Sabtu, 09 Januari 2016

Lifya, Guru SLB yang Berprestasi Nasional Tulus dan Ikhlas, Pekerjaan Dianggap Ibadah


 


Wartawan : Hijrah Adi Sukrial - Padang Ekspres - Editor : riyon - 16 February 2015 11:36 WIB    Dibaca : 17 kali

Menjadi  guru anak berkebutuhan khusus bukanlah hal mudah untuk dilakukan, tidak banyak yang menyukainya. Tapi Lifya, telah menjalani profesi ini selama 20 tahun. Keikhlasannya mendidik anak berkebutuhan khusus mengantarnya ke Istana Negara, ke Jepang dan ke Mekkah.
”Lakukan apa yang anda sukai, sukai apa yang anda lakukan dan berikan lebih dari apa yang anda janjikan”. Penggalan tulisan dari Harvey Machay itulah yang menjadi motivasi bagi Lifya dalam menjalani kehidupan dan profesinya. 
Perempuan kelahiran Padang 4 April 1966 ini mengaku bersyukur menjalani profesi sebagai guru anak berkebutuhan khusus. Profesi yang dijalaninya dengan ikhlas membuatnya terpilih menjadi peringkat II guru berprestasi tingkat nasional.
Untuk itu, dia diundang hadir ke Istana Negara di Jakarta dan menjadi perwakilan untuk menerima hadiah secara simbolis. 
&rdquo Haru biru benar-benar menyesak di dada saat berangkulan dengan Ibu Negara. Sejak itu saya mulai diundang sebagai motivator guru-guru PLB Kota Padang. Saya mulai mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang selama ini tidak pernah diikuti,” ujar perempuan yang juga aktif menulis artikel dan opini tentang anak berkebutuhan khusus ini. 
Tidak hanya itu. September 2014 Lifya mendapat undangan Kementerian Pendidikan untuk mengikuti pertukaran guru berprestasi di Jepang. Dia merasa perjalanan bersama 17 orang guru berprestasi lainnya itu sangat menginspirasi.
Apalagi dia tidak pernah membayangkan mendapat kesempatan secara langsung belajar ke negeri 'Matahari Terbit' itu.
”Rasanya impian demi impian benar-benar terwujud begitu sempurna disaat saya mendapat penghargaan dari Dinas Propinsi Sumbar berupa paket umrah ke tanah suci Mekkah,” papar motivator yang menetap di Jl Kotopanjang, Pauh, Kota Padang tersebut.
Lifya mengaku, saat mengambil Jurusan Pendidikan Luar Biasa ketika akan masuk kuliah, dia tidak pernah membayangkan apa yang akan diraih saat ini. Ibunya sudah mengingatkan betapa susahnya merawat anak berkebutuhan khusus.
Namun, dia bertekad dalam hati akan melakukannya. Alasannya, jika semua orang menghindar, siapa lagi yang akan merawat anak-anak yang sebenarnya lebih butuh perhatian itu.
“Siapa yang akan memberi perhatian kepada anak-anak yang tidak beruntung itu kalau semua sudah membayangkan susahnya menjadi guru anak berkebutuhan khusus itu. Saya menilai ini sebuah pengabdian dan bertekad tidak akan setengah-setengah menghadapi mereka,” paparnya. 
Melihat kerasnya hati Lifya, ibu dan bapaknya pun mengizinkan dan berpesan agar sungguh-sungguh dan meniatkan pekerjaan sebagai ibadah. Pekerjaan ini akan bermanfaat baginya di dunia dan akhirat kelak.
“Ketika diizinkan, hati ini sangat senang. Saya sangat berterima kasih sekali dan berjanji akan membuat ibu dan bapak suatu saat nanti akan bangga dengan pilihan anaknya ini,” ujarnya.
Ketika mulai terjun ke dunia ABK, Lifya berjanji akan menyentuh mereka dengan kasih sayang. Sekaligus menghapus mitos bahwa menjadi guru ABK menjadikan jiwa ini mati.
Kepada guru-guru muda Lifya berpesan untuk senantiasa ikhlas dalam menjalankan profesinya. ”Jika ikhlas, percayalah, Allah akan menilainya sebagai ibadah dan akan membalasnya dengan jalan lain,” ujar perempuan murah senyum ini. (*) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar