Jumat, 23 Maret 2012

Jurnal Meningkatkan Kemampuan Menghitung Bilangan bulat Melalui Media Mistar Bilangan Bagi Anak Tunagrahita di SLB Wacana Asih Padang



Dra. LIFYA

Abstrak : Child's condition is far below average intelligence - which is characterized by average intelligence limitations and lack of conversation in social interaction called Tunagrahita children. Tunagrahita children have difficulty in calculating the integers, To the authors provide a solution by using the media bar for the numbers. Improve the ability to calculate integers. This study uses a method of classroom action research study with a workflow that consists of four series of planning, action observation and reflection. By collaborating with colleagues. Subjects consisted of three people, and research data were collected using observation, discussion. The results achieved in a single cycle has not been fully successful or not optimal because children are not fit to use the media. In the second cycle achieved better results. Based on Advanced Research results can be concluded that the ability to recognize the concept of counting the sum of the integers for children in special schools Tunagrahita D.ii class Wacana Asih Padang can be improved through the use of the media bar numbers. Therefore, the media bar numbers can be used to improve the sharing of the concept of calculating the sum of numbers in children, especially the concept of calculating the sum of the integers. Based on the results of research by the author it is advisable to rule megunakan educators to recognize the concept of counting numbers in the sum of the integers for children in special schools Tunagrahita D.ii classroom Wacana Asih Padang.

Kata kunci : kemampuan menghitung. bilangan bulat, media mistar bilangan

PENDAHULUAN
Belajar pada dasarnya menguasai kemampuan dalam 3 aspek yaitu membaca, menulis dan berhitung. Membaca menurut Tampubolon (1993) adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan. Dikatakan kegiatan fisik karena bagian-bagian tubuh khusunya mata yang melakukannya. Dikatakan kegiatan mental karena bagian-bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan terlibat didalamnya. Sedangkan hakikat menulis menurut Rusyana (1988: 191) merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Adapun pengertian aritmatika atau berhitung menurut Dali S. Naga (1980: 1) adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan bilangan-bilangan nyata dengan perhitungan terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah pengetahuan tentang bilangan.
Kemampuan dalam 3 aspek belajar tersebut sangat dibutuhkan oleh semua peserta didik dalam proses pembelajarannya, tidak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Salah satu anak  yang dimaksud adalah anak tunagrahita. Kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata – rata yang ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidak cakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal.
Berdasarkan temuan yang  peneliti temukan di kelas. Ditemukan permasalahan pada anak tunagrahita ringan kelas II yang mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika. anak sulit menyelesaikan operasi penjumlahan sampai 10. Terutama mengerjakan soal penjumlahan ke samping, contoh 6 + 3 = 9. Untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak mengenai kesulitan yang dihadapi anak , peneliti memberikan soal-soal penjumlahan sederhana. Dari hasil yang didapat, anak sulit mengerjakan penjumlahan angka besar, contoh 6 + 2 = 8, 5 + 4 = 9. Sebaliknya anak mampu menjumlahkan angka-angka kecil yang hasilnya kurang atau sama dengan 5, contoh 1 + 3 = 4, 2 + 3 = 5. Sementara  Kompetensi Dasar yang  akan dicapai anak mampu menyelesaikan penjumlahan sampai 20.
Dalam hal ini upaya yang pernah dilakukan untuk menuntaskan permasalahan yang dihadapi anak dengan jalan mengulang-ulang kembali materi yang belum dikuasai dan mengadakan remedial terhadap anak. Akan tetapi usaha yang ditunjukkan belum menampakkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Oleh sebab itu, peneliti tertarik sekali mengangkat permasalahan ini dengan membawa satu solusi yang diharapkan dapat membantu anak dalam meningkatkan kemampuan penjumlahan bilangan. Solusi yang dimaksud adalah penggunaan timbangan bilangan untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan bagi anak Tunagrahita Ringan kelas II yang berada di sekolah SLB Wacana Asih Padang. Supraptiningsih (2005:6) menjelaskan bahwa menghitung penjumlahan bilangan bulat adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penjumlahan bilangan bulat adalah ilmu yang mempelajari tentang cara mepelajari operasi bilangan bulat yang menggunakan simbol + pada bilangan-bilangan tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung penjumlahan yaitu mempelajari klasifikasi dari berbagai struktur dan pola antara lain penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan operasinal campuran. Depdikbud (2004:3) menjelaskan bahwa menghitung penjumlahan adalah konsep awal dalam operasional hitung. Secara materi menghitung penjumlahan bilangan bulat adalah ilmu yang mempelajari bilangan dan terapannya. Menguatkan kedua pendapat diatas Depdiknas (2006:2) menerangkan bahwa menghitung penjumlahan bilangan bulat adalah mempelajari bilangan bulat yang menggunakan simbol + dalam operasional pengerjaannya.Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa menghitung penjumlahan bilangan bulat adalah salah satu dari ilmu pasti yang membahas tentang operasional hitungnya menggunakan simbol + pada bilangan bulat positif dan negatif. Pemahaman konsep ini dipilih guna menumbuhkan kembangkan kemampuan dan membentuk pribadi anak yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam pembelajaran matematika khususnya mempelajari materi bilangan bulat sangat cocok menggunakan media mistar bilangan.



 
-10
-9
-8
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10














         Gambar 1. Media mistar bilangan yang digunakan dalam menghitung penjumlahan bilangan bulat.

Adapun cara penggunaan media mistar bilangan sebagai berikut :
1.      Guru memperkenalkan kepada siswa materi tentang letak bilangan bulat yang ditunjukkan     pada garis bilangan. Anak diminta untuk mengamati peragaan tersebut.
2.      Guru membimbing anak untk memperagakan penjumlahan dan pengurangan dua bilangan ulat melalui gerakan maju, mundur, dan balik arah (balik kanan).
3.      Setelah itu guru dapat memulai memperkenalkan cara peragan (aturan main) gerak yang dimaksud.
4.      Guru dapat memberikan dua contoh soal. Satu soal mengenai operasi penjumlahan (positif) dan satu soal mengenai operasi pengurangan (negatif) yang akan dicari melalui peragan tersebut.
Penggunaan media mistar bilangan dalam mengajarkan materi bilangan bulat kepada anak dapat memahami konsep penjumlahan dua bilangan bulat malalui paragaan dengan pendekatan gerakan dan letak suatu bilangan bulat pada media mistar bilangan.

        METODE
Desain penelitian yang digunakan yakni penelitian tindakan kelas (classroom action research), bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan 10-20 deret ke samping. Menurut Zainal Aqib (2006:33) “penelitian ini mengunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan peningkatan  pada unsur desain untuk memungkinkan diperolehnya gambaran keefektifan tindakan yang dilakukan”. Menerapkan penelitian yang dilakukan dalam bentuk tindakan bertujuan untuk memecahkan persoalan- persoalan dalam kegiatan proses belajar mengajar bagi seorang guru. Sehingga inovasi dalam dunia pendidikan berlangsung terus.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:2) bahwa “penelitian tindakan kelas yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama- sama”. Mereka dapat mencobakan perbaikan dalam praktek pembelajaran dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kualitas  pendidikan dengan memberikan suatu tindakan yang dalam pelaksanaan sangat memperhatikan proses belajar di kelas, serta peningkatan kualitas pembelajaran, dan praktek pembelajaran yang berkesinambungan. Pada penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat.   Mulai dari perumusan   masalah, sampai pada pengumpulan data. Dengan adanya kolaborasi ini maka diharapkan hasil penelitian ini  bisa menjadi solusi yang tepat untuk permasalahan yang ada.
1.      Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini peneliti menggunakan langkah sebagai berikut:
-          Bersama kolaborator menyepakati jadwal penelitian jadwal penelitian
-          Menentukan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang cocok
-          Menyusun kisi-kisi penelitian
2.      Tahap pelaksanaan tindakan
Tindakan penelitian dilakukan sesuaikan dengan daftar pembelajaran yang telah tersedia,
3.      Tahap Observasi
Pengamatan terhadap hasi belajar siswa dilakukan oleh peneliti sebagai obsever, hal-hal yang diobserver antara lain:
-          Kegiatan siswa
-          Hasil belajar siswa
4.      Tahap refleksi
Peneliti dan guru melihat dan menyimpulkan hasil atau dampak dari tindakan. Dari hasil ini akan dirumuskan tindakan untuk tindakan berikutnya dan menyimpulkan serta membuat laporan hasil penelitian . Dari lembar obsevasi akan diperoleh  informasi aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Selain itu juga ditemukan kendala-kendala selama pelaksanaan tindakan yang harus diantisipasi pada pelaksanaan siklus selanjutnya. Berdasarkan analisis data tersebut maka dirancang scenario  untuk siklus berikutnya

1.         Instrumen penelitian
a.         Observasi.
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena social dengan gejala – gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan dan dapat dilakukan secara spontas dengan daftar isian yang telah disiapkan sebelumnya.
b.      Diskusi
Diskusi adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab secara langsung kemudian didiskusikan antara peneliti dengan kolabolator.
c.       Tes
Tes yang digunakan dalam menjumlahkan 10-20 deret kesamping  yaitu tes perbuatan, yang diamati oleh kolabolator untuk melihat peningkatan kemampuan anak.
2.      Analisis Data
Teknik analisis data yang peneliti lakukan bersifat kualitatif yang digambarkan dengan kata-kata atau memperoleh kesimpulan. Teknik analisis  ini terdiri atas tiga jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan seperti dikemukakan oleh Lexy J. Maleong (1988:174):
a.       Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan trasformasi data kasar yang muncul dan cacata tertulis lapangan.
b.      Penyajian Data
Penyayian data secara lebih sederhana dalam bentuk paparan naratif yangmenggambarkan pendekatan belajar menggunakan media mistar bilangan dalam mengenalkan konsep bilangan bulat Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

c.       Penarikan Kesimpulan
Mengambil intisari sajian data pene;itian media mistar bilangan yang telah di paparkan sebelumnya dalam bentuk kalimat yang lebih singkat akan tetapi mengandung pengertian yang luas.Hal ini dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data dan ketelitian laporan yang dierikan agar timbul keyakinan bahwa segala sesuatu yang akan dilapokan adalah tepat dan mencapai kebenaran yang diharapkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I
1.      Pelaksanaan siklus 1
Siklus 1 dilakukan selama tiga minggu . Peneliti berupaya memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran yaitu dengan menggunakan media mistar bilangan untuk meningkatkan kemampuan mengenal konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat bagi anak tunagrahita sehingga kemampuan anak dalam mengenal konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat dapat meningkat. Pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakna pada siklus ini sebagai berikut :
a.       Perencanaan siklus 1
Pada tahap ini bersama teman sejawat berkalaborasi merencanakan sebuah tindakan untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan bilangan bulat bagi anak tunagrahita. Tindakan yang peneliti lakukan dalam hal ini adalah dengan menggunakan media mistar bilangan.  
b.      Tindakan siklus 1
Tindakan ini dilaksanakan 6 kali pertemuan selama 2x 30 menit. Setiap pertemuan merupakan sub siklus karena dari pertemuan ke pertemuan selanjutnya terdapat langkah-langkah dalam menghitung penjumlahan bilangan bulat melalui media mistar bilangan terhadap anak.
c.        Observasi siklus 1
Hasil pengamatan dengan kolaborator menunjukkan bahwa sacara umum tindakan yang dilaksankaan pada siklus ini sudah sesuai dengan perencanaan. Dari aspek anak sudah terlihat sangat bersemangat dalam belajar, karena pendekatan yang dilakukan peneliti sudah baik. Anak mau mangikuti semua perintah peneliti.


d.      Refleksi siklus I
Refleksi merupakan renungan dari apa yang sudah dihasilkan. Kegiatan refleksi dapat dilakukan secara kolaboratif, dimana peneliti dan teman sejawat melaksanakan dan menyimpulkan hasil tindakan. Adapun kesimpulan yang peneliti dan teman sejawat adalah anak masih kelihatan bingung, ragu untuk menggeser bingkai angkanya apakah ke kanan atau ke kiri. Karena keraguan inilah maka anak selalu salah dalam menjawab soal.

Pembahasan Siklus I
Pada siklus I terlihat masih kelihatan bingung, ragu untuk menggeser bingkai angkanya apakah ke kanan atau ke kiri. Karena keraguan inilah maka anak selalu salah dalam menjawab soal.
Berikut adalah hasil pengamatan dari evaluasi siklus I yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Kemampuan Menghitung Penjumlahan Bilangan Bulat Siklus I bagi Anak Tunagrahita
Indikator
Deskriptor
AY
DF
NS
B
S
B
S
B
S
1
2
3
4
5
6
7
8
Mengenak bilangan bulat
1.      Mengenal bilangan bulat positif



2.      Mengenal bilangan bulat negatif



Membaca bilangan bulat
3.      Membaca bilangan bulat positif



4.      Membaca bilangan bulat negatif



Menunjukkan bilangan bulat
5.      Menunjukkan bilangan bulat positif



6.      Menunjukkan bilangan bulat negatif



Membandingkan bilangan bulat
7.      Menenukan besar kecilnya perbandingan dua bilangan



8.      Menentukan besar kecilnya perbandingan dua bilangan



Menjumlahkan bilangan bulat
9.      Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif



10.  Menjumlahkan biangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif



11.  Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif



12.  Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif



Menyelesaikan soal latihan yang berhubungan dengan bilangan bulat
13.  Mengerjakan soal-soal latihan



14.  Menyelesaikan soal cerita



Skor nilai
8
6
6
8
6
8

HASIL YANG DIPEROLEH
1.      AY

Benar
Salah
2.      DF

Benar
Salah
3.      NS


Benar
Salah



Siklus II
  Pada siklus II ini lebih difokuskan pada proses menghitung penjumlahan bilangan bulat tapi tidak lepas dari konteks bilangan bulat positif dan negatif yang sudah diketahui anak. Untuk itu peneliti dan teman sejawat kembali merancang strategi yang akan dilaksanakan pada siklus II.
a.       Perencanaan siklus II
Berdasarkan masalah yang dihadapi anak, peneliti bersama teman sejawat berkolaborator merumuskan perencanaan bahwa peneliti tetap menggunakan media mistar bilangan untuk meningkatkan kemampuan menghitung penjumlahan bilangan bulat bagi anak tunagrahita.
b.      Tindakan siklus II
Tindakan ini dilaksanakn 5 x pertemuan selama 2 x 30 menit. Di bawah ini akan dideskripsikan secara umum tentang siklus II.
Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan belajar siklus II ini sama denga siklus I, akan tetapi pada siklus II ini lebih ditingkatkan lagi kemampuan anak dalam mengenal konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat. Materi pelajaran yang akan dberikan pada siklus II ini merupakan lanjutan dari materi siklus I yang sepenuhnya belum berhasil.  Dari 5 x pertemuan yang telah dilaksanakan pada siklus II dapat disimpulakan bahwa hampir semua jawaban anak benar. Kalaupun ada kesalahan, kemungkinan karena kecerobohannya dalam mengerjakan soal. Setelah diberikan tindakan siklus II  AY, DF dan NS  sudah memahami.
c.       Observasi siklus II
 Ketika diberikan sejumlah soal, anak tekun mengerjakannya. Ketekuanan mengerjakan soal ini dikarenakan sifat pengerjaan soal mempunyai keasikan tersendiri, mengingat dalam menggunakan media mistar bilangan sangat senang menggeser bingkai  angka tersebut. Ini memberi arti penggunaan media mistar bilangan mempunyai dua fungsi yaitu sebagai media pembelajaran dan alat permainan.
d.      Refleksi siklus II
Dalam siklus ini peneliti dan teman sejawat berkolaborasi dalam melaksanakn dan menyimpulkan hasil tindakan. Adapun kesimpulan secara umum yaitu peneliti sudah berhasil menanamkan konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat. Anak sudah bisa mengerjakan semua soal yang diberikan, hanya saja anak masih suka tidak teliti dalam menghitung sehingga hasil yang diperoleh selalu salah.
Pelaksanaan materi pada siklus II ini berupa inti dari konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat. . Dengan meningkatnya kemampuan anak dalam menghitung penjumlahan bilangan bulat, maka peneliti bersama teman sejawat sepekat untuk menghentikan tindakan pada siklus II.

               Pembahasan Siklus II
 Tindakan ini dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan dan memantapkan konsep kemampuan menghitung penjumlahan bilangan bulat. Perubahan dilakukan berdasarkan permasalahan yang muncul selama pelaksanaan tindakan

Tabel 2 Hasil Pengamatan Kemampan Menghitung Penjumlahan Bilangan Bulat Siklus II Anak Tunagrahita
Indikator
Deskriptor
AY
DF
NS
B
S
B
S
B
S
1
2
3
4
5
6
7
8
Mengenal bilangan bulat
1.      Mengenal bilangan bulat positif



2.      Mengenal bilangan bulat negatif



Membaca bilangan bulat
3.      Membaca bilangan bulat positif



4.      Membaca bilangan bulat negatif



Menunjukkan bilangan bulat
5.      Menunjukkan bilangan bula positif



6.      Menunjukkan bilangan bulat negatif



Membanding kan bilangan bulat
7.      Menentukan besar kecilna perbandingan dua bilangan positif



8.      Menentukan besar kecilnnya perbandingan dua bilangan bulat



Menjumlahkan bilangan bulat
9.      Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat positif



10.  Menjumlahkan bilangan bulat positif dengan bilangan bulat negatif



11.  Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif



12.  Menjumlahkan bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat negatif



Menyelesaikan soal latihan yang berhunungan dengan bilangan bulat
13.  Mengerjakan soal-soal latihan



14.  Menyelesaikan soal cerita



SKOR NILAI
13
1
12
2
11
3

  Hasil yang diperoleh :
1.      AY

Benar
Salah  
2.      DF


Benar
Salah= 14%
3.      NS

Benar
Salah
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan mengenal konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat bagi anak tunagrahita kelas D.II di SLB Wacana Asih Padang dapat ditingkatkan melalui penggunaan media mistar bilangan. Oleh karena itu, media mistar bilangan dapat digunakan untuk meningkatkan berbagi konsep menghitung penjumlahan bilangan pada anak khususnya konsep menghitung penjumlahan bilangan bulat. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka disarankan kepada pendidik untuk megunakan mistar bilangan dalam  mengenal konsep mengitung penjumlahan bilangan bulat bagi anak tunagrahita kelas D.II di SLB Wacana Asih Padang.

DAFTAR PUSTAKA
Dalmardi (2003). Hubungan Antara Penguasaan Materi Dengan Penggunaan Media Belajar Pekanbaru : Skripsi Pendidikan Luar Biasa. Tidak diterbitkan.
Departemen Pendidikan Nasional (2006). Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan Sdlb Tunagrahita (SDLB-B), Jakarta : Depdiknas.

Depdikbud (2004). Buku Pembuatan Dan Penggunaan Alat Peraga Matematika Alternatif Untuk Sd/Mi, Jawa Timur : Depdikbud

Edi Sukamto (2003). Pengembangan Media Dalam Pembelajaan, Jakarta : Depdikbud

Lexy J. Maleong (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya

Moh. Amin dan Ina Kusuma (1995). Orthopaedagogik Anak Luar Biasa, Jakarta : Depdikbud Dikti proyek Tenaga Guru

Nurul Zuriah (2003). Peneltian Tindakan Kelas Dalam Bidang Pendidikan Dan Sosial, Malang : Bayumedia

Permanarian somad (1996). Pendidikan Ank-Anak Tunagrahita, Jakarta : Depdikbud Dikti Proyek Tenaga Guru.

Pupuh  Fathurohman (2007). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Quantum Teaching.

Rochiati Wiriatmaja (2005). Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : Remaja rosdakarya.

Sucjihati Somantri (2006). Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : Refika Adtama.

Suharsimi Arikunto (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Tarmansyah (2006). Pengembangan Strategi Pembelajaran Matematika bagi Siswa Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa, Bandung : Progam Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Pasca Sarjana UPI. Tesis tidak diterbitkan.

Supraptiningsih (2005). Dasar-Dasar Matematika dalam Pembelajaran di SD, Jakarta : Rajawali Pers.
.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar