Dra Lifya, Penerima Satya Lancana Guru Berprestasi Tahun
2015
http://m.padek.co/detail.php?news=44174
Wartawan : Hijrah Adi Sukrial -
Padang Ekspres
Editor : Riyon
22 November 2015 11:11 WIB
Editor : Riyon
22 November 2015 11:11 WIB
Guru Harus Berinovasi dan Efisien
Setiap tanggal 25 November
diperingati sebagai Hari Guru. Berbicara mengenai guru, seakan menjadi topik
yang tak pernah habisnya.
Dulu guru dikenal sebagai pahlawan
tanpa tanda jasa dan identik dengan Umar Bakri, yaitu tokoh yang mengabdi untuk
anak didiknya hanya bermodal sepeda ontel dan semangat yang tinggi, namun
kesejahteraannya sangat terbatas.
Bagaimana guru dewasa ini? Saat ini
sudah ada sertifikasi, namun guru honor masih membutuhkan perhatian pemerintah,
apalagi guru-guru yang ada di daerah pelosok atau daerah terpencil.
Dra Lyfia, guru berprestasi tingkat
nasional asal Kota Padang menilai sungguh-sungguh menjalankan profesi guru akan
membuat guru jadi lebih berarti, tak hanya untuk guru sertifikasi, guru honor
dan guru di daerah terpencil mendapatkan peluang yang sama untuk menjadi yang
terbaik.
Berikut petikan wawancara secara
tertulis wartawan Padang Ekspres Hijrah Adi Sukrial dengan Guru Berprestasi
Tingkat Nasional Dra Lifya
Selamat hari guru buk. Menurut Anda
bagaimana keadaan guru hari ini?
Terimakasih. Pendidikan merupakan
suatu proses yang sangat strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,
sehingga harus dikerjakan secara professional.
Oleh sebab itu guru sebagai salah
satu pelaku pendidikan haruslah seorang yang professional. Dengan demikian
keberadaan guru di dalam proses pendidikan dapat bermakna bagi masyarakat dan
bangsa.
Guru diharapkan mampu berpartisipasi
dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki
jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur dan berkepribadian.
Tidaklah berlebihan kalau
dikatakan bahwa masa depan masyarakat bangsa dan negara sebagian besar
ditentukan oleh guru.
Sudah dua dekade atau sekitar 20
tahun keadaan guru lebih membaik. Menjadi guru saat ini sudah mulai
menjadi suatu incaran profesi yang diminati banyak orang. Dulu kuliah di
institut atau di kampus keguruan rasanya kalah genggsi dengan berkuliah di
universitas.
Apakah sertifikasi sudah memperbaiki
kesejahteraan guru? Apakah guru sudah lebih berkualitas dengan adanya
sertifikasi ini?
Sertifikasi sangat membantu
kesejahteraan guru malah kami para guru sempat resah mendengar isu bahwa
sertifikasi akan dihapuskan. Mengenai kualitas dengan adanya sertifikasi guru
tentu kwalitas seorang guru akan lebih meningkat.
Yang tadinya tidak mempunyai laptop
sekarang punya laptop sehingga bisa permudah dalam penyampaian pelajaran.
Apalagi menyampaikan pelajaran yang sifatnya abstrak dengan men-download
di internet anak bisa lebih memahami konsep pelajaran.
Tapi semua itu tergantung kepada
guru itu sendiri apakah ia mau mencerdaskan diri sehingga menjadi guru yang
berkualitas.
Lalu menurut Anda bagaimana kondisi
guru honor atau guru tidak tetap dewasa ini?
Tanggal 20 November yang lalu, saya
diberi kepercayaan untuk menjadi nara sumber menginspirasi guru–guru honor
dalam sebuah Workshop Peningkatan Mutu Pembelajaran PK-LK dua angkata.
Satu angkatan berjumlah 63 orang.
Workshop ini diperuntukan kepada guru honor di SLB penerima insentif APBN/APBN
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat.
Itu merupakan suatu bukti kepedulian
dari pemerintah bahwa guru-guru honor juga mendapat perhatian. Begitu juga
untuk mengikuti lomba guru berprestasi tidak mesti harus pegawai negeri. Guru
Honor juga bisa berkompetisi dengan guru lain.
Apakah UU dan regulasi yang mengatur
guru hari ini sudah menguntungkan guru? Kenapa?
Dalam UU Guru dan Dosen ada empat
kompetensi yang ingin dicapai, pertama kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik, kedua kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik.
Lalu, kompetensi professional adalah
kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Terakhir,
kompetensi social adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Terlepas dari hal menguntungkan atau
merugikan sekarang guru tidak boleh lengah. Tidak hanya murid saja yang
dicerdaskan tapi seorang guru pun harus mau belajar dan bersikap untuk
mencerdaskan diri. Guru harus terus berinovasi menemukan suatu cara yang lebih
efisien dan lebih tepat bagi anak didiknya.
Rasanya tidak adil guru yang tidak
mengembangkan diri dan berinovasi akan sama haknya malah lebih dibanding dengan
seorang guru yang berprestasi dan berdedikasi.
Apa harapan Anda untuk pemerintah
dan guru-guru ke depannya?
Pada kesempatan ini Anda banyak
mengucapkan banyak terimakasih kepada Kadis, Kabid, Kabag, Kasi beserta
jajarannya di Dinas Pendidikan Sumatera Barat. Karena kami guru-guru terus
dipacu untuk bisa meningkatkan kualitas diri.
Diberi kesempatan untuk
mengembangkan diri dengan mengadakan pelatihan dan workshop. Memberi reward
yang sangat berarti kepada guru yang berprestasi. Hal yang paling indah memberi
kesempatan kepada yang berprestasi untuk berbagi ilmu dan informasi.
Harapan saya guru di Sumarera Barat
dikader mulai dari tingkat kota sampai tingkat provinsi dalam jangka waktu
tertentu.
Pemuncak-pemuncak dari sekolah
diutus lalu diseleksi setelah itu dipersiapkan untuk bisa bersaing di tingkat
nasional sehingga guru-guru benar-benar siap dan bisa di anggarkan setiap
tahunnya untuk seleksi mengikuti ajang bergengsi pemilihan guru
berprestasi di TK.
Nasional. Harapan lain guru juga
berusaha memajukan diri sehingga tercapai tujuan bersama menjadi guru yang
handal.
Anda adalah guru berprestasi tingkat
nasional. Bagaimana pola anda mengajar dan apa kelebihan Anda dibanding guru
lainnya?
Saya berpikir, saya mengajar di
Sekolah Luar Biasa, tentu saya harus menjadi guru luar biasa. Bukankah menjadi
guru anak istimewa itu sangat istimewa ?
Banyak peluang yang bisa dibuat saya
mulai melembut dan mulai peka menangkap sinyal-sinyal yang bergetar dari
tingkah pola anak didik saya yang setiap hari datang. Saya ingin menjadi guru
yang spesial bukan hanya guru anak yang spesial.
Untuk mewujudkannya saya berusaha
mencerdaskan diri tetap kritis dan tidak ikut-ikutan serta setiap hari berusaha
memunculkan ide baru dan tidak menganggap siswa barang restan atau produk
gagal.
Saya mulai merasa tertantang untuk
menjawab apa yang membuat guru menjadi istimewa dan bermutu. Saya ingin dengan
menarik sepotong kata bisa dipahami oleh beberapa orang siswa. Ingin apa yang
saya kerjakan mempunyai nilai tambah dan berarti dan aku mulai berinovasi.
Membuat atau menciptakan sesuatu
yang baru, yang belum pernah ada sebelumnya atau memperbaharui sesuatu yang
sudah ada sebelumnya sehingga bisa menjadi guru yang bermutu.
Guru yang bermutu adalah orang
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
Atau dengan kata lain, guru yang
bermutu adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki
pengalaman yang kaya di bidangnya.
Jadi guru yang bermutu adalah guru
yang benar-benar menguasai apa-apa yang harus dimiliki seseorang dalam menekuni
pekerjaanya. Dalam hal ini ilmu-ilmu pendidikan yang dapat memenuhi kriteria
seseorang menjadi guru yang profesional dan mencintai pekerjaannya.
Selain itu seorang guru yang bermutu
harus memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat menunjang pekerjaan tersebut.
Kemampuan guru harus selalu diperbaharui melalui pengembangan keprofesian,
salah satu komponen yang menuju kearah itu yaitu karya inovatif.
Ada empat jenis karya inovatif yang
dapat dilakukan guru, di antaranya menemukan teknologi tepat guna,
menemukan/menciptakan karya seni, membuat/memodifikasi alat pelajaran /peraga
/praktikum, dan mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal, dan
sejenisnya.
Untuk karya inovatif saya lebih
cendrung memodifikasi dan membuat alat peraga untuk membantu siswa memahami
pelajaran. Saya belajar bagaimana alat peraga yang selama ini dibuat mendapat
apresiasi dan menjadi bernilai.
Untuk anak low vision saya
memodifikasi media pembelajaran dengan memodifikasi buku-buku cerita. Buku
cerita itu saya buatkan dalam ukuran yang besar sehingga anak low vision bisa
membaca tulisan-tulisan yang di buat.
Sehingga anak low vision yang
mengalami hambatan penglihatan itu itu menjadi ceria hatinya. Dengan semangat
mereka selalu meminjam buku besar yang saya buat walau itu dalam jam
istirahat.
Saya hanya bertujuan membuat semua
itu untuk menarik minat belajar siswa dan untuk membantunya memahami apa yang
saya sampaikan. Sehingga hari-hari tidak membosankan.
Untuk alat peraga saya buatkan
media-media seperti boneka dari kain flannel supaya pelajaran mendongeng yang
saya sampaikan lebih menarik. Atau membuat potongan-potongan botol aqua dan
menyambungkannya dengan slang untuk menjelaskan sifat benda cair.
Berbagai media yang saya buat mulai
dari sendok takar, kertas karton bekas, undangan bekas lalu saya narasikan ke
dalam sebuah tulisan sehingga karya itu abadi dan bisa saya gunakan untuk
menginspirasi teman guru seperjuangan. Untuk menjangkau teman yang jauh, saya
membuat blog.
Selain menyiapkan karya inovatif
saya perlu tambahan ilmu dalam menghadapi murid yang kurang dari biasa.
Sehingga peran professional bisa dilakoni karena memiliki ilmu. Hari demi hari
dijadikan pengalaman yang berharga sehingga tidak berlalu begitu saja. Pengalaman
itulah ilmu yang sesungguhnya.
Karena ilmu yang diperoleh
dipraktekan secara langsung lalu dievaluasi seiring dengan kegiatan sehari-hari
sehingga berdampak positif dan terjadi perubahan kearah yang lebih baik.
Selain membuat karya inovatif saya
mulai mewujudkan karya publikasi ilmiah yang dapat dimaknai sebagai upaya untuk
menyebar luaskan suatu karya pemikiran ke dalam bentuk laporan penelitian,
makalah, buku atau artikel.
Publikasi ilmiah yang saya lakukan
pada dasarnya merupakan wujud dari profesionalisme sebagai seorang guru serta
salah satu bentuk upaya untuk memperbaharui mental. Saya berkesimpulan untuk
bisa dibaca dan dijadikan irisan kecil dalam sejarah guru harus belajar untuk
bisa menulis.
Untuk belajar menulis ya menulis
sehingga saya tuliskan semua cerita yang saya temui di kelas sembari
menyelipkan tip-tip dan hal yang saya rasa bermanfaat.
Di balik semua itu sudah banyak
teman yang bertanya dan termotivasi untuk berbuat hal yang sama. Malah saya
telah sebuku dengan 12 teman sama mengajar yang mau diajak maju. Hal yang
semula saya kerjakan untuk mencerdaskan diri itu akhirnya menjadi modal untuk
mengikuti lomba.
Piagam demi piagam pun mengalir
dengan sendirinya. Penghargaan yang paling berkesan saya terima dari Menteri
Pendidikan Dan kebudayaan karena berhasil menjadi Guru berprestasi
2013. Berkat menulis itu juga sekarang saya sedang menunggu hasil nominasi
guru ABK Literasi yang menginspirasi.
Serta hari Minggu tanggal 22 Nov
2015 ini saya bertolak keJakarta untuk menerima Satya Lancana Guru Berprestasi
tahun 2015 bersama empat orang guru anak berkebutuhan khusus (ABK) dari
provinsi yang berbeda serta 16 orang guru dari daerah terpencil yang akan
diserahkan hari Rabu tanggal 25 Nov 2015 di Senayan Jakarta. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar