Sabtu, 05 April 2014

Buah Kayu Dari Sungkai Untuk Keterampilan Anak Tunagrahita



       Siang pulang dari mengajar di SLB aku sudah ditunggu oleh putra bungsuku, rencananya kami mau ke Sungkai  Pauh Padang. Untuk mencapai Sungkai kami masuk dari arah gerbang Kampus UNAND .  Dari Saringan (nama tempat ) kami mendaki keatas. Jalan yang kami lalui sudah berbentuk jalan bukan lagi seperti belantara yang kami tuju dulu. Sampai di bukit pertama kami istirahat sebentar sambil menikmati  pemandangan yang mempesona. Untuk menuju bukit berikutnya kami menuruni bukit yang tidak begitu curam. Kiri kanan kami banyak ditemui batang “ Sarai Harum’ Mmmm serasa menyusup lembut baunya. Tidak berapa lama kami menemui anak sungai airnya jernih dan dingin. Kamipun melompat dari batu kebatu hingga sampai keseberang. Nah pendakian kedua mulai kami tempuh sampai  kami menemui tanjakan  benar-benar curam. Selepas tanjakan itu hamparan  padang ilalang yang sangat luas .
Di kejauhan panorama kota Padang yang mempesona menjadi obat dahaga. Kamipun berteduh dibawah sebatang pohon “ Kalek”..
            Sambil menikmati sejuknya angin  mataku tertuju pada buah sebesar kelereng. Buah itu jatuh begitu banyaknya. Aku pungut sambil  memencet nya  ternyata buahnya keras. Tanpa kusadari  botol bekas minumku sudah penuh. Buah ini akan aku jadikan sebagai hiasan pada ujung-ujung pensil muridku pasti mereka senang batin ku.
Untuk menjadikan buah kayu tersebut sebagai hiasan pada ujung pensil aku mengumpulkan semua pensil yang ada lalu ditambah dengan lem bakar serta sebatang lilin aku bawa kesekolah.
Murid tunagrahita itupun menjadi penasaran dengan buah yang aku perlihatkan. Berbagai pertanyaan  muncul secara spontan. Memang muridku secara Inteligensi berada dibawah anak normal tapi untuk mengajarkan keterampilan sederhana mereka lebih betah . Kadang-kadang pelajaran lainpun aku masukan lewat pelajaran keterampilan  ini.  Aku sengaja menyusuh anak-anak itu menghitung buah kayu yang sudah dibersihkan dari  tangkainya  atau melafalkan cara mengucapakan kata sampai bercerita dari mana buah kayu itu di dapat. Memang aku berfikir  ini akal-akalan supaya anak didikku tidak merasa  bosan dalam belajar. Setelah bercerita dari mana buah itu didapat anak-anak itu menyebutkan nama buah yang mereka kenal. Aku mengeluarkan sekotak korek api  ternyata ada yang tidak berani menyalakan  korek tersebut setelah latihan  beberapa kali mereka semua bisa menyalakan lilin. Mereka memperhatikan aku membakar lilin sampai menempelkan satu buah kayu keujung pensil.  Pada mereka aku berikan sebatang pensil dan menyuruh nya mencoba menempelkan buah kayu tadi. Untuk buah pertama bisa ditempelkan dengan pas dipuncak pensil. Untuk buah kedua ada yang menempeklan diatas buah tadi. Kembali aku perlihatkan cara menempel yang benar sampai semua pinggirnya tertutup oleh buah kayu. Muridku akhirnya bisa menyelesaikan hiasan pertama. Untuk hiasan berikutnya tidak banyak lagi  menemui masalah . Akhirnya semua pensil sudah siap dihias. Pelajaran dilanjutkan dengan menulis  dengan pensil yang sudah dihias  aku memperbolehkan mereka  mempergunakan untuk menulis sebagai hadiah dari kerja mereka. Mereka terlihat senang sambil terus memperhatikan pensilnya. Dalam hati aku berkata apa akal-akalan ku besok lagi……………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar