Sabtu, 09 Januari 2016

Jika Semua Menghindar, Siapa yang akan Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus










Wartawan : Hijrah Adi Sukrial - Padang Ekspres - Editor : Riyon - 22 November 2015 11:09 WIB    Dibaca : 28 kali
Dibesarkan oleh kedua orang tua yang menyukai dunia literasi tanpa disadari menjadi salah satu penunjang karir Lifya dalam menjalani profesi sebagai guru anak berkebutuhan khusus (ABK). 
”Setiap menjelang tidur ibu selalu bercerita setiap hari tanpa bosan. Setelah besar baru saya menyadari bahwa banyak pesan yang diselipkan dalam setiap cerita yang disampaikan. Kadang cerita itu diadopsi ibu dari buku yang dibacanya atau dari imajinasi ibu sendiri. Apabila ibu tidak mendongeng malam itu ibu akan memutarkan cerita dari radio transitor yang dinyalakan dengan baterai. Saya akan terpaku didepan radio menyimak untaian kata demi kata karena cerita yang dibawakan penuh petatah dan petitih dari cerita rakyat Minang  Sabai nan Aluih,” ujar Lifya kepada Padang Ekspres, kemarin. 
Dia mengisahkan, setelah mendengar cerita itu baru diperbolehkan untuk mengulas kembali atau bertanya pada ibu. Kadang waktunya lebih lama untuk mengulas cerita itu daripada mendengarkan cerita yang ditayangkan. 
Begitu juga dengan bapaknya, menurut Lifya sang bapak sering memasukkan pelajaran sejarah atau geografi lewat buku–buku yang dibawanya pulang. Buku Winnetou yang dihadiahkan membawa kesan.
”Bapak akan menunjukan peta dimana suku Indian itu berada karena cerita Winnetou adalah seorang Indian Amerika yang menjadi ketua suku Indian Mescalero-Apache. Kadang Bapak membawa buku Kuantar Kegerbang Kisah cinta Bu Inggit dengan Bung Karno. Ibu dan bapak telah meluaskan cakrawala fantasi ku dengan dunia literasi. Betapa aku merindukan lagi saat seperti itu. Karena ibu tidak hanya bercerita tapi tangannya serta merta ikut memindai helai demi helai rambutku yang panjang untuk membersihkan telur kutu yang bersarang,” kenang Lifya. 
Masa kecil yang menjadi cikal bakal titik tumpuan, karena di SD dia mendapat kesempatan untuk menumbuhkan bibit yang mengakar. Hal yang lifya lakukan dengan teman-teman pun berperan sampai sekarang.
Waktu itu bersama teman berlari di pematang atau memanjat Waru di halaman belakang rumahnya. Kadang dia menghabiskan bekal sambil bercerita di atas pohon Wayu sambil bergelayutan dan bergantian dengan teman-temannya.
Tulus dan Ikhlas, Pekerjaan Dianggap Ibadah  
Menjadi guru anak berkebutuhan khusus bukanlah hal mudah untuk dilakukan, tidak banyak yang menyukainya. Tapi Lifya, telah menjalani profesi ini selama 20 tahun. Keikhlasannya mendidik anak berkebutuhan khusus mengantarnya ke Istana Negara, ke Jepang dan ke Mekkah.
“Lakukan apa yang anda sukai, sukai apa yang anda lakukan dan berikan lebih dari apa yang anda janjikan”. Penggalan tulisan dari Harvey Machay itulah yang menjadi motivasi bagi Lifya dalam menjalani kehidupan dan profesinya. 
Perempuan kelahiran Padang, 4 April 1966 ini mengaku bersyukur menjalani profesi sebagai guru anak berkebutuhan khusus. Profesi yang dijalaninya dengan ikhlas membuatnya terpilih menjadi peringkat II guru berprestasi tingkat nasional.
Untuk itu, dia diundang hadir ke Istana Negara di Jakarta dan menjadi perwakilan untuk menerima hadiah secara simbolis.
”Haru biru benar-benar menyesak di dada saat berangkulan dengan Ibu Negara. Sejak itu saya mulai diundang sebagai motivator guru-guru PLB Kota Padang. Saya mulai mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang selama ini tidak pernah diikuti,” ujar perempuan yang juga aktif menulis artikel dan opini tentang anak berkebutuhan khusus ini. 
Tidak hanya itu. September 2014 Lifya mendapat undangan Kementerian Pendidikan untuk mengikuti pertukaran guru berprestasi di Jepang. Dia merasa perjalanan bersama 17 orang guru berprestasi lainnya itu sangat menginspirasi.
Apalagi dia tidak pernah membayangkan mendapat kesempatan secara langsung belajar ke negeri ‘Matahari Terbit’ itu.
”Rasanya impian demi impian benar-benar terwujud begitu sempurna disaat saya mendapat penghargaan dari Dinas Propinsi Sumbar berupa paket umrah ke tanah suci Mekkah,” papar motivator yang menetap di Jl Kotopanjang, Pauh, Kota Padang tersebut.
Lifya mengaku, saat mengambil Jurusan Pendidikan Luar Biasa ketika akan masuk kuliah, dia tidak pernah membayangkan apa yang akan diraih saat ini.
Ibunya sudah mengingatkan betapa susahnya merawat anak berkebutuhan khusus. Namun, dia bertekad dalam hati akan melakukannya. Alasannya, jika semua orang menghindar, siapa lagi yang akan merawat anak-anak yang sebenarnya lebih butuh perhatian itu. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar