirip sandal hotel di Indonesia
cuma bahagian depannya tertutup. Antara sandal kiri dan kanan sama bentuk
polanya.
Jadi tidak ada kemungkinan
kehilangan pasangan atau tertukar. Semua dengan ukuran yang sama besar satu
sama lainnya. Suripa disimpan di dalam kotak dengan posisi menghadap keluar.
Posisi ini juga berlaku untuk sepatu yang diletakan setelah sandal dikeluarkan.
Apabila tidak menggunakan kotak penyimpan pulang dari bepergian sesampai di
depan pintu orang Jepang akan berbalik dengan posisi membelakangi pintu.baru
sepatu dilepas.
Jadi sewaktu mau pergi tinggal
memakai sandal tersebut tanpa harus berbalik badan terlebih dahulu. Atau
mencari-cari pasangan sepatu yang akan dipakai. Setelah masuk kedalam
ruangan, didalam sudah menanti sepasang sandal yang siap digunakan untuk
dipakai didalam ruangan. Demikianlah cara berfikir orang Jepang yang selalu
membuat kemudahan untuk diri mereka sendiri. Di samping untuk menjaga kerapian
juga untuk menghemat waktu.
Rombongan disambut oleh kepala
sekolah, utusan kementrian daerah setempat serta guru-guru yang mengajar di
sekolah itu. Hal yang membuat penulis terkesan adalah kebersihan sekolah ini
luar biasa bersihnya. Jangankan sampah debu pun tidak ada. Kebersihan bagi
mereka merupakan prioritas nomor satu karena menyangkut dengan usaha yang akan
mereka pasarkan.
Bagi siswa berkebutuhan khusus yang
bersekolah di sekolah favorit ini, memulai segala sesuatu dari hal yang mereka
sukai sungguh hal menyenangkan. Orang tua tidak lagi susah untuk
membangunkan anaknya untuk berangkat setiap hari ke sekolah. Karena mereka
dengan senang hati rindu untuk datang ke sekolahnya tidak dengan berat hati
untuk memulai harinya. Mulai dari membuka mata, beralih ke kamar mandi dan
diguyur air.
Guru dan kepala sekolah tahu persis
dengan kesukaan siswanya. Sehingga murid-murid di sini dikondisikan untuk
mengerjakan hal yang menyenangkan baginya.
Tidak ada pelajaran yang memusingkan
kepala yang ditemukan di pagi hari. Sekolah mengambil inisiatif yaitu pada
jam-jam pertama pelajaran difokuskan pada kegiatan vokasional. Kegiatan ini
dilakukan di pagi bukan di sore hari untuk mengantisipasi hal yang tidak
menyukai untuk mengikuti pelajaran yang bersifat akademis.
Sesuai dengan keinginan siswa di
sekolah ini yang lebih suka bekerja dari pada belajar. Hal ini sangat sesuai
dengan tuntutan psikologis dalam menghadapi siswa karena prinsipnya sesuatu
yang tidak disukai apabila dipaksakan akan menjadi beban baginya.
Jadi semua beranjak dari hal yang
disukai siswa bermula dari hal yang disukai dilanjutkan dengan pujian terhadap
hal yang telah dilakukan siswa. Ini dapat penulis rasakan saat siswa menyambut
kedatangan tamu dari Indonesia dengan nyanyian yang memukau oleh vocal group
sekolah Mukuno Sensei.
Seperti konser saja layaknya barisan
yang rapi dengan menggunakan seragam putih bagian atas dan abu-abu bagian
bawah. Saat tangan dirigen diangkat serentak kaki mereka menghentak. Semua
terpesona suguhan yang indah bahkan sampai lupa bahwa mereka semua anak-anak
dengan gangguan intelektual. Satu nyanyian didendangkan hal yang sangat
sederhana dilakukan kepala sekolah untuk menumbuhkan rasa percaya diri
siswanya.
Kepala sekolah langsung mengelukan
siswanya dan meminta pujian atas pertunjukan anak didiknya. Setelah satu lagu
dipersembahkan kembali kepala sekolah mengelu-elukan sebuah nama. Salah seorang
murid maju untuk menggantikan dirigen pertama penampilan yang tak kalah
menarik dengan pertunjukan pertama dengan pecahan suara yang balance.
Wajah mereka berseri-seri saat
mereka selesai menyuguhkan pertunjukan dan bertambah sumringah setelah
dikatakan bahwa yang menyaksikan pertunjukan yang hebat ini adalah orang-orang
berprestasi di Indonesia yang datang dari berbagai daerah. Sembari mengacungkan
jempol mereka bertepuk tangan dengan riuh. Arigatou, arigatou kata mereka
sambil membungkukan badan.
Ini sebuah contoh kecil yang dapat
penulis saksikan secara langsung. Semua yang dilakukan akan menimbulkan
rasa percaya diri bagi siswa sambil menyampaikan bahwa mereka sedang melakukan
latihan karena akan mengikuti lomba paduan suara. Yang tahun kemaren telah
berhasil menyabet juara.
Kalau rasa suka sudah ada tentu akan
mempermudah dalam mengarahkan dan mendidik siswanya. Suatu pelajaran yang
menyentuh hati. Terkadang kita lupa mengapresiasi jerih payah mereka yang
diingat hanya kesalahan, kemalasan, kekurangan dan kenakalan mereka.
Kegiatan yang disukai mereka ini
dilakukan setiap pagi termasuk kegiatan berenang bagi seluruh siswa tanpa
kecuali. Di sekolah ini difasilitasi dengan kolam renang. “Ini tempat berenang
siswa kami bukan untuk umum dan bukan untuk alumni,” jelas kepala sekolah
saat berada di pintu kolam renang sekolah Mukuno Sensei. Bagi anggota club
renang latihan dilakukan setiap hari. Bagi siswa lain belajar renang hanya 2
jam setiap hari.
Ada empat keahlian yang dilakukan di
sekolah ini, di antaranya kegiatan pertanian, pertamanan. menjahit dan
keperawatan. Semua yang bekerja dipersiapkan untuk bisa bekerja di tengah
masyarakat agar bisa hidup mandiri tanpa rasa belas kasihan orang.
Yang sangat diperhatikan adalah
kualitas dari hasil pekerjaan walau yang berkarya anak-anak berkebutuhan khusus
mereka tidak mau ada orang yang membeli hasil pekerjaan mereka dikarenakan
kasihan. Hasil pekerjaan yang sudah jadi dijualkan oleh siswa itu sendiri
sehingga menimbulkan rasa senang dan kepercayaan diri mereka. Untuk
keterampilan yang berbentuk souvenir siswa menjualnya langsung ke mall
didampingi oleh orang tua .
Saat berada di ruang keterampilan,
banyak hasil keterampilan yang sudah jadi siap untuk dipasarkan. Mulai dari
dompet dan tas dibuat dengan pekerjaan yang rapi. Hal yang membuat penulis
tertarik adalah bahan dasar untuk membuat dompet tersebut dibuat dari bahan
yang sangat bagus dengan motif yang lucu-lucu. Ini sudah merupakan satu daya
tarik bagi pembeli. Semua diperbolehkan membeli hasil karya mereka dan itu
langsung mereka yang melayani.
Program yang disusun oleh sekolah
dalam menangani anak-anak bekebutuhan khusus ini dirancang sedemian rupa
sehingga mereka bisa hidup mandiri di tengah masyarakat.
Mereka tidak hidup dengan rasa belas
kasihan tapi mereka tetap dihargai sebagai seorang manusia normal layaknya.
Mereka dilatih dengan keterampilan mulai dari mengenal bahan sampai mengolah
dan memasarkannya. Sehingga mereka mempunyai lapangan pekerjaan sendiri. Ini
akan mengangkat harkat martabatnya dimata khalayak ramai.
Berkelilig di sekolah Mukuno Sensei
banyak pelajaran yang menginspirasi. Tak terasa waktu pun berlalu, penulis
melambaikan tangan diantar dengan sebuah bungkukan sebagai tanda kehormatan.
Mengakiri hari menyenangkan di Chibakenritsku Tokubetsu Shien Gakko Nagareyama
Kotogakuen. Mata aimasho Mukuno Sensei sampai jumpa lagi Mukuno sensei.
Sayonara mada daisuki na hito. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar