Senin, 18 Januari 2016

I Like Reading



( By Lifya )



di Perpustakaan National Institut of Spcial Need Education (NISE )
Apa yang telah dilakukan kedua orang tua ku  menurut hemat ku sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Samuel Butler .
.“ Anak-anak disulap menjadi pembaca dipangkuan orang tua mereka”
Ini merupakan cikal bakal  bagi ku beserta adik-adik menjadi pecinta dunia literasi. Ibu selalu menyempatkan dirinya untuk membacakan buku cerita pada anak-anaknya menjelang tidur disetiap malam. Kadang ibu mendongeng menyelingi kebiasaan membacakan buku itu di bawah redupnya cahaya lampu minyak. Itu yang dilakukan ibu setiap malam sampai aku bisa membaca sendiri buku-buku yang disukai.
Saat  bersekolah di Sekolah Dasar tempat yang paling ku sukai adalah perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah yang dimaksudkan sebuah ruangan kecil yang berada disamping ruang majelis guru. Semua murid diberi kesempatan secara bergilir untuk meminjam buku-buku yang ada di perpustakaan itu. Sekarang baru aku mengerti meminjam buku secara bergilir dikarenakan jumlah buku yang terbatas. Guru perpustakaan juga  mensiasati dengan memberi pinjamam kepada murid yang duluan menamatkan buku yang dipinjamnya. Aku hampir setiap hari menamatkan buku itu sehingga bisa ditukarkan dengan yang lain untuk dibaca.
Untuk mendapatkan pinjaman buku lebih dari satu aku rela menawarkan jasa untuk menyapu dan meyusun buku-buku yang ada di ruangan perpustakaan. Aku sengaja berlama-lama di dalam perpustakaan agar dapat  membaca buku-buku yang ada di sana lebih banyak atau sekedar melihat gambar-gambarnya. Satu lagi kebiasaan yang  aku sukai  dengan teman SD  dulu. Setiap jam istirahat dengan teman sekelas   pergi berbondong-bondong meniti pematang sawah  menuju pondok yang ada ditengahnya.  Serta pergi memanjat pohon Waru yang ada dipinggir kolam di samping sekolah. Pohon Waru itu sangat besar dengan batang yang merunduk  sehingga mudah untuk memanjatnya. Semua  akan bergantungan didahan pohon Waru itu sambil menikmati bekal yang dibawa dari rumah.
 Setelah semua bekal itu habis secara bergantian aku dan teman  akan bercerita. Aku sering kebagian  menjadi pendongeng. Itu mungkin dikarenakan banyak cerita yang akan ku ceritakan. Cerita ku selalu baru dan diceritakan dengan ekspresi yang lucu. Mereka akan terpingkal- pingkal apabila mendengarkan   suara seorang nenek atau  suara binatang  yang aku tirukan dengan pas sesuai dengan cerita yang diceritakan. Kebiasaan mendongeng di atas pohon itu membuat ku semakin tertarik untuk membaca banyak buku. Aku senang melihat ekpresi senang dari teman saat mendengar cerita lucu ku  atau mengusap air matanya dengan punggung tangan apabila cerita yang disajikan itu sedih. Cerita yang diceritakan merupakan cerita yang   ku adopsi  dari cerita yang didongengkan ibu tadi malam atau dari buku yang kubaca.
Aku pikir orang tua dan guru ku sudah menerapkan cara kecil untuk meluaskan dunia anak-anakku. Karena tanpa disadari  mereka telah melatihku  untuk mencintai buku.  Mencintai buku adalah  cara  terbaik dari segalanya yang  telah berhasil diterapkannya. Peran guru di sekolah juga menunjang kesuakaan ku. Beliau akan meminta muridnya untuk menceritakan buku yang sudah dibaca atau menceritakan pengalaman libur di depan kelas. Entah suatu kebetulan nama gurunya itu  percis sama dengan nama ibu kandungku “Yulinar”  masing- masing  mempunyai trik untuk membuat ku  menyukai buku.
Kebiasaan itu terus berlanjut ibu mengajar di SMP ditempat aku bersekolah. Jadi agak memudahkan  untuk mendapatkan buku-buku yang ada di perpustakaan. kadang aku juga merengek  meminta ibu untuk meminjamkan buku atas nama ibu di perpustakaan . Aku suka  mengkuti seri demi seri buku lima sekawan buku petualangan yang ditulis oleh Enid Blyton yang berasal dari Inggris. Setiap kali buku itu ku baca aku merasa ikut serta berpetualang dengan George, Julian, Dick , Anne dan anjing mereka Timmy.
Kesukaan ku membaca buku tidak membuat tugas-tugas ku terbengkalai malah apabila banyak buku yang di bawakan ibu maka makin cepat pula tugas sekolah dan tugas rumah yang  diselesaikan. Sesudah itu baru aku akan naik ke atas peraduan ke atas tempat tidur bertingkat yang paling atas lalu hanyut sampai lupa makan.
Dengan rasa  syukur  setamat SMP  aku diterima di SMA negeri yang mempunyai perpustakaan yang lebih lengkap dan lebih nyaman. Ada rasa senang yang meluap di dada  karena bisa bebas setiap hari masuk keperpustakaan. Buku yang dipinjam bisa lebih banyak dan lebih bervariasi. Karena sangat suka membaca pernah aku  dibawakan satu ransel buku oleh teman sekelas dan itu akan dilahap sampai habis.
Saat SMA aku  merasa heran sekali apabila mengetahui teman- teman membaca buku secara sembunyi-sembunyi. Kadang buku novel remaja yang dibacanya dilapisi dengan buku pelajaran agar tidak ketahuan oleh orang tuanya. Mereka takut  ketahuan apabila membaca buku-buku remaja yang berkisah tentang cinta. Sementara aku  sudah mendiskusikan buku Pada Sebuah Kapal karangan NH Dini  dengan bapak. Aku juga mendiskusikan semua buku yang telah aku baca bersama bapak. Tidak kisah remaja saja yang diulas dengan bapak kadang bapak membelikan buku Winnetou yang ditulis oleh Karl May. Buku itu  mencerita tentang  orang Eropa yang bertualang dan bertemu dengan Winnetou kepala suku Indian Apache dan bapak akan mencari peta menunjukan mana benua Eropa yang dimaksudkan serta menjelaskan penduduk asli dari benua Amerika. Aku sangat mengagumi pengetahuan bapak yang luas bapak aku juluki “kamus berjalan”.  Bapak menurut ku tidak saja mengulas cerita  tapi juga menambahkan  dengan pengetahuan yang diketahuinya. Itu merupakan suatu metode dari  bapak untuk mentransfer ilmunya kepada ku.  Banyak pertanyaan yang kulontarkan  setelah mendengar penjelasan dari bapak.
Setiap menemukan   buku baru aku seperti merasa mendapat kenalan baru. Tapi setelah melanjutkan membaca buku tersebut aku seperti menemukan  teman lama yang akan membuat ku selalu tertarik dengan ceritanya. Aku tidak pernah bosan dengan namanya buku kemana aku pergi yang nomor satu aku kumpulkan adalah buku untuk dibawa. Apabila ada antrian panjang di Bank atau menunggu seseorang buku siap sedia menjadi teman ku.  Setelah menamatkan kuliah di Bandung yang pertama aku selamatkan untuk dikirim pulang ke Padang adalah buku bukan baju.
Apabila berlibur ke kampung ibu akan membatasi isi tas dengan buku yang ku bawa karena isinya lebih banyak di beratkan oleh buku-buku.
 “ Ini mau pulang kampung atau mau ke kampus ?” Kata ibu .
 “ Bukan kah kampung kita itu dingin nanti kedinginanan, masukan jeketnya !”  itu kata- kata  ibu saat melihat ku berkemas hendak  pergi berlibur ke kampung .
Aku turuti saja kata-kata ibu  sambil  memilih buku mana yang akan   ditinggalkan. Tapi baru saja sampai di kampung dan itu masih di pasar aku sudah mencari buku di toko buku atau di pasar loak.   Meskipun tidak akan tamat dalam waktu satu minggu karena ada buku lain dalam tas ku tapi buku itu sudah masuk ke dalam daftar antrian  untuk di baca. Tetap saja beban ku  bertambah oleh buku-buku. Ha ha ha.
Pernah suatu hari teman-teman ku yang menambah kuliah S1  menjadi mahasiswa kwalifikasi mendapat tugas  untuk mencari buku Totto-Chan karangan Tetsuko Kuroyanagi. Mereka diminta untuk membaca dan meresum buku tersebut. Mungkin ini taktik seorang dosen   menugaskan mahasiswanya untuk membaca buku tersebut karena sejalan dengan tugasnya  sebagai guru anak berkebutuhan khusus. Aku melihat teman-teman menjadi pemburu buku dadakan sampai semua toko buku dijelajahi. Kelihatanya mereka sangat bingung untuk mendapatkan buku tersebut. Buku Totto –Chan bisik ku di dalam hati.  Sekitar 20 tahun yang lalu aku sudah membaca buku tersebut, sekarang mungkin sudah sampai pada cetakan ke 13 buku itu masih tetap disukai . Sebuah kepanikan dapat ku rasakan yang datang  dari teman karena buku yang di sebutkan tidak di dapatkan.
Aku mendapat buku Totto –Chan itu dari  Hamidah. Ia menghadiahkan buku tersebut karena ia tahu aku  sempat menghubungi penerbit untuk mendapatkan buku tersebut setelah aku membaca resensi buku itu. Hamidah tahu aku sangat menginginkan buku itu.  Ia menghadiahkan buku putih yang lucu berjudul Totto Chan  pada ku saat aku bersamanya menghabiskan hari di sebuah toko buku di kota Kembang .
Aku sangat terkesan dengan buku itu yang sarat dengan pesan yang menceritakan  sikap kepala sekolah terhadap tingkah Totto – Chan muridnya yang selalu ingin tahu.  Sekolah yang menggunakan gerbong kereta api lama sebagai ruang belajar. Cara seorang kepala sekolah menghadapi Totto yang bercerita berjam-jam dengan betah. Belum lagi cara ia menyikapi tingkah Totto membongkar bak penampungan kotoran.  Cara ia memikirkan dengan cermat olah raga yang bisa dimenangkan oleh Takahashi dengan tangan dan kaki yang sangat pendek. Serta yang hampir tidak pernah terpikirkan oleh seorang kepala sekolah dimanapun yang secara  sembunyi- sembunyi  di dapur bukan di ruang guru, bukan di depan guru yang lain memarahi guru yang telah melakukan kesalahan. Aku benar-benar terobsesi dengan cerita Tetsuko Koroyanagi yang tak lain Totto-chan itu sendiri. Akhirnya teman-teman yang mendapat tugas dari dosennya itu mengelilingi ku  untuk mendengarkan aku  menceritakan  kisah Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela. Aku jadi teringat kembali  pengalaman waktu bersekolah di SD dulu. Dari cerita itu mereka tertarik untuk membaca secara langsung untung aku masih menyimpan buku itu sehingga mereka dapat membacanya aku bahagia sudah bisa menggugah minat baca mereka semoga saja menjadi kebiasaan yang tidak hanya karena tugas dari dosennya.
Dalam melaksanakan tugas  mengajar di sekolah luar biasa kadang aku juga memberi kebebasan kepada murid sehingga tidak kaku dan tidak harus duduk manis dengan tangan dilipat di atas meja. Kadang aku bacakan buku cerita, kadang  mendongeng dengan boneka tangan yang sengaja ku bawa. Untuk menyampaikan materi pelajaran agar mereka bisa berfantasi walau keadaan mereka agak terbatas. Aku juga ingin seperti kepala sekolah Totto-Chan dan seperti guru ku yang bisa mengembangkan potensi siswanya.
Sekarang walau zaman sudah canggih bersahabat dengan buku   tetap  aku jalani. Karena dengan buku aku tidak pernah marasa kesepian. Tetap ada buku didalam tas ku yang sengaja  dibawa untuk dibacakan kepada siapa saja. Kepada anak-anak,  kepada nenek-nenek   atau kepada ibu-ibu muda. Kadang dimesjid aku juga sering membawa buku agama untuk aku sampai kan kepada majelis taklim.  Buku dengan setia menemani ku karena buku membuat ku  tidak pernah merasa jenuh dalam penantian.  Buku membuat hidup ku lebih  berisi. Kadang buku eletrik juga sering aku dapatkan di google  yang membuat ku  asyik membacanya.   Tidak ada hal mubazir yang   diakukan .  Buku elektrik  diciptakan untuk mempermudah pencinta buku untuk mengakses ilmu yang disampaikannya.
 Berkat asuhan kedua orang tua ku maka aku sekeluarga menjadi pecinta buku, masing-masing  mempunyai perpustakaan kecil yang dilengkapi dengan stempel “ buku  perpustakaan pribadi”. Terkadang aku beradik kakak akan berseloroh kepada orang-orang yang hanya bisa berbicara. Bahwa mereka yang suka berbicara baru berada setingkat diatas taraf mendegarkan sedang kan membaca sudah berada setingkat lebih tinggi diatas berbicara.
Ada hal yang juga membuatku senang karena di daftarkan oleh uni ku  sebagai anggota group Ayo Membaca Indonesia. Dengan didaftarkannya aku sebagai anggota aku bahagia sekali karena  banyak hal-hal yang menginspirasi  yang bisa aku dapatkan. Aku bisa membaca tulisan tulisan bermakna dengan untaian kata yang indah yang sering membuat ku  sering   terkesima.. 
Manfaat terbesar yang aku peroleh dengan banyak membaca  timbul suatu keinginan untuk mencoba menuangkan pengalaman dan pendapat ke dalam  bentuk tulisan untuk bisa dibaca. Aku berusaha menuju setingkat lebih tinggi dalam pelajaran bahasa yaitu menulis. Menulis agar semua bisa membaca apa yang tertulis karena didalam tulisan itu akan aku selipkan rahasia-rahasia yang belum terungkap. Sekarang di lemari ku sudah mulai berjejer buku yang aku tulis.
Alhamdulillah Tuhan telah melimpahkan rahmatnya sehingga membuat aku begitu mencintai buku.  Dunia literasi telah menjadi tangga bagi ku untuk memperoleh predikat guru berprestasi  aku mendapat penghargaan dari bapak Menteri dan bapak Presiden. Alhamdulillah aku diundangan  untuk bisa membaca hal yang tersurat dan tersirat ke luar negeri.
Subhananllah aku begitu takjub saat berada di Perpustakaan National Institut of Special Need Education (NISE ) beribu buku berjejer bersih dan rapi 90 % berbahasa Jepang . Berbagai perasaan campur aduk dalam hati ku karena bisa masuk ke ruangan itu. Aku ingat perpustakaan ku semasa SD dulu ruangan kecil yang disekat dekat ruangan majelis guru. Untuk bisa membaca harus giliran atau mengambil hati guru. Aku tak menyangka berada diruang yang penuh buku karena selama ini aku begitu mencintai buku aku seperti bertemu dengan artis pujaan ku. Ini Rahmad tak terhingga aku serasa di  surga.
Pada kesempat ini aku sangat mengapresiasi teman dan saudara yang telah jauh lebih maniak membacanya dari pada ku.  Untuk pemula yang ingin tahu betapa asyiknya mempunyai hobby membaca silahkan coba dengan memulai  membaca. Membaca tidak bisa dipaksakan kaitkan buku yang akan dibaca dengan hobby mu sebelumnya. Seandainya suka memasak cari buku yang berhubungan dengan memasak. Bagi yang suka fotografi silahkan cari buku fotografi. Ini akan memperluas wawasan dibidang yang kamu sukai  membaca membuat kosa kata akan bertambah dan membuat pemahaman kita kepada berbagai karakter manusia sampai pada tingkat teratas. Insya Allah dengan membaca kita bisa dituntun menjadi orang yang bijaksana dan lebih dekat dengan-Nya. Terimakasih ya Allah   I like Reading.
===================================================================

Penulis bernama Lifya Aktif menulis di Website : lifyasofyan.blogspot.com, aktif mengikuti event menulis di media cetak maupun elektronik. Komunikasi bisa lewat Facebook atau email dralifya@ymail.com. Tulisannya juga  lolos  event  Champion Teachers Competition 2015 dan  menjadi tulisan terbaik.
Selain menjadi penulis, juga menjadi guru Anak Berkebutuhan Khusus dan pernah menjadi guru berprestasi Tingkat Nasional tahun 2013. Pernah mendapat undangan di Jepang serta pernah mendapat penghargaan untuk melaksanakan Umrah ke tanah Suci.tahun 2014.
Penulis juga mengikuti banyak forum  kepenulisan, menjadi  pegiat FAM yang mengantongi Nomor IDFAM   29800. Juga anggota.HIPSI dengan no ID0097/HIPSI/2014.
dan ikut group kepenulisan lainnya. Untuk memotifasi dan saling berbagi info tentang dunia literasi. Alamat Jl. Koto Panjang No 21 Rt 02 Rw 08 Pauh Padang Sumbar. Hp. 085263067417. Email dan facebook dralifya@ymail.com 

www.StilettoBook.com. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar