( By Lifya )
di
Perpustakaan National Institut of Spcial Need Education (NISE )
Apa yang telah
dilakukan kedua orang tua ku menurut
hemat ku sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Samuel Butler .
.“ Anak-anak disulap
menjadi pembaca dipangkuan orang tua mereka”
Ini merupakan cikal bakal bagi ku beserta adik-adik menjadi pecinta
dunia literasi. Ibu selalu menyempatkan dirinya untuk membacakan buku cerita pada
anak-anaknya menjelang tidur disetiap malam. Kadang ibu mendongeng menyelingi
kebiasaan membacakan buku itu di bawah redupnya cahaya lampu minyak. Itu yang dilakukan
ibu setiap malam sampai aku bisa membaca sendiri buku-buku yang disukai.
Saat bersekolah di Sekolah Dasar tempat yang paling
ku sukai adalah perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah yang dimaksudkan
sebuah ruangan kecil yang berada disamping ruang majelis guru. Semua murid
diberi kesempatan secara bergilir untuk meminjam buku-buku yang ada di
perpustakaan itu. Sekarang baru aku mengerti meminjam buku secara bergilir
dikarenakan jumlah buku yang terbatas. Guru perpustakaan juga mensiasati dengan memberi pinjamam kepada
murid yang duluan menamatkan buku yang dipinjamnya. Aku hampir setiap hari
menamatkan buku itu sehingga bisa ditukarkan dengan yang lain untuk dibaca.
Untuk mendapatkan pinjaman
buku lebih dari satu aku rela menawarkan jasa untuk menyapu dan meyusun
buku-buku yang ada di ruangan perpustakaan. Aku sengaja berlama-lama di dalam
perpustakaan agar dapat membaca
buku-buku yang ada di sana lebih banyak atau sekedar melihat gambar-gambarnya.
Satu lagi kebiasaan yang aku sukai dengan teman SD dulu. Setiap jam istirahat dengan teman
sekelas pergi berbondong-bondong meniti
pematang sawah menuju pondok yang ada ditengahnya. Serta pergi memanjat pohon Waru yang ada
dipinggir kolam di samping sekolah. Pohon Waru itu sangat besar dengan batang
yang merunduk sehingga mudah untuk
memanjatnya. Semua akan bergantungan
didahan pohon Waru itu sambil menikmati bekal yang dibawa dari rumah.
Setelah semua bekal itu habis secara
bergantian aku dan teman akan bercerita.
Aku sering kebagian menjadi pendongeng.
Itu mungkin dikarenakan banyak cerita yang akan ku ceritakan. Cerita ku selalu
baru dan diceritakan dengan ekspresi yang lucu. Mereka akan terpingkal- pingkal
apabila mendengarkan suara seorang nenek atau suara binatang yang aku tirukan dengan pas sesuai dengan
cerita yang diceritakan. Kebiasaan mendongeng di atas pohon itu membuat ku
semakin tertarik untuk membaca banyak buku. Aku senang melihat ekpresi senang
dari teman saat mendengar cerita lucu ku atau mengusap air matanya dengan punggung
tangan apabila cerita yang disajikan itu sedih. Cerita yang diceritakan
merupakan cerita yang ku adopsi
dari cerita yang didongengkan ibu tadi malam atau dari buku yang kubaca.
Aku pikir orang tua dan
guru ku sudah menerapkan cara kecil untuk meluaskan dunia anak-anakku. Karena
tanpa disadari mereka telah melatihku untuk mencintai buku. Mencintai buku adalah cara terbaik dari segalanya yang telah berhasil diterapkannya. Peran guru di
sekolah juga menunjang kesuakaan ku. Beliau akan meminta muridnya untuk menceritakan
buku yang sudah dibaca atau menceritakan pengalaman libur di depan kelas. Entah
suatu kebetulan nama gurunya itu percis
sama dengan nama ibu kandungku “Yulinar”
masing- masing mempunyai trik
untuk membuat ku menyukai buku.
Kebiasaan itu terus
berlanjut ibu mengajar di SMP ditempat aku bersekolah. Jadi agak memudahkan untuk mendapatkan buku-buku yang ada di
perpustakaan. kadang aku juga merengek
meminta ibu untuk meminjamkan buku atas nama ibu di perpustakaan . Aku
suka mengkuti seri demi seri buku lima
sekawan buku petualangan yang ditulis oleh Enid Blyton yang berasal dari
Inggris. Setiap kali buku itu ku baca aku merasa ikut serta berpetualang dengan
George, Julian, Dick , Anne dan anjing mereka Timmy.
Kesukaan ku membaca buku
tidak membuat tugas-tugas ku terbengkalai malah apabila banyak buku yang di
bawakan ibu maka makin cepat pula tugas sekolah dan tugas rumah yang diselesaikan. Sesudah itu baru aku akan naik
ke atas peraduan ke atas tempat tidur bertingkat yang paling atas lalu hanyut
sampai lupa makan.
Dengan rasa syukur
setamat SMP aku diterima di SMA
negeri yang mempunyai perpustakaan yang lebih lengkap dan lebih nyaman. Ada
rasa senang yang meluap di dada karena
bisa bebas setiap hari masuk keperpustakaan. Buku yang dipinjam bisa lebih banyak
dan lebih bervariasi. Karena sangat suka membaca pernah aku dibawakan satu ransel buku oleh teman sekelas
dan itu akan dilahap sampai habis.
Saat SMA aku merasa heran sekali apabila mengetahui teman-
teman membaca buku secara sembunyi-sembunyi. Kadang buku novel remaja yang
dibacanya dilapisi dengan buku pelajaran agar tidak ketahuan oleh orang tuanya.
Mereka takut ketahuan apabila membaca
buku-buku remaja yang berkisah tentang cinta. Sementara aku sudah mendiskusikan buku Pada Sebuah Kapal
karangan NH Dini dengan bapak. Aku juga
mendiskusikan semua buku yang telah aku baca bersama bapak. Tidak kisah remaja saja
yang diulas dengan bapak kadang bapak membelikan buku Winnetou yang ditulis oleh
Karl May. Buku itu mencerita
tentang orang Eropa yang bertualang dan
bertemu dengan Winnetou kepala suku Indian Apache dan bapak akan mencari peta
menunjukan mana benua Eropa yang dimaksudkan serta menjelaskan penduduk asli
dari benua Amerika. Aku sangat mengagumi pengetahuan bapak yang luas bapak aku
juluki “kamus berjalan”. Bapak menurut
ku tidak saja mengulas cerita tapi juga
menambahkan dengan pengetahuan yang
diketahuinya. Itu merupakan suatu metode dari
bapak untuk mentransfer ilmunya kepada ku. Banyak pertanyaan yang kulontarkan setelah mendengar penjelasan dari bapak.
Setiap menemukan buku baru aku seperti merasa mendapat kenalan
baru. Tapi setelah melanjutkan membaca buku tersebut aku seperti menemukan teman lama yang akan membuat ku selalu
tertarik dengan ceritanya. Aku tidak pernah bosan dengan namanya buku kemana
aku pergi yang nomor satu aku kumpulkan adalah buku untuk dibawa. Apabila ada
antrian panjang di Bank atau menunggu seseorang buku siap sedia menjadi teman
ku. Setelah menamatkan kuliah di Bandung
yang pertama aku selamatkan untuk dikirim pulang ke Padang adalah buku bukan
baju.
Apabila berlibur ke
kampung ibu akan membatasi isi tas dengan buku yang ku bawa karena isinya lebih
banyak di beratkan oleh buku-buku.
“ Ini mau pulang kampung atau mau ke kampus ?”
Kata ibu .
“ Bukan kah kampung kita itu dingin nanti kedinginanan,
masukan jeketnya !” itu kata- kata ibu saat melihat ku berkemas hendak pergi berlibur ke kampung .
Aku turuti saja
kata-kata ibu sambil memilih buku mana yang akan ditinggalkan. Tapi baru saja sampai di
kampung dan itu masih di pasar aku sudah mencari buku di toko buku atau di
pasar loak. Meskipun tidak akan tamat
dalam waktu satu minggu karena ada buku lain dalam tas ku tapi buku itu sudah
masuk ke dalam daftar antrian untuk di
baca. Tetap saja beban ku bertambah oleh
buku-buku. Ha ha ha.
Pernah suatu hari
teman-teman ku yang menambah kuliah S1
menjadi mahasiswa kwalifikasi mendapat tugas untuk mencari buku Totto-Chan karangan
Tetsuko Kuroyanagi. Mereka diminta untuk membaca dan meresum buku tersebut.
Mungkin ini taktik seorang dosen menugaskan mahasiswanya untuk membaca buku
tersebut karena sejalan dengan tugasnya
sebagai guru anak berkebutuhan khusus. Aku melihat teman-teman menjadi
pemburu buku dadakan sampai semua toko buku dijelajahi. Kelihatanya mereka
sangat bingung untuk mendapatkan buku tersebut. Buku Totto –Chan bisik ku di dalam
hati. Sekitar 20 tahun yang lalu aku sudah
membaca buku tersebut, sekarang mungkin sudah sampai pada cetakan ke 13 buku
itu masih tetap disukai . Sebuah kepanikan dapat ku rasakan yang datang dari teman karena buku yang di sebutkan tidak
di dapatkan.
Aku mendapat buku Totto
–Chan itu dari Hamidah. Ia menghadiahkan
buku tersebut karena ia tahu aku sempat
menghubungi penerbit untuk mendapatkan buku tersebut setelah aku membaca
resensi buku itu. Hamidah tahu aku sangat menginginkan buku itu. Ia menghadiahkan buku putih yang lucu
berjudul Totto Chan pada ku saat aku
bersamanya menghabiskan hari di sebuah toko buku di kota Kembang .
Aku sangat terkesan
dengan buku itu yang sarat dengan pesan yang menceritakan sikap kepala sekolah terhadap tingkah Totto –
Chan muridnya yang selalu ingin tahu. Sekolah
yang menggunakan gerbong kereta api lama sebagai ruang belajar. Cara seorang
kepala sekolah menghadapi Totto yang bercerita berjam-jam dengan betah. Belum
lagi cara ia menyikapi tingkah Totto membongkar bak penampungan kotoran. Cara ia memikirkan dengan cermat olah raga
yang bisa dimenangkan oleh Takahashi dengan tangan dan kaki yang sangat pendek.
Serta yang hampir tidak pernah terpikirkan oleh seorang kepala sekolah dimanapun
yang secara sembunyi- sembunyi di dapur bukan di ruang guru, bukan di depan
guru yang lain memarahi guru yang telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar
terobsesi dengan cerita Tetsuko Koroyanagi yang tak lain Totto-chan itu
sendiri. Akhirnya teman-teman yang mendapat tugas dari dosennya itu mengelilingi
ku untuk mendengarkan aku menceritakan kisah Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela. Aku
jadi teringat kembali pengalaman waktu
bersekolah di SD dulu. Dari cerita itu mereka tertarik untuk membaca secara langsung
untung aku masih menyimpan buku itu sehingga mereka dapat membacanya aku
bahagia sudah bisa menggugah minat baca mereka semoga saja menjadi kebiasaan
yang tidak hanya karena tugas dari dosennya.
Dalam melaksanakan
tugas mengajar di sekolah luar biasa
kadang aku juga memberi kebebasan kepada murid sehingga tidak kaku dan tidak harus
duduk manis dengan tangan dilipat di atas meja. Kadang aku bacakan buku cerita,
kadang mendongeng dengan boneka tangan
yang sengaja ku bawa. Untuk menyampaikan materi pelajaran agar mereka bisa
berfantasi walau keadaan mereka agak terbatas. Aku juga ingin seperti kepala
sekolah Totto-Chan dan seperti guru ku yang bisa mengembangkan potensi
siswanya.
Sekarang walau zaman
sudah canggih bersahabat dengan buku
tetap aku jalani. Karena dengan
buku aku tidak pernah marasa kesepian. Tetap ada buku didalam tas ku yang sengaja dibawa untuk dibacakan kepada siapa saja.
Kepada anak-anak, kepada
nenek-nenek atau kepada ibu-ibu muda. Kadang
dimesjid aku juga sering membawa buku agama untuk aku sampai kan kepada majelis
taklim. Buku dengan setia menemani ku karena
buku membuat ku tidak pernah merasa
jenuh dalam penantian. Buku membuat
hidup ku lebih berisi. Kadang buku
eletrik juga sering aku dapatkan di google
yang membuat ku asyik membacanya.
Tidak
ada hal mubazir yang diakukan . Buku elektrik diciptakan untuk mempermudah pencinta buku
untuk mengakses ilmu yang disampaikannya.
Berkat asuhan kedua orang tua ku maka aku sekeluarga
menjadi pecinta buku, masing-masing
mempunyai perpustakaan kecil yang dilengkapi dengan stempel “ buku perpustakaan pribadi”. Terkadang aku beradik
kakak akan berseloroh kepada orang-orang yang hanya bisa berbicara. Bahwa
mereka yang suka berbicara baru berada setingkat diatas taraf mendegarkan
sedang kan membaca sudah berada setingkat lebih tinggi diatas berbicara.
Ada hal yang juga
membuatku senang karena di daftarkan oleh uni ku sebagai anggota group Ayo Membaca Indonesia. Dengan
didaftarkannya aku sebagai anggota aku bahagia sekali karena banyak hal-hal yang menginspirasi yang bisa aku dapatkan. Aku bisa membaca
tulisan tulisan bermakna dengan untaian kata yang indah yang sering membuat
ku sering terkesima..
Manfaat terbesar yang
aku peroleh dengan banyak membaca timbul
suatu keinginan untuk mencoba menuangkan pengalaman dan pendapat ke dalam bentuk tulisan untuk bisa dibaca. Aku berusaha
menuju setingkat lebih tinggi dalam pelajaran bahasa yaitu menulis. Menulis
agar semua bisa membaca apa yang tertulis karena didalam tulisan itu akan aku
selipkan rahasia-rahasia yang belum terungkap. Sekarang di lemari ku sudah
mulai berjejer buku yang aku tulis.
Alhamdulillah Tuhan
telah melimpahkan rahmatnya sehingga membuat aku begitu mencintai buku. Dunia literasi telah menjadi tangga bagi ku
untuk memperoleh predikat guru berprestasi aku mendapat penghargaan dari bapak Menteri dan
bapak Presiden. Alhamdulillah aku diundangan untuk bisa membaca hal yang tersurat dan
tersirat ke luar negeri.
Subhananllah aku begitu
takjub saat berada di Perpustakaan National Institut of Special Need Education
(NISE ) beribu buku berjejer bersih dan rapi 90 % berbahasa Jepang . Berbagai
perasaan campur aduk dalam hati ku karena bisa masuk ke ruangan itu. Aku ingat
perpustakaan ku semasa SD dulu ruangan kecil yang disekat dekat ruangan majelis
guru. Untuk bisa membaca harus giliran atau mengambil hati guru. Aku tak
menyangka berada diruang yang penuh buku karena selama ini aku begitu mencintai
buku aku seperti bertemu dengan artis pujaan ku. Ini Rahmad tak terhingga aku
serasa di surga.
Pada kesempat ini aku sangat
mengapresiasi teman dan saudara yang telah jauh lebih maniak membacanya dari pada
ku. Untuk pemula yang ingin tahu betapa
asyiknya mempunyai hobby membaca silahkan coba dengan memulai membaca. Membaca tidak bisa dipaksakan kaitkan
buku yang akan dibaca dengan hobby mu sebelumnya. Seandainya suka memasak cari
buku yang berhubungan dengan memasak. Bagi yang suka fotografi silahkan cari
buku fotografi. Ini akan memperluas wawasan dibidang yang kamu sukai membaca membuat kosa kata akan bertambah dan
membuat pemahaman kita kepada berbagai karakter manusia sampai pada tingkat
teratas. Insya Allah dengan membaca kita bisa dituntun menjadi orang yang
bijaksana dan lebih dekat dengan-Nya. Terimakasih ya Allah I like Reading.
===================================================================
www.StilettoBook.com.
===================================================================
Penulis
bernama Lifya Aktif menulis di Website : lifyasofyan.blogspot.com, aktif
mengikuti event menulis di media cetak maupun elektronik. Komunikasi bisa lewat
Facebook atau email dralifya@ymail.com.
Tulisannya juga lolos event
Champion Teachers Competition 2015 dan
menjadi tulisan terbaik.
Selain
menjadi penulis, juga menjadi guru Anak Berkebutuhan Khusus dan pernah menjadi
guru berprestasi Tingkat Nasional tahun 2013. Pernah mendapat undangan di
Jepang serta pernah mendapat penghargaan untuk melaksanakan Umrah ke tanah
Suci.tahun 2014.
Penulis
juga mengikuti banyak forum kepenulisan,
menjadi pegiat FAM yang mengantongi
Nomor IDFAM 29800. Juga anggota.HIPSI
dengan no ID0097/HIPSI/2014.
dan ikut group
kepenulisan lainnya. Untuk memotifasi dan saling berbagi info tentang dunia
literasi. Alamat Jl. Koto Panjang No 21 Rt 02 Rw 08 Pauh Padang Sumbar. Hp.
085263067417. Email dan facebook dralifya@ymail.com www.StilettoBook.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar