Wartawan : Hijrah Adi Sukrial - Padang Ekspres - Editor : riyon - 16 February 2015 11:36 WIB Dibaca : 17 kali
Menjadi guru anak berkebutuhan
khusus bukanlah hal mudah untuk dilakukan, tidak banyak yang menyukainya. Tapi
Lifya, telah menjalani profesi ini selama 20 tahun. Keikhlasannya mendidik anak
berkebutuhan khusus mengantarnya ke Istana Negara, ke Jepang dan ke Mekkah.
”Lakukan apa yang anda sukai, sukai
apa yang anda lakukan dan berikan lebih dari apa yang anda janjikan”. Penggalan
tulisan dari Harvey Machay itulah yang menjadi motivasi bagi Lifya dalam
menjalani kehidupan dan profesinya.
Perempuan kelahiran Padang 4 April
1966 ini mengaku bersyukur menjalani profesi sebagai guru anak berkebutuhan
khusus. Profesi yang dijalaninya dengan ikhlas membuatnya terpilih menjadi
peringkat II guru berprestasi tingkat nasional.
Untuk itu, dia diundang hadir ke
Istana Negara di Jakarta dan menjadi perwakilan untuk menerima hadiah secara
simbolis.
&rdquo Haru biru benar-benar
menyesak di dada saat berangkulan dengan Ibu Negara. Sejak itu saya mulai
diundang sebagai motivator guru-guru PLB Kota Padang. Saya mulai mendapat
kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang selama ini tidak pernah
diikuti,” ujar perempuan yang juga aktif menulis artikel dan opini tentang anak
berkebutuhan khusus ini.
Tidak hanya itu. September 2014
Lifya mendapat undangan Kementerian Pendidikan untuk mengikuti pertukaran guru
berprestasi di Jepang. Dia merasa perjalanan bersama 17 orang guru berprestasi
lainnya itu sangat menginspirasi.
Apalagi dia tidak pernah
membayangkan mendapat kesempatan secara langsung belajar ke negeri 'Matahari
Terbit' itu.
”Rasanya impian demi impian
benar-benar terwujud begitu sempurna disaat saya mendapat penghargaan dari
Dinas Propinsi Sumbar berupa paket umrah ke tanah suci Mekkah,” papar motivator
yang menetap di Jl Kotopanjang, Pauh, Kota Padang tersebut.
Lifya mengaku, saat mengambil
Jurusan Pendidikan Luar Biasa ketika akan masuk kuliah, dia tidak pernah
membayangkan apa yang akan diraih saat ini. Ibunya sudah mengingatkan
betapa susahnya merawat anak berkebutuhan khusus.
Namun, dia bertekad dalam hati akan
melakukannya. Alasannya, jika semua orang menghindar, siapa lagi yang akan
merawat anak-anak yang sebenarnya lebih butuh perhatian itu.
“Siapa yang akan memberi perhatian
kepada anak-anak yang tidak beruntung itu kalau semua sudah membayangkan
susahnya menjadi guru anak berkebutuhan khusus itu. Saya menilai ini sebuah
pengabdian dan bertekad tidak akan setengah-setengah menghadapi mereka,”
paparnya.
Melihat kerasnya hati Lifya, ibu dan
bapaknya pun mengizinkan dan berpesan agar sungguh-sungguh dan meniatkan
pekerjaan sebagai ibadah. Pekerjaan ini akan bermanfaat baginya di dunia dan
akhirat kelak.
“Ketika diizinkan, hati ini sangat
senang. Saya sangat berterima kasih sekali dan berjanji akan membuat ibu dan
bapak suatu saat nanti akan bangga dengan pilihan anaknya ini,” ujarnya.
Ketika mulai terjun ke dunia ABK,
Lifya berjanji akan menyentuh mereka dengan kasih sayang. Sekaligus menghapus
mitos bahwa menjadi guru ABK menjadikan jiwa ini mati.
Kepada guru-guru muda Lifya berpesan
untuk senantiasa ikhlas dalam menjalankan profesinya. ”Jika ikhlas, percayalah,
Allah akan menilainya sebagai ibadah dan akan membalasnya dengan jalan lain,”
ujar perempuan murah senyum ini. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar